Prosedur Penerapan Teknologi Padi organik

Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 389 petani yang mengolah tanah 3 –15 hari sebelum penanaman lebih banyak. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak dengan traktor atau kerbau atau dicangkul sampai benar-benar gembur. Pembuatan parit atau kamalir dibuat sesuai kebutuhan. Pembuatan parit biasanya dibuat diantara tanaman padi agar kebutuhan air tercukupi tanpa membuat tanaman padi terendam air. Hal ini dilakukan untuk menekan perkembangan keong agar tidak memakan tanaman padi. Pengaturan air sangat diperlukan dalam penanaman padi organik karena padi sangat memerlukan air dalam jumlah yang cukup tetapi tidak untuk digenangi karena padi bukan tanaman air. Sebelum penanaman, sawah digenangi oleh air setinggi dua cm selama satu minggu. Benih merupakan salah satu input terpenting dalam mengusahakan berbagai tanaman, termasuk padi organik. Pengadaan benih harus diperhatikan dengan baik. Mulai dari varietas yang digunakan, cara dan tempat mendapatkan benih, kualitas benih, warna label, serta jumlah dan perlakuan pada benih. Varietas benih yang paling sering digunakan oleh petani responden adalah varietas ciherang, sintanur, dan inpari 13. Petani mendapatkan benih melalui berbagai cara dan tempat. Petani responden mendapatkan benih paling banyak 58,93 dengan membeli sendiri. Petani biasanya membeli benih di toko pertanian atau dari tetangga. Cara lain yang digunakan petani responden adalah membuat benih sendiri. Benih dihasilkan dari hasil panen sebelumnya yang dipilih dengan kualitas yang baik. Petani yang mendapatkan benih dari kelompok tani merupakan benih bantuan dari PPLDinas Pertanian. Petani tidak mendapatkan benih secara gratis karena petani membayar uang transportasi bagi pengurus kelompok tani yang mengantarkan benih tersebut ke rumah . Pengurus yang mengantarkan benih biasanya berjalan kaki sambil memanggul benih. Satu kantong benih yang berisi lima kilogram biasanya dibayar seharga Rp 10.000,00. Tabel 5. Sebaran Petani Berdasarkan Cara dan Tempat Mendapatkan Benih Padi persen Cara dan Tempat mendapatkan benih padi Jumlah Petani Persentase Buat sendiri 9 16,07 Beli sendiri 33 58,93 Kelompok Tani 5 8,93 Asosiasi Petani Padi semi organic 1 1,79 Perusahaan Mitra 2 3,57 PPLDinas Pertanian 6 10,71 Jumlah 56 100,00 Kualitas benih yang digunakan dilihat berdasarkan sertifikasi benih oleh BPSB Badan Pengawasan Sertifikasi Benih, benih organik, dan label benih yang digunakan. Petani responden, sebagian besar 52,20 telah menggunakan benih bersertifikat BPSB. Walaupun sebagian besar telah menggunakan benih bersertifikat, Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi 390 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 namun benih tersebut tidak semua merupakan benih organik hanya 29,70. Kualitas benih yang digunakan petani responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Petani yang Menggunakan Benih Berdasarkan Kualitas Benih yang Digunakan persen Kualitas benih Ya Tidak Tidak Tahu Jumlah Bersertifikat Badan Pengawasan Sertifikat Benih BPSB 52,20 22,70 25,10 100,00 Benih Organik 29,70 27,20 43,10 100,00 Kualitas benih yang juga harus diperhatikan adalah warna label benih. Petani responden paling banyak 60,71 yang menggunakan benih berlabel biru. Warna label lainnya yang digunakan petani responden adalah ungu. Warna label benih yang digunakan oleh