Variabel X
1
memiliki nilai VIF=1,292. Oleh karena nilai VIF tersebut 10, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas X
1
kepuasan psikologi tidak mengalami multikolinieritas dengan variabel bebas yang lain. Variabel X
2
memiliki nilai VIF=1,535. Oleh karena nilai VIF tersebut 10, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel bebas X
2
kepuasan sosial tidak mengalami multikolinieritas dengan variabel bebas yang lain.
Variabel X
3
memiliki nilai VIF=1,946. Oleh karena nilai VIF tersebut 10, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas variabel X
3
kepuasan fisik tidak mengalami multikolinieritas dengan variabel bebas yang lain. Variabel X
4
memiliki nilai VIF=1,495. Oleh karena nilai VIF tersebut 10, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel bebas variabel X
4
kepuasan financial tidak mengalami multikolinieritas dengan variabel bebas yang lain.
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas dengan metode VIF di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas dalam model terbebas masalah
multikolinieritas sehingga memenuhi asumsi klasik.
2. Uji Autokorelasi
Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dilakukan dengan menggunakan melihat statistika Durbin Watson seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 16.
Tabel 16. Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Hipotesis Nol Ho Keputusan
Jika Tidak terjadi autokorelasi +
Tolak 0dd
L
Tidak terjadi autokorelasi + Tidak ada keputusan
d
L
≤d≤d
U
Tidak terjadi autokorelasi - Tolak
4-d
L
d4 Tidak terjadi autokorelasi -
Tidak ada keputusan 4-d
U
≤d≤4-d
L
Tidak terjadi autokorelasi + atau –f
Terima d
U
d4-d
U
Sumber: Gujarati 2003
Pengujian tersebut memerlukan nilai dL dan dU, yang dapat diperoleh dari Tabel 16 dL dan dU Gujarati, 2003. Pada tingkat
signifikansi α=5, jumlah data n=35, dan jumlah variabel bebas k=4, maka diperoleh nilai dL=1,222 dU=1,726.
Dengan demikian diperoleh nilai-nilai sebagai berikut; d = 2,078 hasil olahan SPSS 15.0 lihat Tabel 4.6
dL=1,222 dU=1,726
4-dU = 4-1,726 = 2,274 Jadi d terletak pada interval: d
U
d4-d
U
atau 1,7262,0782,274; sehingga dapat disimpulkan bahwa, pernyataan tidak terjadi autokorelasi positif + atau negatif -
diterima; artinya, model regresi tidak mengalami fenomena autokorelasi. Berdasarkan hasil uji autokorelasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel bebas dalam model tidak mengalami autokorelasi sehingga memenuhi asumsi klasik.
3. Uji Heteroskedastisitas
Menurut pendapat Gujarati 2003, uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman antara variabel bebas dengan
nilai mutlakabsolut residu; disimbolkan dengan r
s
. Kriterianya untuk mengetahui suatu variabel bebas mengalami heteroskedastisitas adalah menguji signifikansi
korelasi rank tersebut. Jika korelasi rank tersebut tidak signifikan, yang ditunjukkan oleh nilai Sig.2 tailed 0,05; maka variabel bebas yang diuji tidak mengalami
heteroskedastisitas. Variabel X
1
kepuasan psikologi memiliki nilai korelasi rank Spearman r
s
= -0,051 dengan Sig. = 0,771. Oleh karena nilai Sig. 0,7710,05, maka dapat
korelasi rank Spearman tersebut tidak signifikan; sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X
1
tidak mengalami heteroskedastisitas. Variabel X
2
kepuasan sosial memiliki nilai korelasi rank Spearman r
s
=-0,178 dengan Sig. = 0,305. Oleh karena nilai Sig. 0,305 0,05, maka dapat korelasi rank Spearman tersebut tidak
signifikan; sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X
2
tidak mengalami heteroskedastisitas.
Variabel X
3
kepuasan fisik memiliki nilai korelasi rank Spearman r
s
=- 0,084 dengan Sig. = 0,633. Oleh karena nilai Sig. 0,633 0,05, maka dapat
korelasi rank Spearman tersebut tidak signifikan; sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X
3
tidak mengalami heteroskedastisitas. Variabel X
4
kepuasan finansial memiliki nilai korelasi rank Spearman r
s
=-0,040 dengan Sig. = 0,817. Oleh karena nilai p 0,8170,05, maka dapat korelasi rank Spearman tersebut tidak
signifikan; sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X
4
tidak mengalami heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas dalam model tidak
mengalami heteroskedastisitas sehingga memenuhi asumsi klasik.
