Dari tabel 5.4. di atas dapat diperoleh hasil analisis bahwa sebagian besar yaitu 73 orang dari 165 orang 61,9 remaja puteri siswi memiliki status gizi baik dan
mengalami kejadian Premenstrual Syndrome PMS, sedangkan remaja puteri siswi yang memiliki status gizi baik tetapi tidak mengalami kejadian Premenstrual Syndrome
PMS berjumlah 45 orang dari 165 orang 38,1. Dan remaja puteri siswi yang mempunyai status gizi kurang tetapi mengalami kejadian Premenstrual Syndrome PMS
ada sebanyak 35 orang dari 165 orang 74,5, dan siswi yang berstatus gizi kurang dan tidak mengalami kejadian Premenstrual Syndrome PMS ada sebanyak 12 orang dari
165 orang 25,5. Analisis hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012 diukur dengan menggunakan
uji chi square. Dari hasil analisis data diperoleh nilai p=0,175 α=0,05 yang berarti Ho
gagal ditolak, artinya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS pada remaja puteri di SMP Negeri 3
Berastagi tahun 2012.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti memperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 165 orang
responden dengan jumlah pertanyaan pada variabel dependent premenstrual syndrome PMS sejumlah 20 pertanyaan dan pada variabel independent status gizi dilakukan
dengan cara mengukur lingkar lengan atas LILA responden untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian premenstrual syndrome PMS pada remaja puteri
di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:
36
Universitas Sumatera Utara
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
1.1. Status Gizi Responden Dari 165 remaja puteri siswi yang menjadi responden dalam penelitian ini,
data yang terkumpul menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki status gizi yang baik sebanyak 118 orang 71,5.
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur
proses kehidupan dalam tubuh Sunita, 2005. Pada remaja puteri perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara
mengkonsumsi makanan seimbang, terbukti pada saat mengalami haid terutama pada fase luteal terjadi suatu peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan
dampaknya akan menimbulkan kejadian Premenstrual Syndrome PMS selama siklus haid Erna, dkk. 2004.
1.2. Kejadian Premenstrual Syndrome PMS pada responden Dari hasil penelitian pada 165 orang responden dapat dilihat bahwa mayoritas
responden mengalami Premenstrual Syndrome PMS adalah 108 orang 65,5. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians
and Gynecologist bahwa sedikitnya 85 dari wanita menstruasi mengalami minimal satu dari gejala Premenstrual Syndrome PMS dengan gejala yang bervariasi dan
berubah – ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan. Menurut BKKBN Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional tahun 2005, Wanita usia subur usia
reproduktif adalah wanita yang berumur 18 – 49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda. Terdapat fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja
37
Universitas Sumatera Utara
mengalami gejala – gejala yang sama dan kekuatan Premenstrual Syndrome PMS yang sama sebagaimana dialami oleh wanita yang lebih tua.
Berdasarkan teori yang ada bahwa Premenstrual Syndrome PMS adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang dengan keluarnya darah
menstruasi serta dialami oleh banyak wanita setiap siklus menstruasinya Brunner and Sunddart, 2001.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Kejadian Premenstrual Syndrome PMS terhadap 165 orang responden sesuai dengan hasil penelitian terdahulu
yang pernah diteliti oleh orang lain dan sesuai dengan tinjauan teoritis yang mendukung adanya kejadian Premenstrual Syndrome PMS pada remaja puteri yang terjadi sebelum
haid dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak wanita setiap siklus menstruasinya.
1.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square pada hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS pada remaja puteri di SMP
Negeri 3 Berastagi Tahun 2012 dengan taraf signifikan 5 dan nilai p-value 0,175 atau dengan rumus Continuity correction pada nilai
α =0,05 dan df = 1 didapat nilai p = 0,175 p
≥ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian Premenstual Syndrome PMS pada remaja
puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian Setyarini 2010 menemukan bahwa ada hubungan
antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS dengan menggunakan
38
Universitas Sumatera Utara
desain penelitian analitik cross sectional dengan menggunakan data primer. Jumlah sampel 186 responden diambil secara ranom sampling. Hasil analisa menggunakan Uji
mann Whitney dengan taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil penelitian yang diperoleh
bahwa sebagian besar Premenstrual Syndrome PMS yang dialami oleh responden mempunyai status gizi kurang dengan nilai p = 0,011.
Menurut teori yang ada bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS, di mana gizi kurang atau terbatas selain akan
mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi yang berpengaruh terhadap kejadian Premenstrual Syndrome PMS,
tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 165 orang responden di SMP Negeri 3 Berastagi tahun 2012 dapat dilihat
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS.
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti tidak sesuai dengan teori yang sebenarnya serta hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya
yang diteliti oleh Setyarini 2010. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor jumlah responden atau banyak sedikitnya jumlah responden yang
berpengaruh terhadap hasil penelitian, perbedaan cara pemilihan sampel penelitian, perbedaan kriteria sampel, dan metode yang digunakan.
Dapat disimpulkan bahwa Kejadian Premenstrual Syndrome PMS yang dialami responden tidak hanya dipengaruhi oleh status gizinya, tetapi dapat juga dipengaruhi
oleh penyebab premenstrual syndrome PMS yang lain meliputi: ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesterone kelebihan estrogen atau kekurangan
progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi, faktor-faktor evolusi dan genetik,
39
Universitas Sumatera Utara
gangguan fungsi serotin, jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu mekanisme tubuh yang mengontrol, produksi estrogen dan progesteron, kelebihan atau
defisiensi kortison dan androgen, kelebihan hormon anti dieresis, abnormalitas sekresi opiate endrogen atau melatonin, defisiensi vitamin A, B
1
, B
6
atau mineral seperti magnesium, hipoglikemia reaktif, alergi hormone, toksi haid, stres dan masalah
emosional, masalah social, gaya hidup, misalya kurang olahraga, diet tinggi gula, minum alkohol, konsumsi tinggi garam.
2. Keterbatasan Penelitian
Pemilihan responden pada penelitian ini yakni 165 orang siswi di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012. Lokasi SMP Negeri 3 Berastagi ini berada di pusat kota
Berastagi yang mana siswi remaja putri sudah banyak yang memilki status gizi yang baik walaupun masih banyak pula yang mengalami kejadian Premenstrual Syndrome
PMS. Hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor penyebab lain dalam kejadian Premenstrual Syndrome PMS selain dari pengaruh status gizi remaja puteri, seperti
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterone, faktor kejiwaan, masalah sosial, dan gangguan fungsi serotonin. Maka dalam penelitian selanjutnya dianjurkan untuk
melihat hubungan dari faktor penyebab lain kejadian Premenstrual Syndrome PMS selain dari status gizi yang telah diteliti oleh peneliti dengan populasinya tetap pada
remaja puteri.
40
Universitas Sumatera Utara
3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan Pendidikan Kebidanan
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja puteri memiliki status gizi baik, namun mengalami kejadian Premenstrual Syndrome PMS.
Oleh karena itu diharapkan tenaga kesehatan bidan memberikan asuhan kebidanan pendidikan kesehatan pada remaja puteri dalam upaya penanggulangan kejadian
Premenstrual Syndrome PMS yang dihadapi oleh para remaja puteri tersebut dengan tetap mempertahankan status gizinya yang sudah baik, sehingga derajat kesehatan
remaja puteri semakin meningkat dan segala kegiatan maupun aktivitas yang dilakukan berjalan dengan lancar.
41
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan