Usia : Masa Kerja : Personal Hygiene Fase Akut Fase Kronis

KUESIONER Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak pada pekerja Pabrik Tahu Sumedang di Kecamatan Medan Polonia 2015 1. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. 2. Mohon kuesioner ini diisi dengan jujur 3. Segala jawaban yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya. 4. Atas perhatian dan kerjasama ini saya ucapkan terima kasih.

I. Identitas Responden

Nama : II. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Gejala Dermatitis kontak. PETUNJUK : Berilah tanda  pada jawaban yang paling sesuai

1. Usia :

Tahun 2. Lama Kerja : Jam

3. Masa Kerja :

Tahun 4. Alat Pelindung Diri yang digunakan APD Apakah saat bekerja anda menggunakan APD sarung tangan, sepatu boot :  Memakai APD  Tidak Memakai APD Universitas Sumatera Utara

5. Personal Hygiene

a. Apakah anda mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan : Ya Tidak b. Apakah pakaian kerja anda diganti setiap hari : Ya Tidak

6. Gejala dermatitis kontak

Apakah anda merasakan keluhan gejala dermatitis kontak  Gatal Ya Tidak  Panas Ya Tidak  Kemerahan Ya Tidak  Bengkak Ya Tidak  Kulit Kering dan pecah-pecah Ya Tidak Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara 84 Master data No Nama Usia Usiak Lamakerj a Lamakerj ak Personalhygie ne Penggunaa nAPD masakerj a Masakerj ak gejaladermati tiskontak 1 AD 19 1 8 1 1 2 3 2 2 2 IB 24 1 8 1 2 2 3 2 2 3 JK 25 1 9 2 1 1 2 1 1 4 RD 35 2 7 1 1 2 5 2 2 5 RB 22 1 8 1 2 2 2 1 2 6 TL 20 1 9 2 1 1 1 1 1 7 SH 35 2 7 1 1 2 1 1 2 8 BW 23 1 9 2 2 2 2 1 1 9 WN 25 1 8 1 2 2 1 1 1 10 RI 22 1 8 1 2 2 2 1 1 11 DD 29 2 8 1 1 1 2 1 2 12 KH 43 2 7 1 1 2 4 2 2 13 PTG 55 2 7 1 2 2 5 2 1 Universitas Sumatera Utara 14 JN 26 1 8 1 2 2 3 2 1 15 RC 35 2 8 1 2 2 2 1 1 16 ER 22 1 9 2 2 2 2 1 1 17 JN 21 1 9 2 2 2 1 1 1 18 JB 42 2 8 1 1 1 4 2 2 19 FR 19 1 8 1 2 2 2 1 1 20 JR 28 1 7 1 1 1 4 2 2 21 MN 35 2 8 1 2 2 3 2 1 22 RZ 41 2 8 1 2 2 5 2 1 23 TM 24 1 9 2 1 2 1 1 2 24 IR 32 2 8 1 2 1 2 1 2 25 TB 29 2 8 1 2 2 2 1 1 26 ML 40 2 7 1 2 2 5 2 1 27 JO 55 2 7 1 2 2 5 2 1 28 DN 46 2 8 1 1 1 3 2 2 29 HK 24 1 8 1 2 2 2 1 1 Universitas Sumatera Utara 30 PK 31 2 7 1 1 2 2 1 2 31 KT 21 1 10 2 2 2 1 1 1 32 NG 27 1 8 1 2 2 2 1 1 Keterangan : Usia : Usia pekerja dalam bentuk ratio Usiak : variabel usia dalam bentuk kategori 1 = “≤ 28 tahun”, 2 = “ 28 tahun” Lamakerja : lama kerja dalam bentuk ratio Lamakerjak : variabel lama kerja dalam bentuk kategori 1 = ” ≤ 8 Jam”, 2 =” 8 jam” Personalhygiene : personal hygiene dalam bentuk kategori 1 = Baik, 2 = Buruk Penggunaan APD : penggunaan APD dalm bentuk kategori 1 = Memakai APD, 2 = Tidak Memakai APD Masakerja : masa kerja dalam bentuk ratio Masakerjak : variabel masa kerja dalam bentuk kategori 1 = “≤ 2 tahun”, 2 = “ 2tahun” Gejaladermatitiskontak : gejala dermatitis kontak dalam bentuk kategori 1 = Ada, 2 = “Tidak Ada” Universitas Sumatera Utara Master data Gejala No Nama Usia Usiak Lamake rja Lamakerj ak Personalhygie ne Penggunaa nAPD masakerj a Masakerj ak gejalader matitisko ntak 1 AD 19 ≤ 28 Tahun 8 ≤8 Ja Baik Tidak memakai APD 3 2 Tahun Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 2 IB 24 ≤ 28 Tahu 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 3 2 Tahun Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 3 JK 25 ≤ 28 Tahu 9 8 Jam Baik Memakai APD 2 ≤ 2 Tahu Ada Gejala Dermatitis Kontak 4 RD 35 28 Tahun 7 ≤8 Ja Baik Tidak memakai APD 5 2 Tahun Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 5 RB 22 ≤ 28 Tahu 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai 2 ≤ 2 Tahu Tidak ada Gejala Dermatitis Universitas Sumatera Utara APD Kontak 6 TL 20 ≤ 28 Tahu 9 8 Jam Baik Memakai APD 1 ≤ 2 Tahu Ada Gejala Dermatitis Kontak 7 SH 35 28 Tahun 7 ≤8 Ja Baik Tidak memakai APD 1 ≤ 2 Tahu Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 8 BW 23 ≤ 28 Tahu 9 8 Jam Buruk Tidak memakai APD 2 ≤ 2 Tahu Ada Gejala Dermatitis Kontak 9 WN 25 ≤ 28 Tahu 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 1 ≤ 2 Tahu Ada Gejala Dermatitis Kontak 10 RI 22 ≤ 28 Tahu 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 2 ≤ 2 Tahu Ada Gejala Dermatitis Kontak 11 DD 29 28 Tahun 8 ≤8 Ja Baik Memakai APD 2 ≤ 2 Tahu Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 12 KH 43 28 Tahun 7 ≤8 Ja Baik Tidak memakai 4 2 Tahun Tidak ada Gejala Universitas Sumatera Utara APD Dermatitis Kontak 13 PTG 55 28 Tahun 7 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 5 2 Tahun Ada Gejala Dermatitis Kontak 14 JN 26 ≤ 28 Tahu 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 3 2 Tahun Ada Gejala Dermatitis Kontak 15 RC 35 28 Tahun 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 2 ≤ 2 Tahu Ada Gejala Dermatitis Kontak 16 ER 22 ≤ 28 Tahu 9 8 Jam Buruk Tidak memakai APD 2 ≤ 2 Tahu Ada Gejala Dermatitis Kontak 17 JN 21 ≤ 28 Tahun 9 8 Jam Buruk Tidak memakai APD 1 ≤ 2 Tahu Ada Gejala Dermatitis Kontak 18 JB 42 28 Tahun 8 ≤8 Ja Baik Memakai APD 4 2 Tahun Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 19 FR 19 ≤ 28 Tahu 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai 2 ≤ 2 Tahu Ada Gejala Dermatitis Universitas Sumatera Utara APD Kontak 20 JR 28 ≤ 28 Tahu 7 ≤8 Ja Baik Memakai APD 4 2 Tahun Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 21 MN 35 28 Tahun 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 3 2 Tahun Ada Gejala Dermatitis Kontak 22 RZ 41 28 Tahun 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 5 2 Tahun Ada Gejala Dermatitis Kontak 23 TM 24 ≤ 28 Tahu 9 8 Jam Baik Tidak memakai APD 1 ≤ 2 Tahu Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 24 IR 32 28 Tahun 8 ≤8 Ja Buruk Memakai APD 2 ≤ 2 Tahu Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 25 TB 29 28 Tahun 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 2 1 Ada Gejala Dermatitis Kontak Universitas Sumatera Utara 26 ML 40 28 Tahun 7 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 5 2 Ada Gejala Dermatitis Kontak 27 JO 55 28 Tahun 7 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 5 2 Ada Gejala Dermatitis Kontak 28 DN 46 28 Tahun 8 ≤8 Ja Baik Memakai APD 3 2 Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 29 HK 24 ≤ 28 Tahu 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 2 1 Ada Gejala Dermatitis Kontak 30 PK 31 28 Tahun 7 ≤8 Ja Baik Tidak memakai APD 2 1 Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 31 KT 21 ≤ 28 Tahu 10 8 Jam Buruk Tidak memakai APD 1 1 Ada Gejala Dermatitis Kontak 32 NG 27 ≤ 28 Tahu 8 ≤8 Ja Buruk Tidak memakai APD 2 1 Ada Gejala Dermatitis Kontak Universitas Sumatera Utara 92 OUTPUT Analisis Univariat Statistics Usia Responden Lama Kerja Responden jam Personal Hygiene Responden Penggunaan APD Responden Masa Kerja Responden Tahun N Valid 32 32 32 32 32 Missing Mean 30.47 8.00 1.63 1.78 2.63 Median 27.50 8.00 2.00 2.00 2.00 Std. Deviation 9.955 .762 .492 .420 1.338 Minimum 19 7 1 1 1 Maximum 55 10 2 2 5 Percentile s 25 22.25 7.25 1.00 2.00 2.00 50 27.50 8.00 2.00 2.00 2.00 75 35.00 8.00 2.00 2.00 3.75 Usia Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 19 2 6.3 6.3 6.3 20 1 3.1 3.1 9.4 21 2 6.3 6.3 15.6 22 3 9.4 9.4 25.0 23 1 3.1 3.1 28.1 24 3 9.4 9.4 37.5 25 2 6.3 6.3 43.8 26 1 3.1 3.1 46.9 27 1 3.1 3.1 50.0 28 1 3.1 3.1 53.1 29 2 6.3 6.3 59.4 Universitas Sumatera Utara 31 1 3.1 3.1 62.5 32 1 3.1 3.1 65.6 35 4 12.5 12.5 78.1 40 1 3.1 3.1 81.3 41 1 3.1 3.1 84.4 42 1 3.1 3.1 87.5 43 1 3.1 3.1 90.6 46 1 3.1 3.1 93.8 55 2 6.3 6.3 100.0 Total 32 100.0 100.0 Lama Kerja Responden jam Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 7 8 25.0 25.0 25.0 8 17 53.1 53.1 78.1 9 6 18.8 18.8 96.9 10 1 3.1 3.1 100.0 Total 32 100.0 100.0 Personal Hygiene Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Baik 12 37.5 37.5 37.5 Buruk 20 62.5 62.5 100.0 Total 32 100.0 100.0 Universitas Sumatera Utara Penggunaan APD Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Memakai APD 7 21.9 21.9 21.9 Tidak memakai APD 25 78.1 78.1 100.0 Total 32 100.0 100.0 Usia Responden Kategori Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid ≤ 28 Tahun 17 53.1 53.1 53.1 ≥ 28 Tahun 15 46.9 46.9 100.0 Total 32 100.0 100.0 Lama Kerja Kategori Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid ≤8 Jam 25 78.1 78.1 78.1 ≥8 Jam 7 21.9 21.9 100.0 Masa Kerja Responden Tahun Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1 6 18.8 18.8 18.8 2 13 40.6 40.6 59.4 3 5 15.6 15.6 75.0 4 3 9.4 9.4 84.4 5 5 15.6 15.6 100.0 Total 32 100.0 100.0 Universitas Sumatera Utara Total 32 100.0 100.0 Masa Kerja Kategori Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid ≤ 2 Tahun 19 59.4 59.4 59.4 ≥ 2 Tahun 13 40.6 40.6 100.0 Total 32 100.0 100.0 Gejala Dermatitis Kontak Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ada Gejala Dermatitis Kontak 19 59.4 59.4 59.4 Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak 13 40.6 40.6 100.0 Total 32 