Penerapan Teknologi Padi Organik

Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 385 minggu atau selama budidaya padi organik 4 bulan, mulai dari persiapan benih hingga panen. Penerapan padi organik yang dianalisis dalam penelitian ini dilihat dari luas sawah padi semi organik dan penggunaan benih, pembuatan pupuk kompos, MOL, dan pestisida nabati, persiapan lahan, pengadaan benih, persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, dan panen. Semua kegiatan budidaya padi organik tersebut yang dilakukan oleh petani akan dibandingkan dengan standar penerapan teknologi padi semi organik berdasarkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta serta Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta tahun 2007 dalam seri informasi PRIMATANI No.1 Tahun 2007 dan Standard Operational Procedure SOP Gapoktan Mekar Tani. Luas sawah yang ditanami padi organik oleh petani responden perlu diketahui untuk melihat persentase penerapan teknologi padi organik berdasarkan total sawah yang mereka kuasai. Alasan petani responden mengusahakan padi organik ada tujuh alasan, yang disajikan pada Tabel 1. Sebagian besar petani 32.14 mengusahakan padi organik karena harga jual yang lebih tinggi dari harga padi konvensional. Tabel 1. Sebaran Petani Berdasarkan Alasan Mengusahakan Padi Organik Alasan mengusahakan padi organic Jumlah orang Persentase Harga jual yang tinggi 18 32,14 Biaya produksi lebih murah 6 10,71 Produktivitas lebih tinggi 5 8,93 Gabah lebih berkualitas 4 7,14 Baik bagi kesehatan 8 14,29 Percobaan 6 10,71 Ikut Sekolah Lapang SL padi organic 9 16,07 Jumlah 56 100,00 Petani responden dalam mengusahakan padi organik mengalami berbagai hambatan. Sebagian besar petani 37,50 mengalami hambatan yang paling banyak dirasakan, yaitu penyakit tungro dan kresek. Sudah tiga tahun tanaman padi di Kecamatan Kebon Pedes terkena penyakit tungro, padi organik maupun padi konvensional. Penyakit ini lebih dikenal oleh petani dengan nama hama merah karena penyakit ini ditularkan oleh serangga wereng hijau atau wereng loreng dan gejala yang ditunjukkan penyakit ini yaitu daun berubah menjadi warna kuning oranye atau jingga. Bahkan beberapa petani mengalami gagal panen karena penyakit ini. Sedangkan kresek merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri hawar daun bakteri. Penyakit ini terjadi pada musim hujan atau musim kemarau basah, terutama pada lahan yang selalu tergenang. Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur kurang dari 30 hari. Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi 386 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 menggulung. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati. Hambatan lainnya dapat dilihat pada Tabel 2. Bimbingan teknologi sangat diperlukan oleh petani padi organik, terutama petani yang baru mengusahakan padi organik kurang dari tiga musim satu tahun karena pengalaman mereka masih sedikit. Bimbingan teknologi diperlukan agar gabah yang dihasilkan optimal secara kualitas dan kuantitas. Bimbingan teknologi dilihat dari keikutsertaan petani responden dalam penyuluhan dan pelatihan, materi yang disampaikan, dan instansi yang melaksanakan pelatihan dan penyuluhan. Sebanyak 92,85 persen petani responden pernah ikut dalam penyuluhan dan pelatihan mengenai padi organik. Tabel 2. Sebaran Petani Berdasarkan Hambatan dalam Mengusahakan Padi Organik persen Hambatan dalam Mengusahakan Padi organic Jumlah orang Persentase Ketersediaan benih, pupuk, dan pestisida organik 6 10,71 Ketersediaan uang tunai 6 10,71 Lahan berbatasan dengan lahan konvensional 5 8,93 Kerjaan lebih banyak 5 8,93 Penyakit tungro dan kresek 21 37,50 Pertumbuhan lambat dan produksi menurun 2 3,57 Hama Tikus dan Keong 5 8,93 Ketersediaan air 1 1,79 Tidak ada hambatan 5 8,93 Jumlah 56 100,00 Petani responden yang mengikuti penyuluhan dan pelatihan mengenai padi organik mendapatkan berbagai pengetahuan melalui materi yang disampaikan. Materi yang petani dapatkan ketika mengikuti penyuluhan dan pelatihan bervariasi. Metode yang digunakan dalam penyuluhan dan pelatihan yaitu metode diskusi, tanya jawab, praktek di lapang, dan metode pengenalan dengan mengikuti pameran atau bazar. Pada saat penyuluhan, petani mendapatkan materi mengenai pengertian dan manfaat padi organik atau organik, teori mengusahakan padi organik, dan teori teknologi organik. Penyuluhan biasanya dilakukan di saung pertemuan saung meeting atau di aula kantor Desa pada hari jumat atau sabtu setiap pekannya selama sekolah lapang 4 bulan. Materi penyuluhan hanya teori yang disampaikan mengenai budidaya padi organik, mulai dari penyiapan input hingga saat pemanenan. Materi mengenai ekologi tanah, pengendalian hama dan penyakit, serta pertanian terpadu, juga petani dapatkan pada saat penyuluhan. Selain penyuluhan mengenai budidaya padi organik, petani juga mendapatkan materi mengenai penanganan pasca panen dan pengemasan gabah padi organik atau beras sehat. Materi yang disampaikan pada sekolah penanganan pasca panen padi Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 387 organik ini, yaitu dinamika kelompok, teori pengolahan hasil panen, pengemasan, standar proses operasi pasar, analisis usaha, mengenal alat sablon, trik dan tips pemasaran, serta teori promosi. Pelatihan mengenai padi organik merupakan praktek secara langsung di sawah atau langsung menggunakan bahan-bahan. Saat pelatihan mengenai budidaya padi organik, materi yang disampaikan seperti cara penyemaian yang baik, pembuatan pupuk organik, padat maupun cair MOL, dan pembuatan pestisida nabati. Petani juga langsung turun ke sawah, melakukan praktek bagaimana caranya menanam padi yang baik, pemupukkan, pengendalian hama dan penyakit dengan secara langsung praktek penggunaan pestisidan nabati, cara penyiangan, serta cara panen. Petani mendapatkan pelatihan mengenai penanganan pasca panen dan pengemasan, dengan langsung mempraktekan cara pengemasan dengan pembuatan sablon kemasan yang menarik dan membuat pembukuan untuk mengetahui analisis usaha. Penyuluhan dan pelatihan mengenai padi organik yang diikuti petani responden sebesar 58.93 persen dilaksanakan oleh Badan Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan BP3K yang dilakukan langsung oleh penyuluh PPL. Kelompok tani yang melaksankan bimbingan teknologi mengenai padi organik sebenarnya diinisiasi oleh BP3KPPL karena yang memberikan materi adalah PPL. Dinas pertanian yang pernah melaksanakan bimbingan teknologi mengenai padi organik hanya memberikan materi mengenai pengendalian hama dan penyakit terpadu pada padi, yang juga diinisiasi oleh BP3KPPL. Asosiasi Padi organik yang baru berdiri belum satu tahun ini, tidak melaksanakan bimbingan teknologi secara langsung, namun ketua dan beberapa anggota asosiasi ini memberikan materi mengenai budidaya padi organik kepada petani, yang kegiatannya bersama dengan PPL. Instansi lainnya yang pernah melaksanakan penyuluhan dan pelatihan mengenai padi organik, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Instansi yang Melaksanakan Penyuluhan dan Pelatihan Padi organik Instansi yang Melaksanakan penyuluhan dan pelatihan mengenai padi organic Jumlah responden orang Persentase Kelompok Tani 10 17,86 Asosiasi Petani Padi organic 3 5,36 BP3K PPL 33 58,93 Dinas Pertanian 5 8,93 Nagrak Organik Center NOC 1 1,79 Tidak Ikut Penyuluhan dan Pelatihan 4 7,14 Jumlah 56 100,00 Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi 388 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

