KUESIONER Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak pada
pekerja Pabrik Tahu Sumedang di Kecamatan Medan Polonia 2015
1. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
studi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. 2.
Mohon kuesioner ini diisi dengan jujur 3.
Segala jawaban yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya. 4.
Atas perhatian dan kerjasama ini saya ucapkan terima kasih.
I. Identitas Responden
Nama :
II. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Gejala Dermatitis kontak. PETUNJUK : Berilah tanda pada jawaban yang paling sesuai
1. Usia :
Tahun 2. Lama Kerja
: Jam
3. Masa Kerja :
Tahun 4. Alat Pelindung Diri yang digunakan APD
Apakah saat bekerja anda menggunakan APD sarung tangan, sepatu boot :
Memakai APD Tidak Memakai APD
Universitas Sumatera Utara
5. Personal Hygiene
a. Apakah anda mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah
melakukan pekerjaan : Ya
Tidak b.
Apakah pakaian kerja anda diganti setiap hari : Ya
Tidak
6. Gejala dermatitis kontak
Apakah anda merasakan keluhan gejala dermatitis kontak Gatal
Ya Tidak
Panas Ya
Tidak
Kemerahan Ya
Tidak
Bengkak Ya
Tidak
Kulit Kering dan pecah-pecah Ya
Tidak
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
84
Master data
No Nama
Usia Usiak
Lamakerj a
Lamakerj ak
Personalhygie ne
Penggunaa nAPD
masakerj a
Masakerj ak
gejaladermati tiskontak
1 AD
19 1
8 1
1 2
3 2
2 2
IB 24
1 8
1 2
2 3
2 2
3 JK
25 1
9 2
1 1
2 1
1 4
RD 35
2 7
1 1
2 5
2 2
5 RB
22 1
8 1
2 2
2 1
2 6
TL 20
1 9
2 1
1 1
1 1
7 SH
35 2
7 1
1 2
1 1
2 8
BW 23
1 9
2 2
2 2
1 1
9 WN
25 1
8 1
2 2
1 1
1 10
RI 22
1 8
1 2
2 2
1 1
11 DD
29 2
8 1
1 1
2 1
2 12
KH 43
2 7
1 1
2 4
2 2
13 PTG
55 2
7 1
2 2
5 2
1
Universitas Sumatera Utara
14 JN
26 1
8 1
2 2
3 2
1 15
RC 35
2 8
1 2
2 2
1 1
16 ER
22 1
9 2
2 2
2 1
1 17
JN 21
1 9
2 2
2 1
1 1
18 JB
42 2
8 1
1 1
4 2
2 19
FR 19
1 8
1 2
2 2
1 1
20 JR
28 1
7 1
1 1
4 2
2 21
MN 35
2 8
1 2
2 3
2 1
22 RZ
41 2
8 1
2 2
5 2
1 23
TM 24
1 9
2 1
2 1
1 2
24 IR
32 2
8 1
2 1
2 1
2 25
TB 29
2 8
1 2
2 2
1 1
26 ML
40 2
7 1
2 2
5 2
1 27
JO 55
2 7
1 2
2 5
2 1
28 DN
46 2
8 1
1 1
3 2
2 29
HK 24
1 8
1 2
2 2
1 1
Universitas Sumatera Utara
30 PK
31 2
7 1
1 2
2 1
2 31
KT 21
1 10
2 2
2 1
1 1
32 NG
27 1
8 1
2 2
2 1
1
Keterangan : Usia
: Usia pekerja dalam bentuk ratio Usiak
: variabel usia dalam bentuk kategori 1 = “≤ 28 tahun”, 2 = “ 28 tahun”
Lamakerja : lama kerja dalam bentuk ratio
Lamakerjak : variabel lama kerja dalam bentuk kategori 1 =
” ≤ 8 Jam”, 2 =” 8 jam” Personalhygiene
: personal hygiene dalam bentuk kategori 1 = Baik, 2 = Buruk Penggunaan APD
: penggunaan APD dalm bentuk kategori 1 = Memakai APD, 2 = Tidak Memakai APD Masakerja
: masa kerja dalam bentuk ratio Masakerjak
: variabel masa kerja dalam bentuk kategori 1 = “≤ 2 tahun”, 2 = “ 2tahun” Gejaladermatitiskontak
: gejala dermatitis kontak dalam bentuk kategori 1 = Ada, 2 = “Tidak Ada”