petani reponden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Petani Berdasarkan Warna Label Benih yang Digunakan Warna label benih yang digunakan Petani orang Persentase Ungu 2 3,57 Biru 34 60,71 Tidak Tahu 4 7,14 Tidak Berlabel 16 28,57 Jumlah 56 10,.00 Selain kualitas, kuantitas benih juga harus diperhatikan dalam penerapan teknologi padi semi organik agar pertumbuhan tanaman padi menjadi optimal dengan penggunaan jumlah sesuai standar, yaitu 8 – 15 kg benih per ha. Sebelum disebarkan pada lahan persemaian, benih terlebih dahulu direndam dalam air selama 24 jam dan diperam di dalam karung atau plastik selama 48 jam untuk merangsang perkecambahan secara serempak. Jumlah dan perlakuan pada benih yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Petani Berdasarkan Jumlah dan Perlakuan pada Benih Jumlah dan Perlakuan pada Benih Sesuai Tidak Sesuai Tdk melakukan Jumlah Jumlah benih yang digunakan sebanyak 8 – 15 kgha 15,40 84,60 - 100,00 Benih direndam selama 24 jam 7,35 55,65 37,00 100,00 Benih diperam selama 48 jam 49,15 13,85 37,00 100,00 Penerapan teknologi dalam persemaian diidentifikasi dari luas lahan, penggunaan pupuk organik, dan penggunaan pestisida nabati. Luas lahan persemaian untuk satu kilogram benih minimal seluas 4 m 2 agar pertumbuhan bibit menjadi optimal dan serempak. Lahan persemaian harus diberikan pupuk organik sebanyak 2 kgm 2 agar pertumbuhan bibit lebih cepat dan baik. Penggunaan pestisida nabati pada Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 391 lahan persemaian dilakukan untuk pencegahan hama dan penyakit pada bibit, minimal dua kali penyemprotan. Standar persemaian yang dilakukan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 hanya sebagian kecil petani sekitar 20 yang melakukan persemaian sesuai dengan standar. Tabel 9. Sebaran Petani Berdasarkan Standar Persemaian persen Standar Persemaian Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah 1. Luas lahan persemaian satu kilogram benih minimal seluas 4m 2 62,20 37,80 - 100,00 2. Penggunaan pupuk organik pada lahan persemaian sebanyak 2 kgm 2 20,65 51,65 27,70 100,00 3. Menggunakan pestisida nabati minimal sebanyak 2 kali sebagai pencegahan 20,10 29,25 50,65 100,00 Penanaman merupakan salah satu proses budidaya yang penting dan harus dilakukan sesuai standar agar tanaman padi organik tumbuh dengan baik. Standar penanaman padi semi organik, yaitu menggunakan bibit muda, jumlah daun bibit minimal empat lembar, satu lubang ditanam 1 – 2 bibit, bibit ditanam dengan kedalaman maksimal satu cm, jarak antar rumpun tanam 25 – 30 cm, dan ditanam dengan sistem legowo. Satu lubang ditanam sebanyak 1 – 2 bibit agar pertumbuhan tanaman padi baik dan setiap tanaman tercukupi unsur haranya. Masih banyaknya petani yang tidak melakukan penanaman sebanyak 1 – 2 bibit setiap lubang karena mereka khawatir tanaman padi yang masih muda akan dimakan oleh keong dan apabila bibit yang ditanam dimakan oleh keong maka masih ada bibit padi yang lainnya dalam lubang tersebut. Untuk mengatasi hal ini, petani dapat menggunakan kamalir atau parit yang mengelilingi tanaman padi sehingga keong tidak akan naik dan memakan tanaman padi, namun hanya berada di parit tersebut. Bibit harus ditanam dengan kedalaman maksimal satu cm, agar bibit cepat tumbuh dengan baik. Petani yang telah mengikuti penyuluhan dan pelatihan sudah mengetahui standar penanaman ini dan ingin