100.0 100.0 Universitas Sumatera Utara Analisis Bivariat Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Usia Responden Kategori Gejala Dermatitis Kontak 32 100.0 0.0 32 100.0 Usia Responden Kategori Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation Gejala Dermatitis Kontak Total Ada Gejala Dermatitis Kontak Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak Usia Responden Kategori ≤ 28 Tahun Count 12 5 17 within Usia Responden Kategori 70.6 29.4 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 63.2 38.5 53.1 of Total 37.5 15.6 53.1 ≥ 28 Tahun Count 7 8 15 within Usia Responden Kategori 46.7 53.3 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 36.8 61.5 46.9 of Total 21.9 25.0 46.9 Total Count 19 13 32 Universitas Sumatera Utara within Usia Responden Kategori 59.4 40.6 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 100.0 100.0 100.0 of Total 59.4 40.6 100.0 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square 1.890 a 1 .169 Continuity Correction b 1.029 1 .310 Likelihood Ratio 1.905 1 .168 Fishers Exact Test .280 .155 Linear-by-Linear Association 1.831 1 .176 N of Valid Cases 32 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.09. b. Computed only for a 2x2 table Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Lama Kerja Kategori Gejala Dermatitis Kontak 32 100.0 0.0 32 100.0 Universitas Sumatera Utara Lama Kerja Kategori Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation Gejala Dermatitis Kontak Total Ada Gejala Dermatitis Kontak Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak Lama Kerja Kategori ≤8 Jam Count 13 12 25 within Lama Kerja Kategori 52.0 48.0 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 68.4 92.3 78.1 of Total 40.6 37.5 78.1 ≥8 Jam Count 6 1 7 within Lama Kerja Kategori 85.7 14.3 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 31.6 7.7 21.9 of Total 18.8 3.1 21.9 Total Count 19 13 32 within Lama Kerja Kategori 59.4 40.6 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 100.0 100.0 100.0 of Total 59.4 40.6 100.0 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2-sided Exact Sig. 1-sided Pearson Chi-Square 2.577 a 1 .108 Continuity Correction b 1.369 1 .242 Likelihood Ratio 2.871 1 .090 Fishers Exact Test .195 .120 Linear-by-Linear Association 2.496 1 .114 N of Valid Cases 32 Universitas Sumatera Utara a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.84. b. Computed only for a 2x2 table Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Masa Kerja Kategori Gejala Dermatitis Kontak 32 100.0 0.0 32 100.0 Masa Kerja Kategori Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation Gejala Dermatitis Kontak Total Ada Gejala Dermatitis Kontak Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak Masa Kerja Kategori ≤ 2 Tahun Count 13 6 19 within Masa Kerja Kategori 68.4 31.6 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 68.4 46.2 59.4 of Total 40.6 18.8 59.4 ≥ 2 Tahun Count 6 7 13 within Masa Kerja Kategori 46.2 53.8 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 31.6 53.8 40.6 of Total 18.8 21.9 40.6 Total Count 19 13 32 within Masa Kerja Kategori 59.4 40.6 100.0 Universitas Sumatera Utara within Gejala Dermatitis Kontak 100.0 100.0 100.0 of Total 59.4 40.6 100.0 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square 1.587 a 1 .208 Continuity Correction b .798 1 .372 Likelihood Ratio 1.586 1 .208 Fishers Exact Test .281 .186 Linear-by-Linear Association 1.537 1 .215 N of Valid Cases 32 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.28. b. Computed only for a 2x2 table Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Personal Hygiene Responden Gejala Dermatitis Kontak 32 100.0 0.0 32 100.0 Universitas Sumatera Utara Personal Hygiene Responden Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation Gejala Dermatitis Kontak Total Ada Gejala Dermatitis Kontak Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak Personal Hygiene Responden Baik Count 2 10 12 within Personal Hygiene Responden 16.7 83.3 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 10.5 76.9 37.5 of Total 6.3 31.3 37.5 Buruk Count 17 3 20 within Personal Hygiene Responden 85.0 15.0 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 89.5 23.1 62.5 of Total 53.1 9.4 62.5 Total Count 19 13 32 within Personal Hygiene Responden 59.4 40.6 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 100.0 100.0 100.0 of Total 59.4 40.6 100.0 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square 14.519 a 1 .000 Continuity Correction b 11.824 1 .001 Likelihood Ratio 15.508 1 .000 Fishers Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 14.065 1 .000 Universitas Sumatera Utara N of Valid Cases 32 a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.88. b. Computed only for a 2x2 table Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Penggunaan APD Responden Gejala Dermatitis Kontak 32 100.0 0.0 32 100.0 Penggunaan APD Responden Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation Gejala Dermatitis Kontak Total Ada Gejala Dermatitis Kontak Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak Penggunaan APD Responden Memakai APD Count 2 5 7 within Penggunaan APD Responden 28.6 71.4 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 10.5 38.5 21.9 of Total 6.3 15.6 21.9 Tidak memakai APD Count 17 8 25 within Penggunaan APD Responden 68.0 32.0 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 89.5 61.5 78.1 of Total 53.1 25.0 78.1 Universitas Sumatera Utara Total Count 19 13 32 within Penggunaan APD Responden 59.4 40.6 100.0 within Gejala Dermatitis Kontak 100.0 100.0 100.0 of Total 59.4 40.6 100.0 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square 3.525 a 1 .060 Continuity Correction b 2.080 1 .149 Likelihood Ratio 3.510 1 .061 Fishers Exact Test .091 .076 Linear-by-Linear Association 3.414 1 .065 N of Valid Cases 32 a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.84. b. Computed only for a 2x2 table Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Cahyono, A.B. 2004, Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri. Cetakan pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Cahaya, I. 2012. Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Cohen. D.E. 1999. Occupational Dermatosis. Handbook Of Occupational Safety and Health. Second Edition. Canada. Clevere. S, Ari. Penyakit Kulit dan Kelamin. Cetakan: pertama. Yogyakarta: Nuha Medika. Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keempat. Cetakan Kedua. Jakarta: EGC. Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Paving Block CV.F. Lhoksumawe. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Graham, R. Brown. Burns, T. 2005. Dermatologi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Harrianto, R. 2013. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC. Hudyono, J. 2002. Dermatosis Akibat Kerja. Majalah Kedokteran Indonesia. HSE UK. 2004. Medical Aspect Of Occupational Skin Disease. Guidance Note MS 24. Second Edition. Norwich. England. Indrawan, I.A. Suwondo, A. Lestantyo. D., 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja Bagian Premix Di PT. X Cirebon. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 2, No. 2 Kabulrachman, 2003, Penyakit Kulit Alergi, Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro. Kosasih, A. 2004. Dermatitis Akibat Kerja. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993. Lestari, F. Utomo, H.S. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT Pantja Press Industri. Jurnal. Makara. Kesehatan. Vol.11. No.2. Desember 2007: 61-68. Michael, J.A. 2005. Dermatitis Contac. Emedecine; www.emedicine.com diakes pada tanggal 6 September 2015. Universitas Sumatera Utara Nuraga, W. Lestari, F. Kurniawidjaja, L.M. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahaya Kimia di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Makara, Kesehatan, Vol.12, No.2 Hal. 63-70. Orton, D.I, Wilkinson, J.D. 2004. Cosmetic allergy: Incidence, Diagnosis and Management. Am J Clin Dermatol. 55: 327-337 Siregar, R.S. 2006, Saripati Penyakit Kulit Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soedirman. 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Penerbit Erlangga. Ridley, J. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Suma‟mur. 20014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Jakarta: Sagung Seto. Sucipta, C. 2008, Laporan Kasus Dermatitis Kontak Iritan, Denpasar: http:citrajourney.wordpress.com diakses 20 Agustus 2015. Trihapsoro, I. 2003. Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji Adam Malik, Skripsi, Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Medan. Wibowo, A. 2014,Metodologi Penelitian Praktis Bidang kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: Rajawali Pers. Wijaya, C. 1993. Deteksi dini Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Universitas Sumatera Utara 52