Universitas Sumatera Utara
Master data Gejala
No Nama Usia
Usiak Lamake
rja Lamakerj
ak Personalhygie
ne Penggunaa
nAPD masakerj
a Masakerj
ak gejalader
matitisko
ntak
1 AD
19
≤ 28 Tahun
8
≤8 Ja Baik
Tidak memakai
APD
3
2 Tahun Tidak ada
Gejala Dermatitis
Kontak
2 IB
24
≤ 28 Tahu
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
3
2 Tahun Tidak ada
Gejala Dermatitis
Kontak
3 JK
25
≤ 28 Tahu
9
8 Jam Baik
Memakai APD
2
≤ 2 Tahu Ada Gejala
Dermatitis Kontak
4 RD
35
28 Tahun
7
≤8 Ja Baik
Tidak memakai
APD
5
2 Tahun Tidak ada
Gejala Dermatitis
Kontak
5 RB
22
≤ 28 Tahu
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
2
≤ 2 Tahu Tidak ada
Gejala Dermatitis
Universitas Sumatera Utara
APD Kontak
6 TL
20
≤ 28 Tahu
9
8 Jam Baik
Memakai APD
1
≤ 2 Tahu Ada Gejala
Dermatitis Kontak
7 SH
35
28 Tahun
7
≤8 Ja Baik
Tidak memakai
APD
1
≤ 2 Tahu Tidak ada
Gejala Dermatitis
Kontak
8 BW
23
≤ 28 Tahu
9
8 Jam Buruk
Tidak memakai
APD
2
≤ 2 Tahu Ada Gejala
Dermatitis Kontak
9 WN
25
≤ 28 Tahu
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
1
≤ 2 Tahu Ada Gejala
Dermatitis Kontak
10 RI
22
≤ 28 Tahu
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
2
≤ 2 Tahu Ada Gejala
Dermatitis Kontak
11 DD
29
28 Tahun
8
≤8 Ja Baik
Memakai APD
2
≤ 2 Tahu Tidak ada
Gejala Dermatitis
Kontak
12 KH
43
28 Tahun
7
≤8 Ja Baik
Tidak memakai
4
2 Tahun Tidak ada
Gejala
Universitas Sumatera Utara
APD Dermatitis
Kontak
13 PTG
55
28 Tahun
7
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
5
2 Tahun Ada Gejala
Dermatitis Kontak
14 JN
26
≤ 28 Tahu
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
3
2 Tahun Ada Gejala
Dermatitis Kontak
15 RC
35
28 Tahun
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
2
≤ 2 Tahu Ada Gejala
Dermatitis Kontak
16 ER
22
≤ 28 Tahu
9
8 Jam Buruk
Tidak memakai
APD
2
≤ 2 Tahu Ada Gejala
Dermatitis Kontak
17 JN
21
≤ 28 Tahun
9
8 Jam Buruk
Tidak memakai
APD
1
≤ 2 Tahu Ada Gejala
Dermatitis Kontak
18 JB
42
28 Tahun
8
≤8 Ja Baik
Memakai APD
4
2 Tahun Tidak ada
Gejala Dermatitis
Kontak
19 FR
19
≤ 28 Tahu
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
2
≤ 2 Tahu Ada Gejala
Dermatitis
Universitas Sumatera Utara
APD Kontak
20 JR
28
≤ 28 Tahu
7
≤8 Ja Baik
Memakai APD
4
2 Tahun Tidak ada
Gejala Dermatitis
Kontak
21 MN
35
28 Tahun
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
3
2 Tahun Ada Gejala
Dermatitis Kontak
22 RZ
41
28 Tahun
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
5
2 Tahun Ada Gejala
Dermatitis Kontak
23 TM
24
≤ 28 Tahu
9
8 Jam Baik
Tidak memakai
APD
1
≤ 2 Tahu Tidak ada
Gejala Dermatitis
Kontak
24 IR
32
28 Tahun
8
≤8 Ja Buruk
Memakai APD
2
≤ 2 Tahu Tidak ada
Gejala Dermatitis
Kontak
25 TB
29
28 Tahun
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
2 1
Ada Gejala Dermatitis
Kontak
Universitas Sumatera Utara
26 ML
40
28 Tahun
7
