ropa, dan beberapa negara subtropis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa O. sylvarium
dapat mentransmisikan virus WEE West Equine Encephalitis dari satu unggas ke unggas lainnya, tetapi tungau ini tidak memiliki peran dalam
mentransmisikan arbovirus ke manusia Zucca Delogu 2008. Tungau ini mengalami fase telur, larva, nimfa, dan dewasa dalam siklus
hidupnya. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam menjadi larva berkaki enam. Larva berganti kulit menjadi protonimfa dengan cepat. Hanya fase protonimfa
pada siklus hidup O. sylvarium yang menghisap darah. Darah ini dibutuhkan untuk mencapai fase deutonimfa dan tritonimfa. Tritonimfa berganti kulit menjadi
tungau dewasa tanpa perlu makanan. Siklus hidup tungau ini dicapai dalam waktu 5-7 hari, sehingga pertumbuhan populasi tungau ini sangat cepat Mullen
Oconnor 2002; Taylor et al. 2007 .
2.4.1.4 Ornithonyssus bursa
Ornithonyssus bursa atau tropical fowl mite merupakan tungau ordo
Parasitifomes, subordo Mesostigmata, dan famili Macronyssida dengan genus Gambar 2 A Keping dorsal O. sylvarium dan B keeping dorsal O. bursa
sumber: Soulsby 1982 A
B
yang sama dengan O. sylvarium. Perbedaan dari keduanya hanya secara geografis keadaan iklim. O. sylvarium tinggal di tempat beriklim sedang sehingga disebut
northern fowl mite , sedangkan O. bursa hidup di tempat beriklim tropis sehingga
disebut tropical fowl mite Pickworth Morishita 2003. O. bursa dapat dibedakan dengan O. sylvarium dari bentuk keping dorsalnya. Keping dorsal pada
O. bursa meruncing pada bagian akhir posterior tubuhnya Gambar 2B. Seta
yang berada di dalam keping dorsal O. bursa juga berukuran lebih kecil daripada seta yang berada di bagian luar keping dorsal. Keping ventral O. bursa dilengkapi
dengan tiga pasang seta, tidak seperti O. sylvarium yang memiliki dua pasang seta pada keping ventralnya Soulsby 1982.
Tungau ini banyak ditemukan di unggas pada saat mengeram. Habitat O. bursa
tersebar pada bulu-bulu sayap unggas. Telur tungau ini akan menetas dalam tiga hari dan menyebar menjadi larva. Dalam tujuh belas jam larva akan berganti
kulit menjadi protonimfa yang mulai menghisap darah unggas. Protonimfa menjadi deutonimfa dalam waktu dua sampai tiga hari hingga akhirnya menjadi
dewasa. Tungau ini dapat menyerang manusia yang berada di sekitarnya Hadi Soviana 2010.
Infestasi tungau ini dapat terjadi ketika unggas melakukan kontak dengan unggas liar atau kandang yang telah banyak terdapat O. bursa. Infestasi yang
parah dapat menyebabkan anemia, penurunan bobot badan dan produksi telur bahkan kematian. Unggas yang baru menetas dan unggas muda merupakan inang
yang paling rentan terhadap infestasi tungau ini. Pada kasus yang terjadi pada unggas muda, keberadaan tungau ini ada di sekitar mata dan paruh Mullen
Oconnor 2002.
2.4.1.5 Megninia ginglymura
Megninia ginglymura merupakan tungau ordo Acariformes, subordo
Astugmata dan family Analgidae. M. ginglymura hidup pada bulu dan memiliki host spesifik yang luas. Habitat M. ginglymura di dalam dasar bulu badan dan
sayap. Beberapa spesies lainnya dari genus ini terkadang muncul di bawah kulit Taylor et al. 2007. Sekitar 440 spesies dari 33 famili tungau hidup pada dan
dalam bulu unggas. Tungau-tungau ini memiliki perbedaan morfologi yang nyata yang disebabkan oleh banyaknya jumlah inang yang berbeda dan bentuk adaptasi
mereka terhadap habitat mikro yang ada pada bulu. Biasanya tungau ini dapat mengakibatkan dermatitis pada ternak Zucca Delogu 2008.
Quintero et al. 2006 menemukan bahwa Megninia sp telah lama ditemukan pada ayam-ayam di Yucatan, Mexico. Dalam penelitian yang
dilakukan pada tahun 2005 dilaporkan bahwa jumlah populasi Megninia mencapai puncaknya pada bulan Juli dan November. Tungau ini memiliki dua siklus biologi
dalam setahun. Megninia selalu ditemukan sepanjang tahun dengan densitas populasi terendah pada bulan Maret dan Oktober. Oleh karena itu, pengendalian
untuk tungau ini disarankan dilakukan pada bulan Juni dan awal November, sebelum jumlah populasi dari tungau ini meningkat.
3 BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2010 sampai Juni 2011 dan dilaksanakan dalam tiga kegiatan, yaitu pengambilan sampel, pengolahan
spesimen, dan identifikasi ektoparasit. Pengambilan sampel dilakukan di Kampung Adat Pulo, Desa Situ Cangkuang, Kabupaten Garut, Jawa Barat dan
Laboratorium Entomologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogoruntuk proses pengolahan spesimen dan identifikasi.
3.2 Pengambilan Sampel Ektoparasit