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional potong lintang. Pada penelitian cross sectional atau potong lintang variabel-variabel yang diteliti ditimpakan sekali saja pada sejumlah subyek yang menjadi sampel penelitian dan kemudian dilihat hubungan antar variabel nya hanya berdasar satu kali pengamatan saja Wibowo, 2014.

3.2 Lokasi Penelitian

Pabrik tahu sumedang di jl. Langgar lk. 3 No 29A Kecamatan Medan Polonia.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dlikakukan pada bulan Desember sampai dengan bulan Januari Tahun 2016.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di 2 tempat pabrik tahu sumedang di kecamatan Medan Polonia yang berjumlah 32 orang.

3.4.2 Sampel

Oleh karena keterbatasan jumlah populasi maka seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 32 orang. Universitas Sumatera Utara

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban yang diberikan responden, kuesioner yang digunakan oleh peneliti telah digunakan pada penelitian sebelumnya.

3.6 Variabel dan Defenisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari : 1. Variabel independen adalah : Usia, lama kerja, masa kerja, Penggunaan APD, Personal hygiene. 2. Variabel dependen adalah Gejala Dermatitis Kontak.

3.6.2 Defenisi Operasional

Berikut defenisi operasional yang digunakan pada saat penelitian di pabrik tahu sumedang Kecamatan Medan Polonia : 1. Usia adalah umur Tahun Pekerja Pabrik Tahuterhitung dari lahir sampai waktu pengambilan data dilakukan. 2. Lama kerja adalah lamanya jam Pekerja Pabrik Tahubekerja dalam satu hari 3. Masa kerja adalah lamanya Tahun pekerja bekerja di pabrik tahu 4. Alat Pelindung Diri APD adalah perlengkapan yang digunakan pekerja di pabrik tahu untuk melindungi dirinya seperti pakaian kerja, sarung tangan, dan sepatu pengaman. Universitas Sumatera Utara 5. Personal Hygiene adalah kebersihan diri pada saat bekerja di pabrik, yaitu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan, pakaian bersih dari sisa bahan kimia dan kotoran, pakaian di cuci setelah melakukan pekerjaan dan mengganti pakaian kerja setiap hari. 6. Gejala Dermatitis Kontak adalah gejala subyektif yang dirasakan Pekerja Pabrik Tahu pada tangan nya, pada kondisi awal gejala umum terjadi seperti panas pada telapak tangan, gatal, kemerahan, bengkak. Dan pada tingkat yang lebih parah gejala akan bertambah seperti penebalan pada kulit, kulit kering dan pecah-pecah Djuanda, 2011