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
5 2
Ada Gejala Dermatitis
Kontak
27 JO
55
28 Tahun
7
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
5 2
Ada Gejala Dermatitis
Kontak
28 DN
46
28 Tahun
8
≤8 Ja Baik
Memakai APD
3 2
Tidak ada Gejala
Dermatitis Kontak
29 HK
24
≤ 28 Tahu
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
2 1
Ada Gejala Dermatitis
Kontak
30 PK
31
28 Tahun
7
≤8 Ja Baik
Tidak memakai
APD
2 1
Tidak ada Gejala
Dermatitis Kontak
31 KT
21
≤ 28 Tahu
10
8 Jam Buruk
Tidak memakai
APD
1 1
Ada Gejala Dermatitis
Kontak
32 NG
27
≤ 28 Tahu
8
≤8 Ja Buruk
Tidak memakai
APD
2 1
Ada Gejala Dermatitis
Kontak
Universitas Sumatera Utara
92
OUTPUT
Analisis Univariat
Statistics
Usia Responden
Lama Kerja Responden
jam Personal
Hygiene Responden
Penggunaan APD
Responden Masa Kerja
Responden Tahun
N Valid
32 32
32 32
32 Missing
Mean 30.47
8.00 1.63
1.78 2.63
Median 27.50
8.00 2.00
2.00 2.00
Std. Deviation 9.955
.762 .492
.420 1.338
Minimum 19
7 1
1 1
Maximum 55
10 2
2 5
Percentile s
25 22.25
7.25 1.00
2.00 2.00
50 27.50
8.00 2.00
2.00 2.00
75 35.00
8.00 2.00
2.00 3.75
Usia Responden
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
19 2
6.3 6.3
6.3 20
1 3.1
3.1 9.4
21 2
6.3 6.3
15.6 22
3 9.4
9.4 25.0
23 1
3.1 3.1
28.1 24
3 9.4
9.4 37.5
25 2
6.3 6.3
43.8 26
1 3.1
3.1 46.9
27 1
3.1 3.1
50.0 28
1 3.1
3.1 53.1
29 2
6.3 6.3
59.4
Universitas Sumatera Utara
31 1
3.1 3.1
62.5 32
1 3.1
3.1 65.6
35 4
12.5 12.5
78.1 40
1 3.1
3.1 81.3
41 1
3.1 3.1
84.4 42
1 3.1
3.1 87.5
43 1
3.1 3.1
90.6 46
1 3.1
3.1 93.8
55 2
6.3 6.3
100.0 Total
32 100.0
100.0
Lama Kerja Responden jam
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
7 8
25.0 25.0
25.0 8
17 53.1
53.1 78.1
9 6
18.8 18.8
96.9 10
1 3.1
3.1 100.0
Total 32
100.0 100.0
Personal Hygiene Responden
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Baik 12
37.5 37.5
37.5 Buruk
20 62.5
62.5 100.0
Total 32
100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan APD Responden
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Memakai APD 7
21.9 21.9
21.9 Tidak memakai APD
25 78.1
78.1 100.0
Total 32
100.0 100.0
Usia Responden Kategori
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
≤ 28 Tahun 17
53.1 53.1
53.1 ≥ 28 Tahun
15 46.9
46.9 100.0
Total 32
100.0 100.0
Lama Kerja Kategori
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
≤8 Jam 25
78.1 78.1
78.1 ≥8 Jam
7 21.9
21.9 100.0
Masa Kerja Responden Tahun
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
1 6
18.8 18.8
18.8 2
13 40.6
40.6 59.4
3 5
15.6 15.6
75.0 4
3 9.4
9.4 84.4
5 5
15.6 15.6
100.0 Total
32 100.0
100.0
Universitas Sumatera Utara
Total 32
100.0 100.0
Masa Kerja Kategori
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
≤ 2 Tahun 19
59.4 59.4
59.4 ≥ 2 Tahun
13 40.6
40.6 100.0
Total 32
100.0 100.0
Gejala Dermatitis Kontak
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Ada Gejala Dermatitis Kontak
