5 pemendaman karbon. Setiap lapisan 1 m gambut diperkirakan memendam sekitar
700 ton karbon tahun
-1
hektar
-1
Noor, 2001. Akibat konversi hutan rawa gambut, di pulau Sumatera telah terjadi
penyusutan karbon yang cukup besar di lahan gambutnya. Pada tahun 1990 terhitung sebanyak 22.283 juta ton C pada lahan gambut Sumatera dan berkurang
menjadi 18.813 juta ton C pada tahun 2002. Dengan kata lain telah terjadi penyusutan cadangan karbon sebesar 3.470 juta ton atau 15,5 dari total
cadangan karbon lahan gambut Sumatera dalam kurun waktu 12 tahun Wahyunto, 2005 dalam Barchia, 2006.
2.2. Akumulasi Karbon C
Kebanyakan CO2 di udara dipergunakan oleh tanaman selama fotosintesis dan memasuki ekosistem melalui serasah tanaman yang jatuh dan akumulasi C
dalam biomasa tajuk tanaman. Separuh dari jumlah C yang diserap dari udara bebas tersebut diangkut ke bagian akar berupa karbohidrat dan masuk ke dalam
tanah melalui akar-akar yang mati Hairiah et al., 2001. Ada 3 pool utama pemasok C ke dalam tanah adalah: a tajuk tanaman
pohon dan tanaman semusim yang masuk sebagai serasah dan sisa panen; b akar tanaman, melalui akar-akar yang mati, ujung-ujung akar, eksudasi akar dan
respirasi akar; c biota. Serasah dan akar-akar mati yang masuk ke dalam tanah akan segera dirombak oleh biota heterotrop, dan selanjutnya memasuki pool
bahan organik tanah. Sementara kehilangan C dari dalam tanah dapat melalui a respirasi tanah, b respirasi tanaman, c terangkut panen, d dipergunakan oleh
biota, e erosi Hairiah et al., 2001. Pembukaan lahan untuk pertanian kebanyakan dilakukan dengan cara
menebang dan membakar pepohonan atau alang-alang sistem tebang-bakar. Pembakaran vegetasi mengakibatkan hampir semua cadangan C dan N hilang,
tetapi para pelaku seperti pengusaha masih tetap memilih cara ini karena mudah dan murah. Cara ini dapat menambah pupuk secara cuma-cuma dari hasil
pembakaran biomasa, dapat meningkatkan pH, P-tersedia dan kation basa dalam jumlah besar. Selain itu, penambahan bahan organik secara terus menerus dapat
mempertahankan kandungan bahan organik dalam tanah, lebih banyak bahan
6 organik yang ditambahkan maka lebih ‘dingin’ tanah tersebut Hairiah et al.,
2001. Untuk memahami neraca C, perlu dipahami terlebih dahulu 4 macam C di
daratan yaitu: GPP Gross Primary Productivity, NPP Net Primary Productivity
, NEP Net Ecosystem Productivity dan NBP Net Biome Productivity
Gambar 1.
Gambar 1. Neraca Karbon Daratan Berdasarkan Estimasi Pelepasan emission atau Penyerapan sequestration C pada Berbagai Tingkat Proses
Ekosistem IPCC, 2007.
GPP Gross Primary Productivity Produktivitas Primer Bruto adalah jumlah C yang diserap oleh tanaman selama berlangsungnya fotosintesis. Oleh
karena itu biasanya diukur pada semua bagian hijauan tanaman terutama daun. NPP Net Primary Productivity Produktivitas Primer Bruto adalah produksi
bahan organik dari tanaman hidup pada ekosistem daratan. Separuh dari GPP global yang terakumulasi pada suatu sistem bentang alam, akan direspirasikan
pada saat sistem tersebut “bernafas” dan menyerap oksigen. Oleh karena itu jumlah C yang disimpan dalam bahan organik bagian hidup tanaman biomasa
adalah separuh dari jumlah C yang diserap dari udara. NEP Net Ecosystem Productivity
Produktivitas ekosistem netto merupakan selisih antara tingkat produksi karbon dari biomasa tanaman dengan karbon yang dilepaskan selama
dekomposisi bahan organik dari bagian mati nekromasa tanaman. Respirasi heterotropik tersebut mencakup kehilangan karbon melalui dekomposisi bahan
7 organik oleh organisme tanah. NBP Net Biome Productivity Produktivitas Biom
Netto adalah produksi neto bahan organik karbon per wilayah yang mencakup satu kisaran ekosistem satu bioma, termasuk juga di dalamnya adalah respirasi
heterotropik dan proses lainnya yang menyebabkan hilangnya karbon dari ekosistem misalnya terangkut panen, serangan hama dan penyakit, penebangan
dan kebakaran hutan. NBP ini lebih tepat untuk neraca C pada ukuran wilayah yang luas 100-1000 km
2
dan pada waktu yang lama beberapa tahun. Pengukuran NBP ini dilakukan untuk jangka waktu panjang karena frekuensi
gangguan relatif jarang Hairiah dan Rahayu, 2007.
2.3. Aliranfluks dan Neraca Karbon C