3.7 Metode Pengukuran Data

1 Usia di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data berkelompok ≤ Median, Median. 2 Lama Kerja di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data berkelompok ≤ median, median. 3 Masa kerja di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data berkelompok ≤ Median, Median . 4 Penggunaan APD diukur dengan memakai APD jika pekerja menggunakan sarung tangan dan sepatu boot. Tidak memakai APD : apabila hanya memakai sarung tangan atau sepatu boot saja. 5 Personal Hygiene dikatakan baik jika pekerja di pabrik tahu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan, pakaian Universitas Sumatera Utara kerja diganti setiap hari. Dikatakan kurang baik apabila pekerja di pabrik tahu tidak melakukan salah satu dari mecuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan, dan pakaian kerja diganti setiap hari. 6 Gejala Dermatitis Kontak adalah gejala subyektif yang dirasakan pekerja, Gejala Dermatitis dinyatakan ada apabila pekerja merasakan salah satu keluhan seperti panas, gatal, bengkak, kemerahan, kulit kering dan pecah- pecah. dan dinyatakan Tidak apabila pekerja tidak merasakan salah satu gejalanya. Tabel 3.1 Aspek pengukuran variabel penelitian Variabel Keterangan Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Usia Jumlah Tahun yang dihitung mulai dari responden lahir sampai saat pengumpulan data oleh peneliti Kuesioner Berdasarkan nilai median yang didapatkan 1. ≤ 28 Tahun 2. ≥ 28 Tahun Ordinal 2. Lama Kerja Lama nya pekerja bekerja dalam sehari Kuesioner Berdasarkan nilai median yang didapatkan 1. ≤ 8 Jam 2. ≥ 8 Jam Ordinal 3. Masa Kerja Panjangnya waktu terhitung mulai dari awalnya responden bekerja di pabrik tahu hingga saat penelitian dilakukan Kuesioner Berdasarkan nilai median yang didapatkan 1. ≤ 2 Tahun 2. ≥ 2 Tahun Ordinal 4. Penggunaan APD Penggunaan Alat Pelindung Diri oleh Pekerja Pabrik Tahupada saat bekerja Kuesioner 1. Memakai APD : bila memakai sarung tangan dan sepatu boot 2. Tidak memakai : hanya memakai sarung tangan atau sepatu boot saja 1. Memakai APD 2. Tidak memakai APD Nominal Universitas Sumatera Utara

5. Personal Hygiene

Suatu usaha kesehatan pribadi meliputi kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, dan pakaian kerja diganti setiap hari Kuesioner 1. Baik : apabila melakukan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih setelah bekerja, dan pakaian kerja diganti. 2. Buruk : jika tidak melakukan salah satu dari mencuci tangan dan pakaian kerja diganti 1. Baik 2. Buruk Ordinal 6. Gejala Dermatitis Kontak Gejala Dermatitis yang dirasakan pekerja pada daerah tangan Kuesioner 1. Ada : apabila pekerja merasakan salah satu Gejala Dermatitis 2. Tidak Ada : apabila tidak ada satupun gejala yang dirasakan 1. Ada 2. Tidak Ada Nominal

3.8 Metode Analisis Data

3.8.1 Pengolahan Data

Hasil penelitian ini akan dioalah dimana dari semua data akan dilakukan pengklasifikasian melalui berbagai tahapan sebagai berikut : 1. Editing : melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada kuesioner 2. Coding : mengubah data kuesioner dalam bentuk kode-kode 3. Processing : mempercepat data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entry data ke dalam aplikasi komputer 4. Analysis : melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini dibantu dengan aplikasi komputer Universitas Sumatera Utara Analisa data merupakan kelanjutan dari tahapan pengolahan data. Setelah data diberi kode dan dimasukkan entry, kemudian data dianalisis dengan menggunakan software komputer SPSS Statistic V.22, analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

3.8.2 Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan pada setiap variabel yang diamati. Hasilnya berupa distribusi dan persentase dari setiap variable yang disajikan dalam bentuk tabel serta diberikan penjelasan. Pada analisis univariat, peneliti melakukan pengukuran pada variabel independent dengan menggunakan kuesioner yang berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak yaitu faktor usia dengan h asil ukur ≤ median, median,lama kerja dengan hasil ukur ≤ median, median, masa kerja ≤ median, median, penggunaan APD saat bekerja Memakai APD, Tidak memakai APD, personal Hygiene Baik, Buruk,

3.8.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi yaitu melihat hubungan antara variabel independen usia, personal hygiene, penggunaan APD, masa kerja dengan variabel dependen Gejala Dermatitis Kontak. Pada analisis bivariat ini, peneliti menggunakan uji chi-square digunakan untuk menganalisa frekuensi dari dua variabel dengan banyak kategori untuk menentukan apakah kedua variabel tersebut berhubungan satu sama lain. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Kecamatan Medan Polonia merupakan salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Polonia berbatasan dengan Medan Baru di sebelah barat, Medan Maimun di timur, Medan Johor di selatan, dan Medan Petisah di utara. Pada Tahun 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 46.316 jiwa, luas wilayah nya adalah 9,01 km 2 dan kepadatan penduduknya adalah 5.140,51 jiwakm 2 . Sebagian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti : Batak, Tionghoa, Minang, Aceh, dan Jawa sedangkan suku asli suku Melayu Deli 20 saja. Pabrik Tahu Sumedang yang merupakan tempat penelitian ini terdapat di Jalan Langgar, LK.3 No. 29A, Kecamatan Medan Polonia, Pemilik usaha tahu ini yaitu bapak Ponimin, pabrik tahu ini memproduksi rata-rata 600 papan Tahu per hari dari 1 ton kedelai untuk di pasarkan di daerah Medan dan Sekitar nya. Pabrik Tahu Sumedang ini mulai berdiri pada Tahun 2000 dengan total karyawan hanya 5 orang saja. Pada awal berdiri, pabrik tahu ini hanya mampu memproduksi sedikitnya 50 Kg – 100 Kg Kedelai. Namun karena semakin banyak nya permintaan konsumen, sekarang Pabrik Tahu ini telah memperkerjakan total 32 karyawan yang mampu memproduksi 600 papan Tahu setiap harinya.

4.2 Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran dari variabel-variabel yang diprediksi menjadi faktor yang berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak pada pekerja yang bekerja di pabrik tahu sumedang kecamatan Universitas Sumatera Utara Medan Polonia. Faktor-faktor tersebut antara lain umur, lama kerja, masa kerja, penggunaan APD, personal hygiene.

4.2.1 Usia Responden

Usia Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Distribusi Usia responden pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Usia Tahun N ≤ 28 28 17 15 53,1 46,9 Total 32 100 Berdasarkan tabel diatas, bahwa usia Pekerja Pabrik Tahuyang paling banyak pada usia ≤ 28 Tahun yaitu 17 orang 53,1, dan sisanya pada usia ≥ 28 Tahun sebanyak 15 orang 46,1 . Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Lama Kerja Responden

Lama kerja Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Distribusi Lama Kerja responden pada Pekerja Pabrik Tahu Kecamatan Medan Polonia Lama Kerja Jam N ≤ 8 8 25 7 78,1 21,9 Total 32 100 Dari tabel diatas, diketahui bahwa lama kerja Pekerja Pabrik Tahu dengan lama kerja ≤ 8 Jam sebanyak 25 orang 78,1 dan lama kerja 8 jam sebanyak 7 orang 21,9.

4.2.3 Masa Kerja Responden

Masa kerja pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Distribusi Masa Kerja responden pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Masa Kerja Tahun N ≤ 2 2 19 13 59,4 40,6 Total 32 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang masa kerjanya ≤ 2 Tahun sebanyak 19 orang 59,4 dan pekerja yang masa kerjanya 2 Tahun sebanyak 13 orang 40,6. Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Penggunaan APD Responden

Penggunaan APD pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Distribusi Penggunaan APD responden pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Penggunaan APD N Memakai APD Tidak Memakai APD 7 25 21,9 78,1 Total 32 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang Memakai APD adalah sebanyak 7 21,9 orang dan pekerja yang Tidak Memakai APD adalah sebanyak 25 78,1 orang pekerja.

4.2.5 Personal Hygiene Responden

Personal hygiene pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Distribusi Personal Hygiene responden pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Personal Hygiene N Baik Buruk 12 20 78,1 21,9 Total 32 100 Universitas Sumatera Utara Dari tabel diatas, diketahui bahwa personal hygiene Pekerja Pabrik Tahuyang baik hanya 12 orang 78,1 sedangkan personal hygiene yang buruk berjumlah 20 orang 21,9.