19 59.4
59.4 59.4
Tidak ada Gejala Dermatitis Kontak
13 40.6
40.6 100.0
Total 32
100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
Analisis Bivariat
Case Processing Summary
Cases Valid
Missing Total
N Percent
N Percent
N Percent
Usia Responden Kategori Gejala
Dermatitis Kontak 32
100.0 0.0
32 100.0
Usia Responden Kategori Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation
Gejala Dermatitis Kontak
Total Ada Gejala
Dermatitis Kontak
Tidak ada Gejala Dermatitis
Kontak Usia Responden
Kategori ≤ 28 Tahun Count
12 5
17 within Usia
Responden Kategori
70.6 29.4
100.0
within Gejala Dermatitis
Kontak 63.2
38.5 53.1
of Total 37.5
15.6 53.1
≥ 28 Tahun Count 7
8 15
within Usia Responden
Kategori 46.7
53.3 100.0
within Gejala Dermatitis
Kontak 36.8
61.5 46.9
of Total 21.9
25.0 46.9
Total Count
19 13
32
Universitas Sumatera Utara
within Usia Responden
Kategori 59.4
40.6 100.0
within Gejala Dermatitis
Kontak 100.0
100.0 100.0
of Total 59.4
40.6 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2-sided
Exact Sig. 2- sided
Exact Sig. 1- sided
Pearson Chi-Square 1.890
a
1 .169
Continuity Correction
b
1.029 1
.310 Likelihood Ratio
1.905 1
.168 Fishers Exact Test
.280 .155
Linear-by-Linear Association
1.831 1
.176 N of Valid Cases
32 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.09.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid
Missing Total
N Percent
N Percent
N Percent
Lama Kerja Kategori Gejala Dermatitis Kontak
32 100.0
0.0 32
100.0
Universitas Sumatera Utara
Lama Kerja Kategori Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation
Gejala Dermatitis Kontak
Total Ada Gejala
Dermatitis Kontak
Tidak ada Gejala
Dermatitis Kontak
Lama Kerja Kategori
≤8 Jam Count 13
12 25
within Lama Kerja Kategori
52.0 48.0 100.0
within Gejala Dermatitis Kontak
68.4 92.3
78.1 of Total
40.6 37.5
78.1 ≥8 Jam Count
6 1
7 within Lama Kerja
Kategori 85.7
14.3 100.0 within Gejala
Dermatitis Kontak 31.6
7.7 21.9
of Total 18.8
3.1 21.9
Total Count
19 13
32 within Lama Kerja
Kategori 59.4
40.6 100.0 within Gejala
Dermatitis Kontak 100.0
100.0 100.0 of Total
59.4 40.6 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2-sided
Exact Sig. 2-sided
Exact Sig. 1-sided
Pearson Chi-Square 2.577
a
1 .108
Continuity Correction
b
1.369 1
.242 Likelihood Ratio
2.871 1
.090 Fishers Exact Test
.195 .120
Linear-by-Linear Association
2.496 1
.114 N of Valid Cases
32
Universitas Sumatera Utara
a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.84.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid
Missing Total
N Percent
N Percent
N Percent
Masa Kerja Kategori Gejala Dermatitis Kontak
32 100.0
0.0 32
100.0
Masa Kerja Kategori Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation
Gejala Dermatitis Kontak
Total Ada Gejala
Dermatitis Kontak
Tidak ada Gejala
Dermatitis Kontak
Masa Kerja Kategori
≤ 2 Tahun Count
13 6
