Tujuan Manfaat Morfologi Ayam Kampung

yang tepat dapat meningkatkan kembali kesehatan dan nilai ekonomi ayam kampung.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab kasus kaki berkapur scaly leg pada ayam di Kampung Adat Pulo, Desa Cangkuang, Kabupaten Garut.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi yang bernilai bagi ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakuan pengendalian terhadap infestasi ektoparasit pada ayam. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Kampung Ayam kampung merupakan hewan vertebrata yang termasuk dalam kelas Aves dengan ordo Galliformes dan spesies Gallus domesticus. Ayam kampung telah berkembang pesat di Indonesia dan telah banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia sebagai pemanfaatan perkarangan, pemenuhan gizi, dan tambahan pendapatan sehingga ayam kampung sangat mudah ditemukan di berbagai tempat. Unggas ini memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, lingkungan, dan iklim yang ada. Masyarakat pada umumnya memelihara ayam kampung karena sebagai usaha sampingan sehingga pemeliharaan ayam kampung sangat sederhana Sarwono 1999; Tarwiyah 2001. Gambar 1 Ayam kampung sumber: www.wikimedia.org Ayam kampung Gambar 1 telah ada dan didomestikasi sejak lama, bahkan sebelum masehi. Umur yang sangat tua ini membuat nenek moyang ayam kampung melalui proses evolusi yang sangat panjang. Ayam kampung yang dipelihara saat ini bermula dari domestikasi ayam hutan dengan proses yang sangat panjang. Ada dua teori tentang proses domestikasi ayam hutan ini, yaitu teori monophyletic dan teori polyphyletic. Teori monophyletic adalah teori yang digagas oleh Charles Darwin. Menurutnya ayam peliharaan berasal dari satu jenis ayam hutan yang saat ini masih ada, yaitu Gallus gallus, sedangkan menurut teori polyphyletic , ayam pelihara yang ada sekarang berasal dari beberapa jenis ayam hutan yang saat ini masih ada di berbagai belahan dunia, yaitu Gallus gallus, Gallus sonneratti , Gallus laffayetti, dan Gallus varius Stevens 1991; Suprijatna et al. 2008.

2.2 Morfologi Ayam Kampung

Ayam kampung G. domesticus memiliki tubuh yang kecil, produktivitas telur yang rendah, dan pertumbuhan tubuh yang lambat. Suara dan penampilan yang sangat tidak menarik membuat ayam kampung G. domesticustidak dijadikan ayam hias Nurcahyo Widyastuti 2002. Ayam ini memiliki warna bulu yang bervariasi dari warna putih, hitam, cokelat, kuning, atau kombinasi warna-warna tersebut. Warna kulit yang dimiliki ayam kampung G. domesticus kuning pucat, muka merah, dan kaki yang panjang serta kuat Cahyono 2001. Kedua kaki pada ayam kampung G. domesticus mempunyai dua segmen dan sebuah tulang kering ramping yang hanya terdiri dari tendon serta tumit yang bercakar empat Storer et al. 1968. Pada bagian kepala ayam terdapat paruh, jengger, cuping, dan pial. Paruh berasal dari tulang wajah yang mengalami perpanjangan. Paruh bawah pada ayam terbentuk dari lima tulang. Pada paruh atas terdapat dua nostril atau lubang hidung. Jengger berwarna merah karena umumnya pada bagian epidermis kulit ayam terdapat banyak pembuluh darah, sedangkan pial yang merupakan cuping telinga berdaging tebal yang terletak di bawah bagian telinga, warnanya tergantung dari masing-masing bangsa ayam. Kedua organ ini merupakan kulit yang menjulur ke luar Johnson et al. 1977; Suprijatna et al. 2008. Jengger dan pial sangat istimewa pada ayam dan beberapa jenis burung lainnya. Oleh karena itu jengger dan pial dapat dijadikan indikator karakteristik kelamin sekunder karena sangat sensitif terhadap hormon seks Storer et al. 1968. Mata ayam terletak di lateral dan memiliki ukuran besar dengan kelopak mata yang gemuk dan di dalamnya terdapat kelopak ketiga yang transparan, yaitu membran nictitan. Ayam berbeda dengan vertebrata lainnya karena tubuhnya ditutupi oleh bulu. Bulu merupakan bagian epidermal yang fleksibel dengan ruang hampa udara yang sangat banyak. Keberadaan ruang hampa udara ini menjadi pelengkap dalam menghasilkan bulu kontur yang halus dan melindungi tubuh Storer et al. 1968.

2.3 Biologi dan Perilaku Ayam Kampung