4.2.6 Gejala Dermatitis Kontak

Gejala Dermatitis Kontak yang dirasakan Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Distribusi Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Gejala Dermatitis N Ada Tidak Ada 19 13 59,4 40,6 Total 32 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang merasakan Gejala Dermatitis Kontak adalah sebanyak 19 orang 59,4 sedangkan yang tidak merasakan Gejala Dermatitis adalah sebanyak 13 orang 40,6.

4.3 Hasil Uji Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor Usia, Lama kerja, Masa kerja, Penggunaan APD, Personal Hygiene dengan terjadinya Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia. Universitas Sumatera Utara 4.3.1 Hubungan Usia dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Hubungan antara Usia pekerja dengan Gejala Dermatitis dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Hasil Uji Tabulasi Silang usia dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Gejala Dermatitis Kontak Usia Ada Tidak Ada Jumlah p-value N N N ≤ 28 12 37,5 5 15,6 17 53,1 0,169 28 7 21,9 8 25,0 15 46,9 Jumlah 19 59,4 13 40,6 32 100 Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa Gejala Dermatitis Kontak ditemukan pada usia ≤ 28 Tahun sebanyak 12 orang 37,5 sedangkan pada usia 28 Tahun sebanyak 7 orang 21,9. Yang tidak mengalami Gejala Dermatitis Kontak pada usia ≤ 28 Tahun adalah sebanyak 5 orang 15,6 sedangkan pada usia 28 Tahun sebanyak 8 orang 25. Terlihat pada tabel 4.7 nilai p = 0,169 0,05 yang berarti faktor usia tidak ada hubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak. 4.3.2 Hubungan lama Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Hubungan antara lama kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Tabulasi Silang antara lama kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa Gejala Dermatitis Kontak ditemukan pada pekerja dengan lama kerja ≤ 8 jam sebanyak 13 orang 40,6 dan yang tidak mengalami sebanyak 12 orang 37,5. Sedangkan pada pekerja yang lama kerjanya 8 jam mengalami Gejala Dermatitis sebanyak 6 orang 18,8, dan yang tidak mengalami 1 orang 3,1. Terlihat pada tabel 4.8 bahwa p = 0,108 0,05 yang berarti faktor lama kerja tidak ada hubungan dengan Gejala Dermatitis Gejala Dermatitis Kontak Lama kerja jam Ada Tidak Ada Jumlah p-value N N N ≤ 8 13 40,6 12 37,5 25 78,1 0,108 8 6 18,8 1 3,1 7 21,9 Jumlah 19 59,4 13 40,6 32 100 Universitas Sumatera Utara 4.3.3 Hubungan Masa Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Hubungan antara Masa kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.9 Hasil Uji Tabulasi Silang faktor masa kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa Gejala Dermatitis Kontak ditemukan pada pekerja dengan masa kerja ≤ 2 Tahun sebanyak 13 orang 40,6 sedangkan yang tidak mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 6 orang 18,8, sedangkan pada pekerja dengan masa kerja 2 Tahun mengalami Gejala Dermatitis sebanyak 6 orang 18,8 dan yang tidak mengalami sebanyak 7 orang 21,9. Dilihat dari tabel 4.9 bahwa p= 0,208 0,05 yang berarti faktor masa kerja tidak berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak. Gejala Dermatitis Kontak Masa Kerja Tahun Ada Tidak Ada Jumlah p-value N N N ≤ 2 13 40,6 6 18,8 19 59,4 0,208 2 6 18,8 7 21,9 13 40,6 Jumlah 19 59,4 13 40,6 32 100 Universitas Sumatera Utara

4.3.4 Hubungan Penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak pada

Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Hubungan antara penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.10 Hasil Uji Tabulasi Silang penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa pada pekerja yang menggunakan APD ditemukan 2 orang 6,3 yang mengalami Gejala Dermatitis Kontak dan yang tidak mengalami Gejala Dermatitis sebanyak 5 orang 15,6, sedangkan pada pekerja yang tidak menggunakan APD ditemukan 17 orang 53,1 yang mengalami Gejala Dermatitis Kontak, dan yang tidak mengalami adalah sebanyak 8 orang 25. Berdasarkan tabel 4.10 bahwa nilai p = 0,076 0,05 artinya tidak ada hubungan Penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak. 4.3.5 Hubungan Personal Hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di kecamatan Medan Polonia Hubungan antara Personal hygiene Pekerja Pabrik Tahu dengan Gejala Dermatitis Kontak dapat dilihat pada tabel berikut : Gejala Dermatitis Kontak Penggunaan APD Ada Tidak Ada Jumlah p-value N N N Memakai APD 2 6,3 5 15,6 7 21,9 0,076 Tidak Memakai APD 17 53,1 8 25 25 78,1 Jumlah 19 59,4 13 40,6 32 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11 Hasil Uji Tabulasi Silang Personal hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di kecamatan Medan Polonia Gejala Dermatitis Kontak Personal Hygiene Ada Tidak Ada Jumlah p-value N N N Baik 2 6,3 10 31,3 12 37,5 0,000 Buruk 17 53,1 3 9,4 20 21,9 Jumlah 19 59,4 13 40,6 32 100 Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas, dapat dilihat bahwa pekerja yang personal hygiene nya baik mengalami Gejala Dermatitis sebanyak 2 orang 6,3 dan yang tidak mengalami sebanyak 10 orang 31,3, sedangkan pekerja yang Personal hygiene nya buruk mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 17 orang 53,1 sedangkan yang tidak mengalami sebanyak 3 orang 9,4. Berdasarkan tabel dapat dilihat nilai p = 0,000 0,05 artinya ada hubungan personal hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Dermatitis Kontak

