Komitmen tinggi pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan

Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor peluang meliputi : 1 Adanya kebun bibit rakyat, 2 Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik, 3 Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah, 4 Adanya program BLU. Faktor ancaman meliputi : 1 Murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak, 2 Administrasi surat kepemilikan tanah, 3 Mahalnya biaya pembuatan SKAU

A. Peluang

1. Adanya kebun bibit rakyat

Keberadaan kebun bibit rakyat milik Dinas Kehutanan dan Kebudayaan yang berada di Kecamatan Sendang merupakan faktor peluang penting yang mempengaruhi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Dengan adanya kebun bibit rakyat ini masyarakat yang ingin membangun hutan rakyat tidak perlu lagi kesulitan mencari bibit yang berkualitas dan murah.

2. Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik

Industri pengolahan kayu di Jawa Timur khususnya untuk pembuatan palet kayu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah industri ini membuat permintaan kayu sengon semakin meningkat dan berimbas pada meningkatnya harga jual sengon saat ini. Komoditi kayu jati hutan rakyat terserap oleh industri mebel dan bahan bangunan rumah. 3. Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah Program pembangunan hutan rakyat memerlukan dana yang cukup besar, baik untuk kegiatan teknis maupun non teknis. Sumber dana yang bisa diharapkan yang mampu mendorong pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung antara lain berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional APBN melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL. Sumber yang lain berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD melalui program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis GRLK. Pada tahun 2005 Kabupaten Tulungagung mendapatkan anggaran sebesar Rp2 500 000 000 untuk kegiatan GNRHL dan Rp500 000 000 untuk kegiatan GRLK.

4. Adanya program BLU yang menjangkau hutan rakyat

Berubahnya dasar hukum Badan Layanan Umum BLU kehutanan dengan terbitnya Peraturan Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Keuangan No. PB. 1Menhut-II2011 No. 04PMK.022012 tentang pengelolaan Dana Reboisasi dalam Rekening Pembangunan Hutan membuat BLU mempunyai pasar yang lebih luas. Jika awalnya hanya melayani hutan tanaman rakyat HTR dan hutan tanaman industri HTI, kini BLU juga melayani hutan rakyat. Program dari BLU ini berbentuk pembiayaan atau pinjaman jangka panjang bunga lunak untuk program pembangunan hutan, program pemeliharaan hutan, dan program tunda tebang. Tentu peluang ini menjadi angin segar bagi petani yang ingin membangun hutan rakyat namun terkendala modal yang minim. Selain itu adanya program tunda tebang menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilik hutan rakyat untuk mengembangkan hutan rakyat yang sudah dimiliki. 20

B. Ancaman

1. Murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak

Saat ini pemasaran kayu hasil hutan rakyat masih bergantung pada tengkulak yang mendatangi petani hutan rakyat untuk selanjutnya dijual ke pabrik. Dalam prakteknya masih banyak ditemukan tengkulak yang memberikan harga terlalu murah kepada petani hutan rakyat. Hal ini menjadi ancaman bagi perkembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung karena bisa mengurangi motivasi petani hutan rakyat untuk membangun dan mengembangkan hutan rakyat yang sudah dimiliki.

2. Administrasi surat kepemilikan tanah

Dalam administrasi yang diperlukan untuk mengajukan permohonan dana BLU diperlukan surat kepemilikan tanah pribadi yang jelas dan sah. Saat ini masih banyak petani hutan rakyat dalam kelompok tani yang tanah miliknya belum memiliki surat kepemilikan tanah pribadi karena mayoritas tanah mereka merupakan tanah warisan. Untuk mengurus surat tanah tersebut harus melewati birokrasi pemerintah desa yang menurut kebanyakan petani hutan rakyat sangat menyita waktu dan menyusahkan.

3. Mahalnya biaya pembuatan SKAU

Surat Keterangan Asal Usul SKAU kayu merupakan surat keterangan yang dikeluarkan oleh pejabat desa yang menunjukkan legalitas kayu yang dijual oleh petani hutan rakyat. Sebernarnya untuk pembuatan SKAU sendiri tidak dipatok besaran uang yang harus dibayarkan kepada pemerintah desa, namun dari pihak desa sering meminta biaya antara Rp500 000 hingga Rp1 000 000 untuk sekali pembuatan SKAU. Biaya tersebut dirasa cukup memberatkan bagi petani hutan rakyat. Tabel 21 Analisis faktor eksternal Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor Peluang O

1. Adanya kebun bibit rakyat

0.09 2 0.18 2. Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik 0.21 4 0.83 3. Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah 0.13 3 0.39 4. Adanya program BLU 0.26 4 1.02 Ancaman T 1. Murahnya harga kayu yang ditawarkan oleh para tengkulak 0.19 3 0.58

2. Administrasi surat kepemilikan tanah

0.07 1 0.07 3. Mahalnya biaya pembuatan SKAU 0.04 1 0.04