4. Uji Normalitas Residu
Uji normalitas residu ini bukan merupakan uji asumsi klasik, tetapi uji persyaratan regresi; di mana dalam setiap model regresi, nilai residunya harus
memliki distribusi normal Gujarati, 2003. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan metode Kolmogorov-Smirnov, tidak menggunakan
metode grafis karena metode grafis tidak luput bahkan cenderung banyak terpengaruh oleh pandangan mata peneliti, sehingga subyektivitasnya lebih tinggi
dibanding metode Kolmogorov-Smirnov. Kriterianya adalah jika statistik Kolmogorov-Smirnov KS tidak signifikan yang ditunjukkan oleh p0,05; maka
data yang diuji memiliki distribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan dengan program SPSS, diperoleh:
KS = 0,139 p = 0,085
Oleh karena nilai Sig. 0,085 0,05 maka KS tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa residu disturbance error model regresi penelitian ini
memiliki distribusi normal.
5. Uji Signifikansi Model
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam rangka peningkatan kinerjanya antara lain: a faktor psikologi, merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan; b faktor sosial, merupakan
faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya; c faktor fisik,
merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi. Jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan
waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya; d faktor finansial,
merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan,
fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya. Pengujian terhadap koefisien regresi bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja wartawan secara keseluruhan yang nantinya akan mempengaruhi kinerja dari wartawan
tersebut. Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh bahwa nilai P value model sebesar 0.000. Menurut uji F apabilai nilai Sig. alpha 0,05 persen maka
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat kepuasan wartawan Harian Pagi Radar Bogor.
Pengaruh secara simultan atau bersama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat juga dapat dilihat pada nilai R²adj = 0.998 atau 99.8 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa, tinggi rendahnya tingkat kepuasan kerja wartawan sebesar 99,8 persen dipengaruhi variabel kepuasan psikologi, sosial, fisik dan finansial.
Secara individual, tingkat signifikansi masing –masing kepuasan psikologi,
kepuasan sosial, kepuasan fisik dan kepuasan finansial adalah sama yaitu sebasar 0,000 lebih kecil dari α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepuasan psikologi, sosial, fisik dan finansial secara sendiri – sendiri berpengaruh
nyata terhadap kepuasan kerja wartawan. Dalam kasus kepuasan kerja wartawan Harian Pagi Radar Bogor ini
meskipun bobot kriterianya bervariasi antara 0.099 sampai dengan 0.661, akan tetapi tingkat kepuasan masing
–masing sebelum dibobot variasianya tidak terlalu besar yaitu antara 2.583
–3.181 dan justru yang bobot kriterianya lebih besar, tingkat kepuasan rata-ratanya terendah. Oleh karena itu, meskipun semua faktor
perlu diperhatikan, tetapi perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan finansial perlu diprioritaskan, terutama yang tingkat kepuasan relatif rendah yaitu
gaji, tunjangan, dan insentif yang tingkat kepuasan kerja masing-masing 2.51, 2.49 dan 2.57.
4.5 Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Harian Pagi Radar Bogor
Secara umum, sistem manajemen Sumber Daya Manusia SDM Harian Pagi Radar Bogor masih sederhana dan bersifat konvensional. Hal ini terlihat dari
struktur organisasi dimana SDM masih ditangani oleh seorang Manajer yang
menangani personalia dan masalah Umum Manajer Personalia dan Umum. Manajer Personalia dan Umum ini, untuk urusan personalia hanya dibantu oleh dua
orang staf yang lebih ditekankan kepada penilaian berkas lamaran calon karyawan terutama wartawan, pengecekan absensi dan pembuatan draft surat peringatan dan
rekomendasi kenaikan jabatan. Manajer Personalia dan Umum juga melaksanakan pengadaan karyawan selain wartawan rekrutmen dan seleksi serta penilaian kerja
dan kenaikan jabatannya. Pengadaan, pelatihan dan pengembangan serta penilaian kinerja wartawan, dilakukan oleh pemimpin Redaksi atau tim yang dibentuknya.
Penentuan jenis dan besarnya kompensasi, baik kompensasi keuangan gaji, honorarium dll dan kompensasi non keuangan asuransi, ditetapkan oleh
Direktur dan Pelaksana Direktur. Pada pembahasan berikutnya, akan dititikberatkan pada pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen SDM terhadap wartawan Harian Pagi
Radar Bogor, karena wartawan merupakan karyawan inti yang menjalankan usaha suatu media cetak.