Dermatitis Kontak merupakan bentuk peradangan kulit dengan spongiosis atau edema interseluler pada epidermis karena interaksi dari bahan iritan maupun alergen eksternal dengan kulit. Menurut Harrianto 2013 Dermatitis Kontak ialah reaksi peradangan yang terjadi pada kulit akibat terpajan dengan suatu substansi dari luar tubuh baik dari substansi iritan maupun substansi alergen. Dermatitis kronis pada tangan terjadi sebagai akibat kontak berulang dengan zat kimia, dermatitis kronis menyebabkan kulit pada tangan terasa gatal, Pomfoliks adalah suatu keadaan menahun dimana lepuhan-lepuhan yang terasa gatal timbul di telapak tangan dan pinggiran jari-jari telapak tangan, lepuhan ini seringkali disertai kulit kemerahan dan bengkak Susanto dan Ari, 2013. Hasil penelitian Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia adalah pekerja yang merasakan adanya Gejala Dermatitis Kontak yaitu sebanyak 19 orang 59,4 dan tidak ada Gejala Dermatitis Kontak yaitu sebanyak 13 orang 40,6 dengan jumlah total pekerja sebanyak 32 orang, Gejala Dermatitis Kontak yang dirasakan oleh pekerja yaitu berupa gatal, panas, kemerahan, bengkak, kulit kering dan pecah-pecah pada daerah telapak tangan. Proses kerja di pabrik tahu sumedang dalam pembuatan tahu sumedang sendiri menggunakan salah satu jenis bahan kimia yaitu berupa asam cuka, asam tersebut digunakan oleh para Pekerja Pabrik Tahuuntuk proses penggumpalan kedelai menjadi bentuk tahu, penggunaan asam cuka di pabrik tahu sumedang ini Universitas Sumatera Utara tidak memiliki takaran yang jelas ataupun standar operasional prosedur, para Pekerja Pabrik Tahusendiri menggunakan asam cuka tergantung dari banyak nya pesanan, setiap harinya pekerja terpapar oleh limbah cair pabrik tahu yang mengandung asam cuka sedangkan hampir semua pekerja tidak menggunakan APD yang sesuai dengan proses kerja mereka sendiri, sehingga limbah cair dari pabrik ini kontak langsung pada kulit tangan yang tentunya akan menimbulkan penyakit akibat kerja salah satu nya adalah Dermatitis Kontak. Kejadian Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu ini terdapat pada telapak tangan, hal ini dikarenakan seluruh pekerjaan di pabrik tahu ini menggunakan tangan saja, tentunya gejala yang dirasakan oleh pekerja adalah telapak tangan terasa gatal, panas, dan kulit menjadi kering dan pecah-pecah selepas melakukan pekerjaan, pada saat peneliti melakukan wawancara terhadap seluruh pekerja menggunakan kuesioner, pekerja di pabrik tahu tidak ada yang hanya mengalami gejala gatal pada telapak tangan saja, ataupun hanya terasa panas pada telapak tangan saja, minimal yang mereka rasakan adalah gatal, panas, dan kulit tangan kering dan pecah-pecah dan apabila gejala ini tidak langsung diobati menggunakan salep maka gejala akan semakin parah ditandai dengan kulit tangan menjadi kemerahan dan bengkak pada kulit tangan. Dari total seluruh pekerja di pabrik tahu, ada 19 orang 59,4 yang terkena Gejala Dermatitis ini, tentunya angka ini sudah dapat jelas menggambarkan akibat buruk dari kontak langsung dengan limbah cair di pabrik tersebut, tentunya angka Gejala Dermatitis Kontak ini semakin diperburuk oleh hanya 7 orang 21,9 saja yang menggunakan APD pada saat bekerja, alat Universitas Sumatera Utara pelindung diri yang digunakan Pekerja Pabrik Tahu berupa sarung tangan, sepatu boot. Sebaiknya pemilik usaha segera melakukan tindakan berupa pengobatan terhadap pekerja yang mengalami gejala dermatitis kontak ini, pengobatan bisa dilakukan di pelayanan kesehatan terdekat atau klinik kesehatan yang terdekat. Dan pemilik usaha sebaiknya segera melakukan tindakan pencegahan berupa menyediakan APD ditempat kerja yaitu sarung tangan yang tahan air waterproof untuk menghindarkan kulit tangan pekerja kontak langsung dengan bahan kimia atau limbah cair pabrik tahu, hal ini dilakukan dalam upaya pencegahan kehilangan hari kerja jam kerja yang dapat berakibat pada penurunan produktivitas Pabrik Tahu untuk memenuhi permintaan konsumen di Kota Medan.

5.2 Proses Pembuatan Tahu

1 pilih kedelai yang bersih dan besar ukuran nya, kemudian cuci sampai bersih 2 rendam kedelai dalam air bersih selama 8 jam, usahakan seluruh kedelai tenggelam. Dalam proses perendaman ini kedelai akan mengembang. 3 bersihkan kedelai kembali dengan cara dicuci berkali kali. Usahakan kedelai ini sebersih mungkin untuk menghindari kedelai cepat masam. 4 hancurkan kedelai dengan cara ditumbuk dan secara perlahan tambahkan air sedikit-demi sedikit sehingga kedelai nya berbentuk bubur. 5 masak bubur kedelai dengan hati-hati pada suhu 70-80 derajat biasanya ditandai dengan gelembung kecil yang muncul pada kedelai yang dimasak. Ingat untuk menjaga agar kedelai jangan sampai mengental. Universitas Sumatera Utara 6 Saring bubuk kedelai tersebut bersama asam cuka, sambil diaduk secara perlahan. Proses ini akan menghasilkan endapan tahu. 7 Endapan itu kemudian siap untuk di press dan di cetak sesuai ukuran yang diinginkan. 8 Taruh di dalam cetakan, kemudian taruh pemberat yang berfungsi untuk menekan ampas supaya kandungan air nya benar-benar habis. 9 Keluarkan tahu dari cetakan, potong sesuai ukuran yang diinginkan.

5.3 Hubungan Usia dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja

Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Dermatitis Kontak. Berdasarkan tabel hasil dapat diketahui bahwa jumlah pekerja yang mengalami Gejala Dermatitis Kontak yaitu sebanyak 19 orang dari total 32 orang pekerja. Hasil ukur dari usia adalah ≤ median dan median. Berdasarkan distribusi frekuensi didapatkan median usia yaitu 28 Tahun. Pekerja yang mengalami Gejala Dermatitis Kontak pada usia ≤ 28 Tahun adalah sebanyak 12 orang pekerja dan pada kelompok usia 28 Tahun adalah sebanyak 7 orang. Hasil analisis bivariat menunjukkan p-value sebesar 0,169 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat memperparah terjadinya Dermatitis Kontak, pekerja tahu yang usia nya lebih tua beresiko karena mengalami dermatitis karena diduga kelompok ini memliki kondisi kulit yang lebih rentan dan kering terhadap infeksi dibanding dengan pekerja tahu yang usia lebih muda. cohen 1999 mengatakan bahwa kulit manusia mengalami Universitas Sumatera Utara degenerasi seiring bertambahnya usia, sehingga menyebabkan penipisan pada lapisan lemak dibawah kulit akibat nya kulit menjadi kering dan mudah teriritasi, Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilaksanakan oleh Nuraga 2008.

5.4 Hubungan Lama Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada

Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Dalam penelitian ini, lama kerja dinyatakan dengan lamanya Pekerja Pabrik Tahu bekerja dalam satu hari. Berdasarkan distribusi frekuensi didapatkan median lama kerja yaitu 8 jam kerja dalam sehari, lama kerja pekerja yang bekerja di pabrik tahu sumedang tergantung berdasarkan pesanan dalam hari tersebut, semakin banyak pesanan akan tahu maka pekerja semakin lama bekerja dalam sehari tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pekerja yang lama kerjanya ≤ 8 jam mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 13 orang sedangkan pekerja yang bekerja 8 jam yang mengalami Gejala Dermatitis Kontak adalah sebanyak 6 orang. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value sebesar 0,108 yang berarti lama kerja tidak berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak. Lama kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian Gejala Dermatitis, semakin lama kontak dengan bahan kimia maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi. Rata-rata pekerja yang kontak dengan air pengolahan tahu dibawah 8 jam ≤ 8 jam merupakan pekerja yang bekerja dibagian perendaman kedelai. Pekerja dengan lama kerja ≤ 8 jam dapat mengindikasikan bahwa pekerja belum memiliki pengalaman yang cukup dengan pekerjaan nya sedangkan pekerja dengan kategori lama kerja 8 jam sudah memiliki Universitas Sumatera Utara pengalaman yang cukup bagaimana prosedur kerja yang baik sehingga meminimalkan pekerja terkena Gejala Dermatitis Kontak. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Fatma Lestari 2007 bahwa lama kerja tidak berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak.