menerapkannya. Namun karena penanaman biasanya dilakukan oleh orang lain tenaga kerja luar keluarga, petani tidak dapat mengawasinya satu persatu pekerja. Petani biasanya hanya memberikan pengarahan saja kepada tenaga kerja yang melakukan penanaman bagaimana standar penanaman yang baik tanpa pengawasan langsung di sawah sehingga semua pekerjaaan diserahkan kepada tenaga kerja. Tidak semua tenaga kerja mengikuti saran petani untuk menanam sesuai standar karena kekurangan pengetahuan dan pengalaman mereka. Standar penanaman padi organik yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 10. Untuk umur bibit, kedalaman dan jarak rumpun, sebagian besar petani telah melakukan penanaman sesuai standar. Namun untuk jumlah daun dan jumlah bibit per lubang sebagian besar belum sesuai dengan standar. Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi 392 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 Tabel 10. Sebaran Petani Berdasarkan Penggunaan Standar Penanaman persen Standar Penanaman Sesuai Tidak Sesuai Jumlah Menggunakan bibit padi berumur 12 – 20 HSS 83,45 16,55 100,00 Jumlah daun bibit minimal sebanyak 4 lembar 33,45 66,55 100,00 Satu lubang ditanam 1 - 2 bibit 47,70 52,30 100,00 Bibit ditanam dengan kedalaman maksimal 1 cm 68,75 31,25 100,00 Jarak antar rumpun tanam 25 – 30 cm 70,40 29,60 100,00 Penanaman dengan menggunakan sistem legowo juga merupakan penerapan teknologi. Cara tanam padi sistem legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usahatani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Legowo diambil dari bahasa Jawa Banyumas yang berasal dari kata lego dan dowo; lego artinya luas dan dowo artinya memanjang. Jadi antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang setiap barisnya Supriapermana et al. 1990, diacu dalam Pahruddin et al 2004 3 . Penanaman dengan menggunakan sistem ini terkendala juga pada pengetahuan dan pengalaman tenaga kerja. Petani responden telah menggunakan sistem legowo sebesar 60,71 persen. Sistem legowo yang paling banyak digunakan oleh petani responden adalah sitem legowo 3:1 dan 4:1. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma di sawah agar tidak mengganggu tanaman padi dan menjadi kompetitor dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah. Penyiangan yang baik dilakukan minimal dua kali pada saat padi berusia 20 – 22 HST hari setelah tanam dan berusia 35 – 37 HST. Dalam penyiangan ada juga responden yang tidak melakukan penyiangan, baik penyiangan pertama maupun kedua. Penyiangan tidak dilakukan karena menurut mereka tidak ada gulma di sawah sehingga tidak perlu dilakukan penyiangan. Standar penyiangan yang dilakukan pada petani responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran Petani Berdasarkan Standar Penyiangan persen Standar Penyiangan Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Penyiangan I pada 20 – 22 HST 17,95 80,10 1,95 100,00 Penyiangan II pada 35 – 37 HST 8,85 84,25 6,90 100,00 Penyiangan dapat dilakukan dengan bantuan alat atau hanya dicabut dengan menggunakan tangan. Alat yang digunakan untuk penyiangan biasa disebut gasrok oleh petani padi semi organik di Kecamatan Kebon Pedes. Apabila penyiangan 3 Pahruddin et al. 2004. Cara Tanam Padi Sistem Legowo Mendukung Usahatani Padi di Desa Bojong, Cikembar, Sukabumi. http:www.pustaka.litbang.deptan.go.idpublikasibt091044.pdf [03 Juni 2012] Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 