12
b.  Aspek Pengembangan Kelembagaan Masyarakat
Pengoperasian  PLTMH  menuntut  adanya  suatu  lembaga  tersendiri  yang menjalankan  fungsi-fungsi  pengelolaan  dan  perawatan.  Lembaga  tersebut  akan
menambah keberadaan lembaga yang sudah ada di desa dan secara tidak langsung dapat  menjadi  media  pengembangan  kapasitas  masyarakat  dalam  pengelolaan
kelembagaan dan pelayanan publik.
c.  Aspek Lingkungan
Pembangkit  Listrik  Tenaga  Mikro  Hidro  PLTMH  ramah  terhadap lingkungan karena tidak menghasilkan polusi udara atau limbah lainnya dan tidak
merusak  ekosistem  sungai.  Penyediaan  listrik  menggunakan  PLTMH  akan mengurangi  pemakaian  bahan  bakar  yang  berasal  dari  fosil  misalnya  minyak
tanah dan solar untuk penerangan dan kegiatan rumah tangga lainnya. Selain itu tambahan manfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat dari sumberdaya air
diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk memelihara daerah tangkapan air demi menjamin pasokan air bagi kelangsungan opersai PLTMH.
d.  Aspek Teknologi
Berdasarkan  aspek  teknologi  terdapat  keuntungan  dan  kemudahan  pada pembangunan  dan  pengelolaan  PLTMH  dibandingkan  pembangkit  listrik  jenis
lain. PLTMH memiliki konstruksi yang relatif sederhana, mudah dalam perawatan dan  penyediaan  suku  cadang,  serta  dapat  dioperasikan  dan  dirawat  oleh
masyarakat desa dengan biaya perawatan yang rendah.
2.8. Penelitian Terdahulu
Penelitian  yang dilakukan oleh Oktaviani  2012  adalah  analisis ekonomi pembangunan  pembangkit  listrik  tenaga  mikrohidro  di  Desa  Megamendung,
Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor,  Jawa  Barat.  Hasil  penelitian  ini menjelaskan masyarakat telah mendapat manfaat dari adanya listrik dari PLTMH.
Persepsi  masyarakat  Kampung  Paseban  terhadap  adanya  pembangunan  PLTMH Ciesek  secara  keseluruhan  dinilai  baik.  Akan  tetapi,  masyarakat  menilai  bahwa
adanya  PLTMH  kurang  berdampak  pada  penghasilan  mereka.  Kapasitas  daya listrik dari PLTMH telah didistribusikan pada 61 pelanggan listrik. Kapasitas daya
listrik  yang  dihasilkan  PLTMH  sebesar  11.200  watt  dan  hanya  termanfaatkan sebesar 5145 watt sehingga terdapat kelebihan kapasitas sebesar 6055 watt. Iuran
13 listrik  PLTMH  Ciesek  relative  murah  dibandingkan  dengan  PLN.  Masyarakat
Kampung  Paseban  mendapatkan  keuntungan  dengan  adanya  proyek  PLTMH Ciesek.  Biaya  investasi  tidak  ditanggung  oleh  masyarakat  karena  adanya  hibah
dari  pemerintah  Provinsi  Jawa  Barat  sehingga  proyek  PLTMH  dikatakan  layak. Adanya  peningkatan  pada  biaya  operasional  dan  pemeliharaan  PLTMH  Ciesek
sebesar  25  masih  tetap  menguntungkan  secara  ekoomi.  Perubahan  terhadap manfaat  PLTMH  dilakukan  dengan  menambah  jumlah  konsumen  listrik  sebesar
58  rumah  tangga.  Keberlanjutan  PLTMH  Ciesek  sangat  bergantung  pada pemerintah  apabila  masih  menggunakan  skema  pembiayaan  investasi  yang  ada
saat  ini.  Masyarakat  Kampung  Paseban  dapat  secara  mandiri  membangun PLTMH  jika  biaya  investasi  yang  digunakan  disesuaikan  dengan  kemampuan
mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Permadi 2011 adalah sistem kelembagaan
dan nilai kebersediaan membayar masyarakat terhadap keberlanjutan pembangkit listrik  tenaga  mikro  hidro  PLTH  Cisalimar  Studi  kasus  Desa  Cipeuteuy,
Kabupaten  Sukabumi.  Hasil  penelitian  ini  menjelaskan  PLTMH  Cisalimar memiliki  kelembagaan  pegelolaan  yang  terdapat  actor  dan  aturan  didalamnya.
