Tabel 3. Hasil sidik ragam dan uji lanjut Duncan balok laminasi glulam kayu ekaliptus
Sifat fisis mekanis Tipe Glulam
Nilai P α=5
GA GB
GC KA
13,72 12,82
13,22 0,003
Kerapatangcm³ 0,65
0,63 0,56
0,006 DD
4,99 8,03
0,000 DP
25,2 45,9
73,86 0,000
MOE x 10 ⁴ kgfcm² 10,05
7,41 5,62
0,036 MOR kgfcm²
561 423
326 0,169
NS
KR kgfcm² 98,42
90,23 79,01
0,496
NS
Ket:GA= glulam tebal lamina 1cm, GB= glulam tebal lamina 1,5cm, GC=glulam tebal lamina 2cm, KA= kadar air, DD= delaminasi dingin, DP= delaminasi panas, MOE= Modulus of
Elasticity, MOR= Modulus of Rupture, KR= keteguhan rekat, P= probabilitas,
= taraf nyata, = signifikan, NS= tidak signifikan, garis tebal horizontal menunjukkan nilai rata-rata sifat fisis
mekanis yang tidak berbeda nyata
4.2.1 Kadar Air
Pengujian kadar air terhadap 3 jenis glulam memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Balok laminasi yang dibuat terdiri dari 3 macam ketebalan dengan
ukuran lebar dan tebalnya 6 x 8cm, dengan ketebalan lamina penyusun 1cm, 1,5cm, dan 2cm. Glulam A untuk lamina penyusun 1cm memiliki nilai KA
berkisar 13,49 - 13,79, Glulam B dengan ketebalan lamina 1,5cm memiliki nilai KA berkisar 12,37 - 13,31, sementara itu, untuk glulam C dengan ketebalan
lamina 2cm memiliki nilai KA berkisar 12,90 - 13,79. Standar JAS 234:2003 mensyaratkan kadar air maksimum untuk balok laminasi adalah 15 sehingga
ketiga jenis glulam ini memenuhi syarat. Berdasarkan
pengujian analisis sidik ragam pada Tabel 3 taraf nyata 5 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata untuk nilai rata-rata kadar air balok
laminasi. Uji lanjut Duncan menyatakan ketebalan lamina memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air kayu. Glulam dengan ketebalan lamina 1cm memiliki
kadar air yang berbeda nyata dengan glulam dengan ketebalan 1,5cm dan 2cm. Sedangkan kadar air glulam dengan ketebalan 1,5cm tidak berbeda nyata dengan
kadar air glulam ketebalan 2cm.
Kadar air balok laminasi juga dipengaruhi oleh kadar air lamina penyusunnya, pada penelitian ini kadar air udara pada tiap lamina sebesar 12. Kadar air
mempengaruhi sifat kekuatan kayu, pengembangan dan penyusutan. Perubahan kadar air di atas titik jenuh serat tidak akan memberikan pengaruh yang berarti pada kayu
tersebut. Namun sebaliknya perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat akan mempengaruhi keteguhan, pengembangan dan penyusutan dimensi kayu. Kadar air
semakin rendah pada umumnya kayu akan bertambah kuat Bowyer et al. 2003.
4.2.2 Kerapatan
Berdasarkan hasil pengujian kerapatan contoh uji diperoleh kerapatan balok laminasi A dengan ketebalan laminasi 1cm memiliki nilai kerapatan berkisar antara
0,61 - 0,73 gcm³ dengan nilai rata-rata 0,65 gcm³. Kerapatan balok laminasi B dengan ketebalan lamina 1,5cm memiliki nilai kerapatan berkisar antara 0,61
– 0.65 gcm³ dengan nilai rata-rata 0,63 gcm³. Kerapatan balok laminasi C dengan ketebalan
lamina 2cm memiliki nilai kerapatan berkisar antara 0,53 - 0,60 gcm³ dengan nilai rata-rata 0,57 gcm.
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis statistik sidik ragam pada taraf nyata 5 terdapat perbedaan nilai yang nyata untuk nilai rata-rata kerapatan balok laminasi dan
hasil uji lanjut Duncan. Nilai kerapatan glulam ketebalan 2cm memiliki kerapatan yang berbeda nyata dengan glulam ketebalan 1cm dan 1,5cm, sedangkan nilai
kerapatan glulam 1cm tidak berbeda nyata dengan glulam ketebalan 1,5cm. Berdasarkan nilai rata-rata diatas balok laminasi dengan ketebalan 2cm
memiliki nilai kerapatan terendah, yang hal ini dapat disebabkan oleh umur pohon dan kondisi tempat dari kayu eucalyptus tersebut yang beragam.
4.2.3 Delaminasi