393 menggunakan alat ini, tenaga kerja yang digunakan adalah laki-laki karena membutuhkan tenaga yang cukup besar. Pupuk yang diberikan pada tanaman padi organik dalam bentuk pupuk padat maupun pupuk cair. Pupuk yang paling banyak yang digunakan adalah pupuk organik. Pupuk organik padat digunakan sebelum penanaman pupuk dasar sebanyak 2 – 5 tonha. Pemupukan setelah penanaman, dapat menggunakan pupuk organik padat maupun cair MOL. Pemupukan pertama dilakukan pada umur padi 10 HST, pemupukkan kedua dan ketiga berselang 10 hari setelah pemupukan sebelumnya. Pemberian pupuk cair MOL minimal sebanyak tiga kali dan juga diberikan berselang setiap 10 hari. Total pupuk organik padat yang diberikan minimal sebanyak tiga tonha dan total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kgha. Jumlah petani responden yang melakukan standar pemupukan dapat dilihat pada Tabel 12. Sebagian besar petani responden tidak melakukan pemupukan sesuai standar. Tabel 12. Sebaran Petani Berdasarkan Standar Pemupukan persen Standar Pemupukan Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Pemupukan dasar sebanyak 2 – 5 tonha 38,35 48,10 13,55 100,00 Pemupukan I pada 10 HST 14,90 81,25 3,85 100,00 Pemupukan II pada 20 HST 25,10 69,35 5,55 100,00 Pemupukan III pada 30 HST 1,65 62,10 36,25 100,00 Pemupukan MOL minimal sebanyak 3 kali 48,20 19,60 32,20 100,00 Total pupuk organik padat yang digunakan minimal 3 tonha 39,50 58,85 1,65 100,00 Total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kgha 10,50 34,10 55,40 100,00 Pengendalian hama dan penyakit pada padi organik harus menggunakan bahan organik atau biasa disebut pestisida nabati. Pestisida nabati biasanya digunakan untuk mencegah terjadinya hama dan penyakit. Penyemprotan pestisida nabati dilakukan minimal sebanyak dua kali. Petani responden yang tidak menggunakan pestisida nabati akan menggunakan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit. Petani yang telah menggunakan pestisida nabati juga ada yang menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit, karena menurut mereka serangan hama dan penyakit yang sudah serius dapat menyebabkan gagal panen sehingga mereka menggunakan pestisida kimia untuk mengurangi risiko gagal panen. Panen merupakan tahap akhir dalam budidaya padi organik sehingga harus dilakukan dengan baik. Petani padi semi organik di Kecamatan Kebon Pedes biasanya melakukan panen tiga kali dalam satu tahun, sehingga waktu yang diperlukan dari persiapan benih hingga pasca penen memerlukan waktu sekitar empat bulan. Panen sebaiknya ditanam pada usia padi yang tepat agar gabah yang dihasilkan maksimal. Umur panen padi tergantung dari varietas padi yang digunakan. Padi ciherang umur tanamnya 116 – 115 hari, padi padi sintanur 115 – 125 hari, dan padi inpari 13 umur Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi 394 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 tanamnya 103 hari. Petani responden yang panen tepat pada umur tersebut hanya sebesar 5,35 persen. Pada saat panen, sebaiknya batang padi dipotong sepanjang 25 cm dari panggal malai ke tanah agar gabah mudah dirontokan karena panjang batang padi sesuai. Petani responden masih menggunakan alat sederhana untuk merontokan padi, yaitu dengan menggunakan papan perontok yang dialasi terpal untuk menampung bulir gabah. Petani responden yang melakukan panen sesuai standar ini hanya 8,92 persen.

