Jumlah anggota keluarga Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung

12 Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani hutan rakyat Lama usaha tani hutan rakyat tahun Jumlah orang Persentase 5 –10 9 15 11 –20 41 68 21 –30 10 7 Jumlah 60 100 Pembangunan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Pembangunan hutan rakyat di Kecamatan Sendang sebagian besar adalah tanaman kehutanan yang dikelola bersama dengan tanaman pertanian dengan sistem tumpangsari. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan hasil yang didapatkan dari lahan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani. Dengan pola tumpang sari diharapkan produktifitas lahan meningkat dan petani dapat memperoleh manfaat dari lahan sambil menunggu masa tebang hutan rakyat. Jenis tanaman kehutanan yang berada di lahan milik sebagai tanaman pokok adalah sengon Albizia falcataria, jabon Anthocepalus cadamba dan jati Tectona grandis sedangkan tanaman pertanian adalah singkong, pisang, talas, gadung, umbi porang, camcau, dan rumput odot yang ditanam sebagai tanaman sela. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang telah dilakukan oleh petani di Kecamatan Sendang meliputi pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran hasil.

1. Pengadaan bibit

Petani mendapatkan bibit sengon dan jati yang ditanam dengan cara membeli bibit dalam polybag dengan harga Rp1000 –1500 per polybag untuk bibit sengon dan Rp3000 –4500 per polybag untuk bibit jati. Bibit dibeli dari pedagang yang khusus menjual bibit pohon yang didapat di luar Kecamatan Sendang. Pembelian bibit ada yang dilakukan secara kolektif oleh kelompok tani dan ada yang membeli secara mandiri. Pada tahun 2011 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung memberikan bantuan bibit kepada tiga kelompok tani di Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok dalam proyek Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL. Bibit yang diberi berupa tanaman sengon sebanyak 6000 batang tiap kelompok tani.

2. Penanaman

Penanaman dilakukan saat musim penghujan tiba. Sebelum kegiatan penanaman dilakukan, petani melakukan persiapan lahan yang biasanya dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Persiapan lahan yang dilakukan adalah membersihkan lahan dari tumbuhan lain yang berpotensi mengganggu pertumbuhan pohon seperti rumput dan alang-alang. Setelah lahan dibersihkan dilakukan pembuatan lubang tanam yang kemudian diberi pupuk kandang dan dipasang ajir. Penentuan jarak tanam yang digunakan petani berbeda-beda, ada yang menggunakan jarak tanam 2 m×2 m, 3m×3m, dan 5m×5m.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan petani pada hutan rakyat milik mereka masih sangat sederhana. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi kegiatan pemupukan, pemangkasan, dan penjarangan. Pada kegiatan pemupukan, sebagian besar petani menggunakan pupuk kandang yang diperoleh dari ternak peliharaan. Selain pupuk kandang, petani hutan rakyat juga menggunakan pupuk urea setiap 6 bulan sekali sampai usia 2 tahun. Sebagian besar kegiatan pemangkasan dilakukan oleh petani tiap empat bulan sekali hingga tanaman berusia 2 tahun.

4. Pemanenan

Kegiatan pemanenan kayu dilakukan saat daur yang dikehendaki oleh petani sudah tercapai 5 hingga 8 tahun untuk jenis sengon dan jabon, dan 10 tahun untuk jenis jati, namun banyak juga yang memanen kayu dengan sistem tebang butuh yaitu saat petani membutuhkan biaya mendesak untuk sekolah anak atau untuk keperluan hajatan. Kegiatan pemanenan kayu dilakukan sendiri oleh pembeli kayu dalam hal ini dilakukan oleh tengkulak. Komoditas tanaman sela yang ditanam di sela-sela pohon dipanen untuk tambahan kebutuhan sehari-hari dan pakan ternak yang dimiliki.

5. Pemasaran hasil

Pemasaran hasil hutan rakyat di Kecamatan Sendang saat ini masih bergantung kepada tengkulak dalam mendistribusikan hasil tanamannya ke industri. Sistem pembelian yang digunakan tengkulak adalah sistem borongan. Dalam penentuan harga, kebanyakan petani tidak tahu harga batangan dari ukuran diameter dan tinggi pohon, sehingga para tengkulak berani memberi harga rendah kepada petani. Tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Intensitas pengelolaan hutan rakyat merupakan curahan waktu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lahan milik mereka. Dalam penelitian ini kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang diidentifikasi untuk diketahui intensitasnya adalah kegiatan perencanaan dan kegiatan pelaksanaan. Kegiatan perencanaan mencakup kegiatan penentuan jenis bibit, penentuan jarak tanam, dan perencanaan pemasaran hasil. Kegiatan pelaksanaan mencakup kegiatan pemupukan, penjarangan, dan pengendalian penyakit. Hasil perhitungan tentang intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pengelolaan hutan rakyat Variabel Kategori Jumlah orang Persentase Perencanaan 3 –5 rendah 10 17 6 –8 sedang 41 68 8 tinggi 9 15 Pelaksanaan 3 –5 rendah 40 67 6 –8 sedang 11 18 8 tinggi 9 15