5.5 Hubungan Masa Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada

Pekerja Pabrik Tahu Sumedang di Kecamatan Medan Polonia Masa kerja dalam penelitian ini merupakan kurun waktu atau lamanya pekerja bekerja sebagai Pekerja Pabrik Tahu sumedang, berdasarkan distribusi frekuensi didapatkan median masa kerja Pekerja Pabrik Tahu yaitu 2 Tahun. Hasil penelitian di kategorikan menjadi ≤ 2 Tahun dan 2 Tahun masa kerja. Pada tabel hasil dapat diketahui bahwa pekerja yang masa kerja ≤ 2 Tahun mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 13 orang dan untuk pekerja yang masa kerja 2 Tahun mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 6 orang pekerja. Berdasarkan nilai p-value 0,208 yang berarti masa kerja tidak berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak. Masa kerja juga dapat berpengaruh terhadapa Gejala Dermatitis Kontak, hal ini berhubungan dengan pengalaman dalam bekerja, pekerja yang masa kerja ≤ 2 Tahun masih belum cukup berpengalaman dalam melakukan pekerjaan nya sehingga masih rentan mengalami Gejala Dermatitis Kontak sedangkan pekerja dengan masa kerja 2 Tahun sudah memiliki cukup pengalaman dalam pekerjaan nya. Peneliti berasumsi bahwa Pekerja Pabrik Tahu dengan masa kerja yang lama telah memiliki resistensi terhadap bahan kimia yang terpapar ke kulit karena Universitas Sumatera Utara sering nya kontak dengan bahan kimia selama melakukan pekerjaan. Hal tersebut menjadikan pekerja menjadi tahan terhadap paparan bahan kimia sehingga pekerja tidak mengalami Gejala Dermatitis Kontak, akan tetapi tidak semua pekerja mengalami resistensi. Menurut Fatma Lestari 2007 bahwa pekerja dengan masa kerja 2 Tahun dapat di mungkinkan telah memiliki resistensi terhadap bahan kimia ang digunakan. Resistensi ini dikenal sebagai proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena pajanan bahan kimia yang terus menerus.

5.6 Hubungan penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak pada

Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Penggunaan APD dikategorikan menjadi Memakai APD dan Tidak memakai APD, berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, hampir semua pekerja tidak memakai APD hal ini mungkin dikarenakan pekerja yang kurang peduli terhadap keselamatan dalam bekerja, dan ditambahkan kurang nya pengetahuan terhadap APD itu sendiri, berdasarkan fakta dilapangan pemilik usaha mengatakan bahwa pekerja yang bekerja di pabrik tahu nya tidak perlu memakai APD karena tidak pernah terjadi kecelakaan kerja di pabrik nya dan tidak ada efek langsung yang dirasakan pekerja apabila tidak memakai APD. Berdasarkan tabel hasil penelitian, bahwa pekerja yang memakai APD mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 2 orang sedangkan pekerja yang tidak memakai APD mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 17 orang. Hasil analisis bivariat nilai p-value 0,076 ini berarti bahwa penggunaan APD tidak berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak. Universitas Sumatera Utara Penggunaan APD memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap Gejala Dermatitis Kontak karena APD adalah alat pelindung dari potensi-potensi bahaya ditempat kerja salah satunya agar terhindar dari kontak langsung dengan limbah cair di pabrik tahu yang dapat menyebabkan Gejala Dermatitis Kontak, hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Lestari dan Utomo 2007 bahwa jika pekerja atau tenaga kerja tidak memakai alat pelindung diri maka kulit menjadi tidak terlindungi dan lebih mudah terpapar oleh bahan iritan maupun alergen.

5.7 Hubungan Personal Hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak pada

Pekerja Pabrik Tahu Sumedang di Kecamatan Medan Polonia Berdasarkan hasil penelitian, hampir semua Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia memiliki Personal hygiene yang buruk, dari total 32 orang pekerja hanya 12 orang pekerja saja yang memiliki Personal hygiene yang baik, 20 orang pekerja lainnya lebih memilih langsung mandi setelah selesai melakukan pekerjaan dibandingkan mencuci tangan menggunakan sabun. Pekerja yang Personal hygiene nya baik, mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 2 orang saja, sedangkan pekerja yang Personal Hygiene nya buruk, mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 17 orang dari total 32 orang pekerja. Berdasarkan hasil analisis bivariat yang dilakukan nilai p-value = 0,000 0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Personal Hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak. Pekerja yang memiliki personal hygiene yang baik lebih sedikit mengalami Gejala Dermatitis Kontak dibandingkan dengan pekerja yang memiliki personal hygiene yang buruk. Pengetahuan juga ikut berpengaruh Universitas Sumatera Utara karena pekerja yang memiliki pengetahuan rendah terhadap personal hygiene akan beresiko mengalami Dermatitis Kontak. Peneliti berasumsi bahwa penyebab banyak nya pekerja yang memiliki personal hygiene yang buruk dikarenakan tidak tersedia nya fasilitas tempat cuci tangan dengan air bersih dan sabun, sehingga pekerja lebih memilih cuci tangan hanya membilas dengan air saja, apabila personal hygiene buruk maka bahan kimia yang menempel dikulit akan semakin lama kontak dengan kulit akibatnya kulit menjadi lebih beresiko terkena Gejala Dermatitis seperti gatal, panas, kemerahan, bengkak, kulit kering dan pecah-pecah. kebiasaan mencuci tangan yang tidak sesuai dengan prosedur akan menyebabkan kontak bahan kimia terhadap kulit menjadi lebih lama sehingga dapat merugikan kulit cohen, 1999. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat 19 orang pekerja Pabrik Tahu yang mengalami gejala dermatitis kontak. 2. Tidak ada hubungan yang bermakana antara faktor Usia, Lama Kerja, Masa Kerja, dan Penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis pada Pekerja Pabrik Tahu. 3. Ada hubungan yang bermakna antara faktor personal hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak dengan nilai p- value = 0,000 0,05.

6.2 Saran

1. Bagi Pekerja a. Para pekerja memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan dirinya selama bekerja dan menerapkan personal hygiene yang baik yaitu mencuci tangan dengan air dan sabun, pakaian kerja diganti setiap hari. b. selama bekerja di pabrik tahu sebaiknya pekerja menghindari kontak langsung dengan limbah cair pabrik tahu dengan menggunakan APD yaitu sarung tangan. Universitas Sumatera Utara 2. Bagi Pemilik Pabrik tahu a. pemilik pabrik tahu sebaiknya menyediakan fasilitas tempat cuci tangan yang memadai bagi para pekerja di pabrik tahu. b. pemilik pabrik tahu sebaiknya menyediakan juga APD bagi para pekerjanya agar terhindar dari kontak langsung dengan limbah cair pabrik tahu sehingga pekerja terhindar dari penyakit kulit akibat kerja. Universitas Sumatera Utara 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatitis Kontak

Dermatitis Kontak merupakan bentuk peradangan pada kulit dengan spongiosis atau edema interselular pada epidermis karena interaksi dari bahan iritan maupun alergen eksternal dengan kulit. Menurut Harrianto 2013 Dermatitis Kontak ialah reaksi peradangan yang terjadi pada kulit akibat terpajan dengan suatu substansi dari luar tubuh, baik dari substansi iritan maupun substansi alergen. Menurut Michael Dermatitis Kontak merupakan suatu respon inflamasi dari kulit terhadap antigen atau iritan yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa malu dan merupakan kelainan kulit yang paling sering pada pekerja Michael, 2005. Menurut Hayakawa Dermatitis Kontak merupakan inflamasi non-alergi pada kulit yang diakibatkan senyawa yang kontak dengan kulit tersebut Hayakawa, 2000 dan menurut Hudyono Dermatitis Kontak adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh bahan yang mengenai kulit, baik melalui mekanisme imunologik melalui reaksi alergi, maupun non-imunologik Dermatitis Kontak iritan Hudyono, 2002. Dalam era Industrialisasi saat ini, terdapat kecenderungan untuk semakin banyak menggunakan bahan-bahan industri, yang merupakan substansi alergen dan iritan, sehingga menyebabkan kenaikan prevalensi Dermatitis Kontak. Universitas Sumatera Utara Dermatitis Kontak adalah penyakit CD4 + yang dapat terjadi akibat kontak dengan bahan tidak berbahaya, merupakan contoh reaksi DTH. Kontak dengan bahan seperti formaldehid, nikel, asam, basa, terpenting dan berbagai bahan aktif dalam cat rambut yang menimbulkan Dermatitis Kontak

2.1.1 Gambaran Klinis Dermatitis Kontak

Penderita umumnya mengeluh gatal, kelainan bergantung pada keparahan dermatitis. Terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis Kontak iritan umumnya mempunyai ruam kulit yang lebih bersifat monomorf dan berbatas lebih tegas dibanding Dermatitis Kontak alergi.

