Knemidokoptes mutans HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Ektoparasit

4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Ektoparasit Jenis-jenis ektoparasit yang ditemukan dari ayam di sekitar permukiman di Kampung Adat Pulo adalah tungau Knemidokoptes mutans dan Megninia sp. Knemidokoptes mutans merupakan tungau dari famili Knemidokoptidae, sedangkan Megninia sp dari famili Analgidae. Kedua tungau ini termasuk ke dalam Ordo Acariformes, dan subordo Astigmata. Persentase jumlah ayam yang terjangkit kaki berkapur di daerah ini sebanyak 17 dari total populasi ayam yang dipelihara oleh setiap kepala keluarga Tabel 1. Tabel 1 Persentase jumlah ayam yang terinfestasi kaki berkapur di Kampung Adat Pulo, Desa Cangkuang, Kabupaten Garut Rumah Σ Ayam ekor Σ Ayam Terinfestasi Tungau ekor Persentase 1 10 2 20 2 10 1 10 3 8 2 25 4 8 1 12,5 5 5 1 20 Total 41 7 17

4.1.1 Knemidokoptes mutans

Hasi penelitian menunjukkan bahwa tungau K. mutans yang berhasil diidentifikasi berjumlah empat belas ekor dan memiliki rataan ukuran 205-414 µm. Tungau ini memiliki bentuk tubuh bulat, tidak berduri atau sisik kulit yang tajam, dan semua tungau yang diidentifikasi berkelamin betina. Tungau ini memiliki gnatosoma, pedipalpus, dan khelisera yang pendek. Gnatosoma merupakan bagian kepala arthropoda yang secara umum terdiri dari mulut. Ciri morfologi yang dimiliki tungau betina berbeda dengan jantan. Epimere pada betina terletak di lateral dan tidak bertemu di tengah. Kaki pada tungau betina tidak memiliki sucker atau alat pelekat. Selain itu, K. mutans memiliki ciri khas berupa tiang khitin yang terlihat dari dasar pedipalpus dan striae berbentuk lingkaran dan bulatan-bulatan kecil. Semua K.mutans yang ditemukan telah memasuki tahap dewasa karena telah memiliki empat pasang kaki dengan pasangan kaki ketiga dan keempat tidak melebihi dari tubuhnya Gambar 3. Menurut Kettle 1984, epimere pada K. mutans jantan bersatu di tengah dan memiliki perpanjangan secara posteromedian. Tungau jantan juga memiliki sucker pada keempat pasang kakinya Taylor et al 2007. K. mutans termasuk dalam tungau Astigmata. Sebagai tungau astigmata, K. mutans tidak memiliki lubang pernafasan. Astigmata bernafas dengan permukaan tubuhnya yang lembut. Semua tungau yang berhasil diidentifikasi pada penelitian ini berjenis kelamin betina. K. mutans betina menghabiskan masa hidupnya di dalam terowongan yang mereka buat. Betina hanya keluar dari terowongan saat kawin dengan tungau jantan. Saat akan bertelur betina masuk kembali ke dalam terowongan. Hal ini dikarenakan untuk menjaga dan merawat telur hingga menetas sehingga keberlangsungan populasi tungau terjaga. Infestasi K. mutans terjadi pada ayam yang sudah berumur tua. Ayam berumur tua lebih rentan terinfestasi tungau ini karena memiliki daya tahan tubuh yang sudah menurun dibandingkan dengan hewan muda. Hal ini sesuai dengan Tabbu 2002 yang menyatakan bahwa K.mutans adalah tungau yang biasa menyerang berbagai jenis unggas, terutama unggas yang telah tua. Infestasi K. mutans dapat terjadi dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Infestasi secara langsung terjadi apabila melakukan kontak dengan inang lain yang terinfestasi, sedangkan infestasi tidak langsung berasal dari tanah atau kandang. Gejala klinis yang timbul akibat dari infestasi tungau ini adalah timbulnya hiperkeratosis pada kaki ayam Gambar 4. Hiperkeratosis ini diakibatkan oleh perilaku K. mutans yang berhabitat pada bagian bawah epidermal kulit kaki. Tungau ini bertahan hidup pada bagian bawah epidermal kulit dengan cara membuat lubang atau terowongan. Hasil ekskresi atau metabolisme tungau ini dengan sisa kulit mati hasil galian terowongan menyebabkan hiperkeratosis. Tubuh inang juga memberikan respon terhadap infestasi K. mutans. Inang membuat pertahanan berupa penebalan pada bagian epidermis sehingga infestasi tungau tidak mengakibatkan gangguan yang parah. Penebalan ini juga yang dapat menyebabkan terjadinya hiperkeratosis jika kelangsungan infestasi tungau sudah berlangsung lama atau kronis. Infestasi tungau yang terus menerus selain mengakibatkan hiperkeratosis, dapat juga menyebabkan penurunan produksi. Hal ini diakibatkan oleh rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh ayam. Hiperkeratosis yang kronis dapat menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki ayam, sehingga ayam dapat mengalami kelumpuhan. Jika tidak ditangani dengan cepat, ayam dapat mengalami kematian. Tingkat kematian yang dialami oleh ayam sangat rendah karena sifat dari infestasi tungau adalah kronis. Zucca dan Delogu 2008 mengatakan bahwa akibat dari habitat K. mutans yang berada pada bagian bawah epidermal kulit kaki ayam adalah terjadinya hiperkeratosis atau kerak-kerak. Kerak-kerak ini secara perlahan membengkak dan mengeluarkan serbuk putih seperti kapur Kettle 1984. Oleh karena itu, penyakit akibat infestasi K. mutans dikenal dengan penyakit kaki berkapur. Gambar 3 Knemidokoptes mutans: a khelisera, b pedipalpus, c pasangan kaki pertama, d iang khitin, e pasangan kaki kedua,f epimere, g pasangan kaki ketiga, h pasangan kaki keempat, dan i striae sumber: dokumentasi pribadi. a c d c b e f g h h g e i Gambar 4 Hiperkeratosis pada kaki ayam sumber: dokumentasi pribadi.

4.1.2 Megninia sp.