Manajemen di Bagian Personalia Harian Pagi Radar Bogor saat ini merupakan faktor yang sangat penting dalam mengelola SDM wartawan. Namun
kenyataanya peran tersebut belum dilaksanakan secara maksimal oleh Manajer Personalia. Keterlibatan manajer personalia seharusnya tidak hanya terbatas
mengecek kehadiran wartawan dan pegawai. Tetapi lebih memahami profesi pekerjaan wartawan pengembangan karir serta memberikan penilaian
kemampuan, minat dan potensi wartawan.
4.5.1 Sistem Rekrutmen Wartawan
Proses rekrutmen wartawan di Harian Pagi Radar Bogor selama ini dilakukan dengan tiga cara yaitu, 1 melalui iklan di koran, 2 jalur rekomendasi
dan 3 jalur mahasiswa magang. Rekrutmen melalui iklan dilaksanakan dengan membuat iklan lowongan
kerja di Harian Pagi Radar Bogor sendiri. Iklan ini dimuat setiap hari selama satu bulan penuh. Draft naskah iklan dibuat oleh staf personalia, kemudian dikoreksi
oleh Pemimpin Redaksi. Pada naskah iklan, calon pelamar diminta menyampaikan surat lamaran disertai biodata dan fotocopi ijazah, transkrip nilai dan surat
pengalaman kerja. Dengan rekrutmen ini diterima sekitar 300 surat lamaran kerja.
Pada tahun 2008 Harian Pagi Radar Bogor menerima lamaran kerja 310, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 307 pelamar. Tahun 2010 jumlah
pelamar wartawan menurun 300 orang pelamar. Tahun 2011 menurun hingga 280 pelamar. Dari data tersebut terlihat bahwa meskipun ada kecenderungan penurunan
jumlah pelamar, cara open rekrutmen melalui iklan koran cukup efektif dan minat masyarakat menjadi wartawan relatif cukup tinggi.
Sistem rekrutmen tertutup yakni melalui rekomendasi di Harian Pagi Radar Bogor dilakukan berdasarkan usulan dari wartawan senior. Calon wartawan yang
direkomendasikan bisa berasal dari Harian Radar dari daerah lain Jawa Pos Group, harian lokal lain atau dari harian di Jakarta. Hal ini dimungkinkan karena
wartawan tersebut memiliki jaringan pribadi dan tergabung dalam Forum Wartawan Harian Bogor FWHB. Calon wartawan yang direkrut dengan cara ini
tidak mengikuti seleksi secara penuh, hanya mengikuti wawancara yang dilakukan oleh Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana dan Manajer Personalia dan Umum.
Penerimaan wartawan baru dengan cara seperti ini berjumlah 4-6 orang pertahun. Menurut Mathis dan Jackson 2000, rekrutmen yang dilakukan Harian
Pagi Radar Bogor melalui rekomendasi ini merupakan cara rekrutmen melalui “karyawan lama”. Cara ini pada intinya menerima pelamar eksternal melalui
informasi internal. Cara rekrutmen tertutup berikutnya adalah melalui mahasiswa magang di
Harian Pagi Radar Bogor dimungkinkan karena setiap tahun harian ini menerima sekitar 10 orang mahasiswa magang selama 2-4 bulan dari berbagai perguruan
tinggi di kawasan Jabodetabek. Mahasiswa magang tersebut umumnya adalah mahasiswa yang mengambil program studi jurnalistik, komunikasi, statistik dan
pertanian. Pada saat proses magang berlangsung, Pemimpin Redaksi dan Redaktur Pelaksana selama proses dan magang tersebut telah mengamati berbagai hal tentang
mahasiswa magang dan PKL tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan sikap. Berdasarkan pengamatan ini, Pemimpin Redaksi dan
Redaktur Pelaksana telah mel akukan “penilaian dan seleksi” secara diam-diam dan
menawarkan untuk bekerja sebagai wartawan di Harian Pagi Radar Bogor kepada sekitar 6-8 orang mahasiswa. Dengan cara ini, diperoleh wartawan baru sebanyak
4-6 orang pertahun. Sebagai gambaran, dari 35 orang wartawan Harian Pagi Radar Bogor saat ini, 21 orang diterima melalui open rekrutmen melalui iklan, 7 orang