11 dimodifikasi dengan menambahkan data pelepah prunning dan tandan kosong
tankos.
3.3.2. Pengukuran dan Perhitungan Emisi CO
2
Emisi GRK akan dihitung dari hasil pengukuran fluks secara langsung dari lahan gambut dengan close chamber methode yang diadopsi dari IAEA 1993
dalam PPKS, 2010. Persamaan yang digunakan untuk menghitung emisi CO
2
adalah sebagai berikut : BM
δCsp V 273,2 E = —— x ——— x —— x ————
Vm δt A T+273,2
dimana,
E = emisi
CO
2
mgm
2
hari V
= volume sungkup m
3
A = luas dasar sungkup m
2
T = suhu udara rata-rata di dalam sungkup °C
δCspδt = laju perubahan konsentrasi gas CO
2
ppmmenit BM
= berat molekul gas CO
2
dalam kondisi standar Vm
= volume gas pada kondisi stp standar temperature and pressure yaitu 22,41 liter pada 23°K
Penghitungan emisi pada lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit ini dilakukan secara langsung di lapangan, dimana pengukuran konsentrasi gas CO
2
dilakukan dengan alat Gas Chromatography GC. Emisi CO
2
diukur pada bulan November mewakili musim penghujan 2009 di lahan gambut yang mewakili
lahan Tanaman Belum Menghasilkan TBM, bukaan baru, dan Tanaman Menghasilkan TM yang dibagi dalam tiga plot, yaitu 50 m dari saluran drainase,
100 m dari saluran drainase, dan 150 m dari saluran drainase. Pada masing- masing plot tersebut dilakukan pengambilan contoh gas dengan memilih berbagai
lokasi yang berbeda, yaitu di bawah naungan tanaman, di ujung kanopi tanaman, dan di sela-sela antar tanaman sawit.
3.3.3. Perhitungan Neraca Karbon
Untuk menghitung neraca karbon, diperlukan data dari stok karbon dan emisi karbon. Teknik perhitungan neraca karbon selengkapnya seperti pada Tabel
1 dan 2.
12
Tabel 1. Model Perhitungan Emisi Neto CO
2
Panai Jaya Tahun 2009
a = PPKS 2010 b = Yulianti 2009 dan Situmorang 2010
c = Yulianti 2009 dan Situmorang 2010 d = c-ba5, 5 = penggunaan lahan antara 2002 hingga 2007
e = cumur tanaman, asumsi riap hutan sekunder dan bukaan baru oleh Bapenas f = Kehilangan karbon tahunan akibat masyarakat sekitar seperti illegal logging
g = e-fa h = PPKS, 2010
i = ha j = d+g+i
A ton CO
2
tahun Emisi Neto Kebun Panai Jaya ton CO
2
hatahun = 2.238 ha
Penggunaan Lahan Luas
Karbon Biomassa
Awal Karbon
Biomassa Akhir
Carbon Loss Peningkatan
Biomassa Tahunan
Pengurangan Biomassa
Tahunan Carbon Gain
Emisi Dekomposisi Gambut 2009
Total Emisi Dekomposisi
Gambut 2009 Neraca Karbon
2002 2007 ha ton
CO
2
ha ton CO
2
tahun ton CO
2
hatahun ton CO
2
tahun ton CO
2
hatahun ton CO
2
tahun ton CO
2
tahun a
b c d e f g h
i j
Hutan Sekunder
Hutan Sekunder
55 Tegakan
Tegakan c-ba5 Bapenas Bapenas
e-fa Balingtan ha
d+g+i Hutan
Sekunder Bukaan
Baru 250
sda sda
sda Bapenas 0 sda sda sda
sda Hutan
Sekunder TBM
2006 567
sda sda
sda cumur
tanaman sda sda sda
sda Hutan
Sekunder TBM
2007 1.366 sda sda
sda sda 0 sda sda sda sda
Total 2.238
A
12
13
Tabel 2. Model Perhitungan Emisi Neto CO
2
Meranti Paham Tahun 2009
a = PPKS 2010 b = Karbon biomassa tahun 2003 diasumsikan sama dengan tahun 2008
c = Yulianti 2009 d = c-ba5, 5 = penggunaan lahan antara 2003 hingga 2008
e = cumur tanaman f = 0, asumsi tidak terjadi pengurangan karbon tahunan pada perkebunan
g = e-fa h = PPKS, 2010
i = ha j = d+g+i
B ton CO
2
tahun Emisi Neto Kebun Meranti Paham ton CO
2
hatahun = 2.443 ha
Penggunaan Lahan Luas
Karbon Biomassa
Awal Karbon
Biomassa Akhir
Carbon Loss Peningkatan
Biomassa Tahunan
Pengurangan Biomassa
Tahunan Carbon Gain
Emisi Dekomposisi Gambut 2009
Total Emisi Dekomposisi
Gambut 2009 Neraca Karbon
2003 2008 ha ton
CO
2
ha ton CO
2
tahun ton CO
2
hatahun ton CO
2
tahun ton CO
2
hatahun ton CO
2
tahun ton CO
2
tahun a b
c d e
f g h i j
Kebun 1999
Kebun 1999
707 Tegakan
Tegakan cumur
tanaman e-fa Balingtan ha
d+g+i Kebun
1997 Kebun
1997 333
sda sda
0 sda 0 sda sda sda
sda Kebun
1995 Kebun
1995 538
sda sda
0 sda 0 sda sda sda
sda Kebun
1991 Kebun
1991 216
sda sda
0 sda 0 sda sda sda
sda Kebun
1990 Kebun
1990 649
sda sda
0 sda 0 sda sda sda
sda Total
2.443 B
13
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Stok Karbon
4.1.1 Kebun Panai Jaya
Data stok karbon yang digunakan pada kebun Panai Jaya berasal dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti 2009 dan Situmorang
2010 yang merupakan kerja sama penelitian antara Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS dengan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan DITSL
IPB dan Balingtan pada tahun 2008-2009. Pada penelitian tersebut karbon atas permukaan dibagi menjadi karbon biomassa tegakan hutan pohon, semak dan
tanaman kelapa sawit. Biomassa kelapa sawit diperoleh sesuai dengan tahun tanamnya. Tabel 3 menunjukkan di kebun Panai Jaya tanaman kelapa sawit yang
memiliki biomassa dan karbon biomassa terbesar adalah kelapa sawit dengan tahun tanam 2006 dan yang terkecil adalah kelapa sawit dengan tahun tanam
2007. Sementara Tabel 4 menunjukkan total karbon tersimpan yang hilang Total Carbon Loss
selama pembukaan hutan dari tahun 2002 hingga 2007 untuk areal perkebunan kelapa sawit Panai Jaya.
Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009
Plot Biomassa
tonha Karbon Biomassa
ton Cha Karbon Biomassa
ton CO
2
ha Tegakan Hutan Sekunder
95,00 45,47
166,72 Semak
3,80 1,49
5,46 Tanaman Bawah
3,28 1,28
4,69 TBM TT 2006
1,83 1,00
3,66 TBM TT 2007
1,28 0,70
2,56 Total 105,19
49,94 183,09
Sumber : Yulianti 2009 dan Situmorang 2010
Keterangan : - Biomassa dan karbon biomassa kelapa sawit meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman.
- Biomassa dan karbon biomassa pada tegakan hutan merupakan nilai akumulasi dari umur tegakan hutan sendiri, sedangkan nilai riap karbon biomassa
tahunannya hanya sebesar 3,5 ton Ctahun atau 12,83 ton CO
2
tahun Bahruni,
2010