Aturan  dan  actor  yang  terdapat  dalam  kelembagaan  PLTMH  membantu  dalam pengelolaan  PLTMH  Cisalimar.  PLTMH  Cisalimar  dan  Balai  Taman  Nasional
Gunung  Halimun  Salak  BTNGHS  memiliki  keterkaitan  dalam  keberlanjutan PLTMH  Cisalimar.  Kebersediaan  membayar  masyarakat  Desa  Cipeuteuy  untuk
keberlanjutan  PLTMH  Cisalimar  dengan  nilai  rata-rata  kebersediaan  membayar masyarakat  untuk  keberlanjutan  PLTMH  Cisalimar  sebesar  Rp  10.400,00  dan
total kebersediaan membayar masyarakat untuk keberlanjutan PLTMH Cisalimar per bulannya yakni sebesar Rp 312.000,00. Nilai total WTP masyarakat pengguna
PLTMH  Cisalimar  adalah  sebesar  Rp  2.995.200,00  per  bulan.  Untuk keberlanjutan  PLTMH  Cisalimar  harus  ditetapkan  kebijakan  agar  masyarakat
dapat  memanfaatkan  terus-menerus.  Kebijakan  yang  dilakukan  yakni  dengan melakukan penambahan biaya atau retribusi pada masyarakat yang memanfaatkan
PLTMH Cisalimar. Retribusi ini digunakan untuk pengelolaan hutan yang berada di dalam kawasan taman nasional.
14 Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Habibah  2012  dalam  Oktaviani  2012
adalah  dampak  pembangkit  listrik  mikrohidro  terhadap  sosial,  ekonomi,  dan lingkungan  di  Kampung  Lebakpicung,  Cibeber,  Lebak,  Banten.  Hasil  penelitian
ini  menjelaskan  bahwa  pembangunan  PLTMH  memberikan  berbagai  manfaat kepada masyarakat, terutama listrik untuk penerangan. Dampak langsung adanya
PLTMH hanya dirasakan oleh responden yang memiliki mata pencaharian sebagai tukang  bangunan  dan  pemilik  warung.  Pembangunan  PLTMH  memberikan
dampak  terhadap  kelembagaan  agama,  kelembagaan  adat,  dan  kelembagaan formal  di  Kampung  Lebakpicung.  Setelah  pembangunan  PLTMH  tahun  2011,
telah  terjadi  penghematan  pada  total  konsumsi  energi  di  Kampung  Lebakpicung yaitu  sebesar  Rp  1.212.068  per  bulan  dan  telah  terjadi  surplus  pada  total
pendapatan bersih di Kampung Lebakpicung yaitu sebesarRp 5.963.985 per bulan. Setelah  pembanguna  PLTMH  pada  tahun  2011  diketahui  terdapat  hubungan
antara  pendapatan  dengan  biaya  listrik.  Surplus  pendapatan  akan  cenderung diiringi juga oleh peningkatan biaya listrik.
15
III KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam penyediaan energi khususnya di Kabupaten Bogor, pendistribusian listrik  kurang  merata,  akibatnya  masih  banyak  daerah  terpencil  yang  belum
terjamah  oleh  PLN  untuk  mendapatkan  pasokan  listrik  khususnya  di  Kampung Cisaat,  Desa  Puraseda,  Kecamatan  Leuwiliang.  Daerah  tersebut  belum
mendapatkan pasokan listrik karena aksesnya yang sulit dan terpencil. Air  adalah  semua  air  yang  terdapat  di  atas  maupun  di  bawah  permukaan
tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang dimanfaatkan di darat. Sedangkan pengertian sumberdaya air adalah
air  dan  semua  potensi  yang  terdapat  pada  air,  sumber  air,  termasuk  sarana  dan prasarana  pengairan  yang  dapat  dimanfaatkan,  namun  tidak  termasuk  kekayaan
hewani yang ada di dalamnya Sunaryo 2004 dalam Permadi 2011. Sumberdaya air  tidak  hanya  dimanfaatkan  secara  konsumtif  saja,  namun  dapat  dimanfaatkan
secara  non-konsumtif  yaitu  memanfaatkan  air  hanya  sebagai  media,  salah  satu contohnya  adalah  memanfaatkan  air  sebagai  pembangkit  listrik  tenaga  air.
Pemanfaatan  air  juga  harus  dilakukan  dengan  pengelolaan  lingkungan  yang seimbang agar tidak terjadi kekeringan, pendangkalan sungai dan lain sebagainya
Permadi 2011. Banyak  sungai  yang  mengairi  wilayah  Indonesia.  Sungai-sungai  yang
berada di Indonesia memiliki elevasi yang cukup tinggi sehingga berpotensi dapat dijadikan  sebagai  sumber  energi  listrik.  Energi  listrik  merupakan  energi  yang
sering  digunakan  untuk  aktifitas  sehari-hari.  Adanya  energi  listrik  sangat membantu  masyarakat  dalam  memberikan  penerangan,  melakukan  aktivitas
ekonomi dan lain sebagainya. Permintaan  energi  akan  terus  meningkat  seiring  dengan  bertambahnya
jumlah  penduduk  dalam  memenuhi  kebutuhan  hidupnya.  Adanya  pembangunan Pembangkit  Listrik  Tenaga  Mikrohidro  PLTMH  di  daerah  tersebut  sangat
membantu  aktivitas  masyarakat  Kampung  Cisaat.  Menurut  Permadi  2011 PLTMH  adalah  suatu  pembangkit  listrik  kecil  yang  menggunakan  tenaga  air  di
bawah  kapasitas  100  kW  yang  dapat  berasal  dari  saluran  irigasi,  sungai  atau  air terjun  alam  dengan  cara  memanfaatkan  tinggi  terjun  head  dan  debit  air.