4.2. Prosedur Penerapan Teknologi Padi organik

Pembuatan sendiri pupuk organik dan pestisida nabati menjadi salah satu penerapan teknologi padi organik karena dapat mengurangi biaya produksi. Pembuatan pupuk organik dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuknya, yaitu padat dan cair. Pupuk organik padat atau biasa disebut kompos, dapat dibuat dari berbagai bahan, jerami atau kotoran ternak. Petani di Kecamatan Kebon Pedes biasanya menggunakan pupuk organik padat dari kotoran ternak, sapi atau domba. Bahan campuran lainnya yaitu bekatul, arang sekam, dekomposer, hijauan, pospat alam kapur dan air. Dengan perbandingan kotoran hewan 60 persen, bekatul dua persen, arang sekam 10 persen, dekomposer satu persen, pospat alam tujuh persen dan air secukupnya. Agar pupuk yang dihasilkan bagus, maka setiap tiga hari sekali pupuk diaduk atau dibalik dan ditutup. Setelah 30 hari, pupuk sudah terfermentasi dengan baik dan dapat digunakan. Bila pupuk kompos kurang dari 30 hari, pupuk kompos biasanya kurang busuk terfermentasi, sehingga zat haranya kurang. Pembuatan pupuk cair atau biasa disebut MOL microorganisme lokal dibuat dengan berbagai bahan, yaitu urin sapi, kelinci, atau domba, rebung bambu muda, air tebu, batang pisang, buah maja, keong, air nira, air kelapa, dan daun-daunan orok- orok, cleresede. Bahan-bahan tersebut kemudian difermentasikan selama 15 hari. Pestisida nabati bisanya dibuat oleh petani sebagai pencegahan datangnya hama dan penyakit. Pestisida nabati dibuat dari campuran daun sirsak 2 kg, tembakau ½ kg, cabai rawit ½ kg, bawang putih ½ kg, kencur ¼ kg, biji mahoni ¼ kg, brotowali ½ kg, gadung 1 kg, dan air 10 liter. Bahan-bahan tersebut dihaluskan dan dicampur, lalu difermentasi minimal selama 72 jam 3 hari. Jumlah petani responden yang telah membuat pupuk organik dan pestisida nabati dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa hanya sedikit petani yang melakukan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati yang sesuai dengan standar, dan sebagian dari responden tidak membuatnya 50. Tabel 4. Sebaran Petani Berdasarkan Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati persen Pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati Sesuai Tidak Sesuai Tidak Membuat Jumlah  Membuat pupuk organik padat kompos minimal selama 30 hari 9,05 27,60 63,35 100,00  Membuat pupuk cair MOL selama 15 hari 11,25 36,45 52,30 100,00  Membuat pestisida nabati selama 3 hari 26,45 11,05 62,50 100,00 Persiapan lahan sangat diperlukan agar tanaman padi mendapatkan banyak unsur hara. Persiapan lahan yang diperlukan adalah pengolahan tanah dan kecukupan air. Pengolahan tanah yang baik dilakukan 3 – 15 hari sebelum penanaman. Persentase Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 389 petani yang mengolah tanah 3 –15 hari sebelum penanaman lebih banyak. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak dengan traktor atau kerbau atau dicangkul sampai benar-benar gembur. Pembuatan parit atau kamalir dibuat sesuai kebutuhan. Pembuatan parit biasanya dibuat diantara tanaman padi agar kebutuhan air tercukupi tanpa membuat tanaman padi terendam air. Hal ini dilakukan untuk menekan perkembangan keong agar tidak memakan tanaman padi. Pengaturan air sangat diperlukan dalam penanaman padi organik karena padi sangat memerlukan air dalam jumlah yang cukup tetapi tidak untuk digenangi karena padi bukan tanaman air. Sebelum penanaman, sawah digenangi oleh air setinggi dua cm selama satu minggu. Benih merupakan salah satu input terpenting dalam mengusahakan berbagai tanaman, termasuk padi organik. Pengadaan benih harus diperhatikan dengan baik. Mulai dari varietas yang digunakan, cara dan tempat mendapatkan benih, kualitas benih, warna label, serta jumlah dan perlakuan pada benih. Varietas benih yang paling sering digunakan oleh petani responden adalah varietas ciherang, sintanur, dan inpari 13. Petani mendapatkan benih melalui berbagai cara dan tempat. Petani responden mendapatkan benih paling banyak 58,93 dengan membeli sendiri. Petani biasanya membeli benih di toko pertanian atau dari tetangga. Cara lain yang digunakan petani responden adalah membuat benih sendiri. Benih dihasilkan dari hasil panen sebelumnya yang dipilih dengan kualitas yang baik. Petani yang mendapatkan benih dari kelompok tani merupakan benih bantuan dari PPLDinas Pertanian. Petani tidak mendapatkan benih secara gratis karena petani membayar uang transportasi bagi pengurus kelompok tani yang mengantarkan benih tersebut ke rumah . Pengurus yang mengantarkan benih biasanya berjalan kaki sambil memanggul benih. Satu kantong benih yang berisi lima kilogram biasanya dibayar seharga Rp 10.000,00. Tabel 5. Sebaran Petani Berdasarkan Cara dan Tempat Mendapatkan Benih Padi persen Cara dan Tempat mendapatkan benih padi Jumlah Petani Persentase Buat sendiri 9 16,07 Beli sendiri 33 58,93 Kelompok Tani 5 8,93 Asosiasi Petani Padi semi organic 1 1,79 Perusahaan Mitra 2 3,57 PPLDinas Pertanian 6 10,71 Jumlah 56 100,00 Kualitas benih yang digunakan dilihat berdasarkan sertifikasi benih oleh BPSB Badan Pengawasan Sertifikasi Benih, benih organik, dan label benih yang digunakan. Petani responden, sebagian besar 52,20 telah menggunakan benih bersertifikat BPSB. Walaupun sebagian besar telah menggunakan benih bersertifikat,

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

4 102 81

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Perbaikan Sifat Tanah Dan Peningkatan Produksi Padi Sawah Dengan Pemberian Bahan Organik Dan Sistem Tanam Sri (System of Rice Intensification)

0 23 13

Motivasi petani dalam menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification): studi kasus di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

0 10 118

Pengaruh Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi

0 9 348

Tingkat Persepsi dan Adopsi Petani Padi terhadap Penerapan System of Rice Intensification (SRI) di Desa Simarasok, Sumatera Barat

3 18 71

PENERAPAN PEMUPUKAN PADA PERTANIAN PADI ORGANIK DENGAN METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA SUKAKARSA KABUPATEN TASIKMALAYA ipi10849

0 0 8

Tingkat Adopsi Teknologi SRI (System of Rice Intensification) dan Analisis Usahatani Padi di Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi I.Solihah

0 0 9

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 10

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 17