4.3. Derajat Penerapan Teknologi Padi Organik

Derajat penerapan teknologi adalah nilai evaluasi penerapan teknologi padi organik yang dilakukan oleh petani dibandingkan dengan standar yang ada. Nilai evaluasi ini diperoleh dari hasil wawancara yang dibantu kuisioner kepada petani responden yang menerapkan teknologi padi organik di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah petani melakukan atau tidak standar teknologi padi organik dan berapa kuantitas yang digunakan lalu dibandingkan dengan standar yang ada, maka didapatlah nilai evaluasi ini dalam bentuk persentase. Jumlah derajat penerapan teknologi padi organik seluruh responden adalah 3.487,56 dengan rata-rata sebesar 62,28. Derajat penerapan teknologi yang paling tinggi adalah 86,96 sedangkan yang paling rendah adalah 44,83. Nilai median dari seluruh derajat penerapan teknologi adalah 77,00 yang menunjukkan 50 persen derajat penerapan teknologi padi semi organik berada diatas 77,00 dan 50 persen lainnya berada dibawah 77,00.

4.4. Analisis Pendapatan Usahatani

Produktivitas rata-rata gabah padi semi organik petani responden sebesar 6,2 tonha. Rata-rata luas sawah yang ditanam padi semi organik sebesar 0,35 ha. Harga jual rata-rata gabah padi semi organik yang diterima petani sebesar Rp 3.250 per kg. Karena menurut responden harga beras di pasar sekarang mahal dan kualitasnya kurang bagus, mereka lebih memilih menyimpan hasil produksinya untuk memenuhi konsumsi rumah tangga mereka selama satu musim kedepan. Rata-rata hasil produksi yang disimpan untuk konsumsi oleh petani sebesar 31,77. Total penerimaan usahatani padi semi organik yang diperoleh yaitu sebesar Rp 20,419,734.66ha. Rata-rata penerimaan usahatani padi semi organik yang diterima petani responden per ha dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Semi Organik per hektar Penerimaan Rpha Persentase Penerimaan Tunai 14.224.998,16 69,66 Penerimaan Diperhitungkan - Konsumsi 6.180.461,06 30,27 Benih 14.275,45 0,07 Total Penerimaan 20.419.734,66 100,00 Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 395 Biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan, yang dapat dilihat pada Tabel 14. Dari Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari struktur biaya, sebagian besar adalah biaya tunai 86,21, dan hanya sebagian kecil biaya diperhitungkan 13,79. Biaya totalha adalah Rp 13.245.165,60. Tabel 14. Biaya Rata-rata Usahatani Padi Semi Organik per Hektar Keterangan Rpha Biaya Tunai Benih 170.060,74 1,28 Pupuk Organik 879.083,30 6,64 Pupuk Kimia 323.626,82 2,44 Pupuk Cair 28.918,70 0,22 Pestisida Nabati 25.058,86 0,19 Pestisida Kimia 143.700,00 1,08 Tenaga Kerja Luar Keluarga - Non Borongan 2.545.367,44 19,22 Borongan 2.752.104,74 20,78 Sewa Lahan 4.480.479,78 33,83 Pajak Lahan 69.781,21 0,53 Total 11.418.181,56 86,21 Biaya Diperhitungkan - Benih 52.925,96 0,40 Pupuk Organik 22.777,78 0,17 Pupuk Kimia 41.250,00 0,31 Pestisida Kimia 11.53l,85 0,01 Tenaga Kerja Dalam Keluarga 1.708.876,46 12,90 Total 1.826.984,04 13,79 Total Biaya 13.245.165,60 100,00 Perhitungan pendapatan dan Rasio RC petani dapat dilihat pada Tabel 15. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa total pendapatan usahatani per ha yaitu Rp 7.174.569,06 dan RC total sebesar 1,55 yang artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,55 rupiah.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

4 102 81

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Perbaikan Sifat Tanah Dan Peningkatan Produksi Padi Sawah Dengan Pemberian Bahan Organik Dan Sistem Tanam Sri (System of Rice Intensification)

0 23 13

Motivasi petani dalam menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification): studi kasus di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

0 10 118

Pengaruh Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi

0 9 348

Tingkat Persepsi dan Adopsi Petani Padi terhadap Penerapan System of Rice Intensification (SRI) di Desa Simarasok, Sumatera Barat

3 18 71

PENERAPAN PEMUPUKAN PADA PERTANIAN PADI ORGANIK DENGAN METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA SUKAKARSA KABUPATEN TASIKMALAYA ipi10849

0 0 8

Tingkat Adopsi Teknologi SRI (System of Rice Intensification) dan Analisis Usahatani Padi di Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi I.Solihah

0 0 9

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 10

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 17