1. Fase Akut

Pada Dermatitis Kontak iritan akut, satu kali kontak yang pendek dengan suatu bahan kimiawi kadang-kandang sudah cukup untuk mencetuskan reaksi iritan. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh zat alkali atau asam ataupun oleh detergen. Jika lemah maka reaksi nya akan menghilang secara spontan dalam waktu singkat luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang terutama terjadi ketika bekerja dengan zat-zat kimia yang bersifat iritan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Pada Dermatitis Kontak alergi akut, kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam setelah melalui proses sensitasi, derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema kemerahan dan edema bengkak, sedangkan pada yang berat selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula tonjolan berisi cairan yang bila pecah akan terjadi erosi dan Universitas Sumatera Utara eksudasi cairan. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas, dalam fase ini keluhan subyektif berupa gatal Djuanda, 2011

2. Fase Kronis

Pada Dermatitis Kontak iritan kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan Dermatitis Kontak iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu untuk menyebabkan Dermatitis Kontak iritan. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa berTahun kemudian, sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Pada Dermatitis Kontak alergi kronik merupakan kelanjutan dari fase akut yang akan hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan, walau bahan yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal Djuanda, 2007. Dermatitis kronis pada tangan terjadi sebagai akibat kontak berulang dengan zat kimia, dermatitis kronis menyebabkan kulit pada tangan terasa gatal, Pomfoliks adalah suatu keadaan menahun dimana lepuhan-lepuhan yang terasa gatal timbul di telapak tangan dan pinggiran Universitas Sumatera Utara jari-jari telapak tangan, lepuhan ini seringkali disertai kulit kemerahan dan bengkak Susanto dan Ari, 2013.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Dermatitis Kontak

Banyak hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan apa saja faktor Dermatitis Kontak. Dan semua pernyataan tersebut mengarah kepada dua kategori faktor yang mempengaruhi Dermatitis Kontak yaitu direct causeinfluence dan inderect causeinfluence. Secara garis besar faktor tersebut antara lain adalah Lestari dan Utomo, 2007 : a. Direct cause penyebab langsung yaitu bahan kimia, mekanik, fisika, racun tanaman, dan biologi b. Inderect cause penyebab tidak langsung yaitu faktor genetik alergi, penyakit kulit yang telah ada sebelumnya, usia, lingkungan, personal hygiene, jenis kelamin, ras, ketebalan kulit, pigmentasi, lama kerja, alat pelindung diri, dan musim. 1. Masa kerja Masa kerja mempengaruhi kejadian Dermatitis Kontak akibat kerja. Semakin lama seseorang bekerja, maka akan semakin sering terpajan dan kontak dengan bahan kimia penyebab dermatitis. Suma‟mur 2009 menyatakan bahwa semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Universitas Sumatera Utara Pekerja yang lebih lama terpajan dan berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit hingga bagian dalam dan semakin beresiko untuk terjadinya dermatitis Fatma, 2007. Hubungan Dermatitis Kontak dengan masa kerja terlihat dalam beberapa penelitian terdahulu, yaitu : a. Trihapsoro 2008 telah melakukan penelitian pada pekerja industri batik di Surakarta, pekerja dengan masa kerja ≥1 Tahun lebih banyak menderita dermatitis daripada pekerja yang masa kerjanya 1. b. Penelitian Erliana 2008 pada pekerja CV. F Loksumawe didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian Dermatitis Kontak dengan P value sebesar 0,018. Pada penelitian ini diketahui pekerja yang memiliki masa kerja ≥5 Tahun yaitu hanya 18,8. c. Penelitian Suryani 2008 pada pekerja pencuci botol, didapatkan hasil bahwa pada pekerja yang masa kerjanya ≤1 Tahun terdapat 12 orang yang mengalami dermatitis dan pekerja yang masak kerjanya ≥ 2 Tahun sebanyak 15 orang yang mengalami dermatitis. 2. Personal Hygiene Kebersihan perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan, kerapihan dan perawatan badan kita. Sangatlah penting untuk pekerja menjadi sehat dan selamat ditempat kerja. Kebersihan perorangan pekerja dapat mencegah penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan pencegahan alergi kulit, Universitas Sumatera Utara kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia. Kebersihan perorangan yang dapat mencegah terjadinya Dermatitis Kontak antara lain : a. Mencuci tangan Personal hygiene dapat digambarkan melalui kebiasaan mencuci tangan, karena tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak dengan bahan kimia. Kebiasaan mencuci tangan yang buruk justru dapat memperparah kondisi kulit yang rusak. Kebersihan pribadi merupakan salah satu usaha pencegahan dari penyakit kulit tapi hal ini juga tergantung fasilitas kebersihan yang memadai, kualitas dari pembersih tangan dan kesadaran dari pekerja untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada Cohen, 1999. b. Mencuci pakaian Kebersihan pakaian kerja juga perlu diperhatikan. Sisa bahan kimia yang menempel di baju dapat menginfeksi tubuh bila dilakukan pemakaian berulang kali. Baju kerja yang telah terkena bahan kimia akan menjadi masalah baru bila dicuci di rumah. Karena apabila pencucian baju di campur dengan baju anggota keluarga lainnya maka keluarga pekerja juga akan ikut terkena dermatitis. Sebaiknya baju pekerja dicuci setelah satu kali pakai atau minimal dicuci sebelum dipakai kembali. Universitas Sumatera Utara Hubungan Personal Hygiene dengan Dermatitis Kontak dapat dilihat dari beberapa penelitian terdahulu :  Penelitian Cahaya 2012 yang berjudul “Hubungan hygiene perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan keluhan gangguan kulit” yang menyatakan bahwa kebersihan kulit sehari- hari yang baik proporsi yang mengatakan ada keluhan gangguan kulit sebanyak 43 responden 57,3 dan yang tidak ada keluhan 19 responden 25,4. 3. Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Penggunaan APD salah satu cara untuk mencegah terjadinya Dermatitis Kontak, karena dengan menggunakan APD dapat terhindar dari cipratan bahan kimia dan menghindari kontak langsung dengan bahan kimia, perusahaan wajib menyediakan APD sesuai dengan potensi bahaya yang ada. 4. Lama Kerja Lama kerja mempengaruhi kejadian Dermatitis Kontak, karena semakin lama kontak dengan bahan kimia maka semakin akan merusak sel kulit hingga kelapisan yang lebih dalam dan resiko terjadinya Dermatitis Kontak akan semakin tinggi Cohen,1999. Semakin lama bahan kimia kontak dengan kulit maka penetrasi bahan kimia terhadap lapisan kulit akan semakin luas dan dalam hingga menyebabkan reaksi peradanganiritasi yang lebih berat. Universitas Sumatera Utara

2.2 Dermatitis Kontak Iritan DKI

DKI merupakan peradangan kulit akibat kontak langsung dengan bahan yang menyebabkan iritasi. Dermatitis jenis ini merupakan hasil reaksi non- imunologis. Dermatitis yang disebabkan oleh substansi iritan yang kuat, seperti asam dan basa konsentrasi tinggi, dapat menyebabkan Dermatitis Kontak iritan akut. Bahan iritan adalah bahan yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan pada kulit pada waktu tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. Tabel 2.1 Iritan yang Sering Menimbulkan Dermatitis Kontak Iritan Sumber : Keefner, K.P. 2004 dalam Agung S. 2008. Dermatitis Kontak Swamedikasi No. Bahan Iritan

1. Asam kuat hidroklorida, hidroflorida, asam nitrat, asam sulfat