3. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan petani pada hutan rakyat milik mereka masih sangat sederhana. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi kegiatan
pemupukan, pemangkasan, dan penjarangan. Pada kegiatan pemupukan, sebagian besar petani menggunakan pupuk kandang yang diperoleh dari ternak peliharaan.
Selain pupuk kandang, petani hutan rakyat juga menggunakan pupuk urea setiap 6 bulan sekali sampai usia 2 tahun. Sebagian besar kegiatan pemangkasan
dilakukan oleh petani tiap empat bulan sekali hingga tanaman berusia 2 tahun.
4. Pemanenan
Kegiatan pemanenan kayu dilakukan saat daur yang dikehendaki oleh petani sudah tercapai 5 hingga 8 tahun untuk jenis sengon dan jabon, dan 10 tahun
untuk jenis jati, namun banyak juga yang memanen kayu dengan sistem tebang butuh yaitu saat petani membutuhkan biaya mendesak untuk sekolah anak atau
untuk keperluan hajatan. Kegiatan pemanenan kayu dilakukan sendiri oleh pembeli kayu dalam hal ini dilakukan oleh tengkulak. Komoditas tanaman sela
yang ditanam di sela-sela pohon dipanen untuk tambahan kebutuhan sehari-hari dan pakan ternak yang dimiliki.
5. Pemasaran hasil
Pemasaran hasil hutan rakyat di Kecamatan Sendang saat ini masih bergantung kepada tengkulak dalam mendistribusikan hasil tanamannya ke
industri. Sistem pembelian yang digunakan tengkulak adalah sistem borongan. Dalam penentuan harga, kebanyakan petani tidak tahu harga batangan dari ukuran
diameter dan tinggi pohon, sehingga para tengkulak berani memberi harga rendah kepada petani.
Tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang
Intensitas pengelolaan hutan rakyat merupakan curahan waktu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lahan milik mereka. Dalam
penelitian ini kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang diidentifikasi untuk diketahui intensitasnya adalah kegiatan perencanaan dan kegiatan pelaksanaan.
Kegiatan perencanaan mencakup kegiatan penentuan jenis bibit, penentuan jarak tanam, dan perencanaan pemasaran hasil. Kegiatan pelaksanaan mencakup
kegiatan pemupukan, penjarangan, dan pengendalian penyakit. Hasil perhitungan tentang intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pengelolaan hutan rakyat Variabel
Kategori Jumlah orang
Persentase Perencanaan
3 –5 rendah
10 17
6 –8 sedang
41 68
8 tinggi 9
15 Pelaksanaan
3 –5 rendah
40 67
6 –8 sedang
11 18
8 tinggi 9
15
14 Perencanaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang akan dilakukan
untuk menjalankan suatu usaha pada periode tertentu, mencakup pengelolaan usaha, hasil produksi yang dijual, pasar dan pemasaran serta proyeksi keuangan
Simanjuntak 2004. Intensitas kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh petani hutan rakyat memiliki kategori sedang, yaitu sebanyak 41 responden 68. Hal
ini disebabkan oleh karena petani rata-rata langsung melakukan kegiatan pelaksanaan, sehingga kegiatan perencanaan tidak dilakukan secara matang dan
biasanya dibicarakan dalam kelompok tani. Pada kegiatan pelaksanaan, dominan petani memiliki tingkat intensitas yang sedang pada pelaksanaan pengelolaan
hutan, yaitu sebanyak 40 responden 67.
Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan kategori intensitas pengelolaan hutan rakyat
Variabel Kategori
Jumlah orang Persentase Intensitas pengelolaan
hutan rakyat 14
–18 tinggi 17
28 10
–13 sedang 33
55 6
–9 rendah 10
17 Jumlah
60 100
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berada di kategori
sedang, yaitu sebanyak 33 responden 55 yang melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat dengan cukup intensif.
Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat
Persepsi petani terhadap hutan rakyat
Dalam pengertian psikologi, persepsi merupakan proses perencanaan informasi untuk dipahami. Penginderaan penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan lain-lain merupakan alat untuk untuk memperoleh informasi tersebut. Untuk memahami informasi tersebut diperlukan kesadaran atau kognisi Sarwono 2002.
Persepsi erat hubungannya dengan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang berakibat terhadap kemauan dan perasaan pada stimulus tersebut,
serta motivasi tertentu. Menurut Lockard 1977 dalam Tampang 1999, persepsi dipengaruhi dari variabel-variabel yang berkombinasi satu dengan lainnya, yaitu:
1 pengalaman masa lalu, apa yang pernah dialami; 2 indoktrinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami; 3 sikap pemahaman, apa yang
diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang ada dalam individu tersebut. Minat, kemauan,
perasaan, kebutuhan, motivasi, umur, kepribadian, kebiasaan, dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang termasuk juga pengetahuan. Persepsi
juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti sosial budaya dan sosial ekonomi pendidikan, lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya.
Pengukuran tingkat persepsi petani hutan rakyat terhadap hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilihat dari total skor 14 pertanyaan valid penduga
persepsi yang diukur dengan skala Likert sperti tercantum dalam Tabel 16.