19 within Masa
Kerja Kategori 68.4
31.6 100.0
within Gejala Dermatitis
Kontak 68.4
46.2 59.4
of Total 40.6
18.8 59.4
≥ 2 Tahun Count
6 7
13 within Masa
Kerja Kategori 46.2
53.8 100.0
within Gejala Dermatitis
Kontak 31.6
53.8 40.6
of Total 18.8
21.9 40.6
Total Count
19 13
32 within Masa
Kerja Kategori 59.4
40.6 100.0
Universitas Sumatera Utara
within Gejala Dermatitis
Kontak 100.0
100.0 100.0
of Total 59.4
40.6 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2-sided
Exact Sig. 2- sided
Exact Sig. 1- sided
Pearson Chi-Square 1.587
a
1 .208
Continuity Correction
b
.798 1
.372 Likelihood Ratio
1.586 1
.208 Fishers Exact Test
.281 .186
Linear-by-Linear Association
1.537 1
.215 N of Valid Cases
32 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.28.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid
Missing Total
N Percent
N Percent
N Percent
Personal Hygiene Responden Gejala
Dermatitis Kontak 32
100.0 0.0
32 100.0
Universitas Sumatera Utara
Personal Hygiene Responden Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation
Gejala Dermatitis Kontak
Total Ada Gejala
Dermatitis Kontak
Tidak ada Gejala
Dermatitis Kontak
Personal Hygiene Responden
Baik Count
2 10
12 within Personal
Hygiene Responden 16.7
83.3 100.0 within Gejala
Dermatitis Kontak 10.5
76.9 37.5
of Total 6.3
31.3 37.5
Buruk Count 17
3 20
within Personal Hygiene Responden
85.0 15.0 100.0
within Gejala Dermatitis Kontak
89.5 23.1
62.5 of Total
53.1 9.4
62.5 Total
Count 19
13 32
within Personal Hygiene Responden
59.4 40.6 100.0
within Gejala Dermatitis Kontak
100.0 100.0 100.0
of Total 59.4
40.6 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2-sided
Exact Sig. 2- sided
Exact Sig. 1- sided
Pearson Chi-Square 14.519
a
1 .000
Continuity Correction
b
11.824 1
.001 Likelihood Ratio
15.508 1
.000 Fishers Exact Test
.000 .000
Linear-by-Linear Association
14.065 1
.000
Universitas Sumatera Utara
N of Valid Cases 32
a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.88. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid
Missing Total
N Percent
N Percent
N Percent
Penggunaan APD Responden Gejala
Dermatitis Kontak 32
100.0 0.0
32 100.0
Penggunaan APD Responden Gejala Dermatitis Kontak Crosstabulation
Gejala Dermatitis Kontak
Total Ada Gejala
Dermatitis Kontak
Tidak ada Gejala
Dermatitis Kontak
Penggunaan APD
Responden Memakai APD
Count 2
5 7
within Penggunaan
APD Responden 28.6
71.4 100.0
within Gejala Dermatitis
Kontak 10.5
38.5 21.9
of Total 6.3
15.6 21.9
Tidak memakai APD
Count 17
8 25
within Penggunaan
APD Responden 68.0
32.0 100.0
within Gejala Dermatitis
Kontak 89.5
61.5 78.1
of Total 53.1
25.0 78.1
Universitas Sumatera Utara
Total Count
19 13
32 within
Penggunaan APD Responden
59.4 40.6
100.0 within Gejala
Dermatitis Kontak
100.0 100.0
100.0 of Total
59.4 40.6
100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2-sided
Exact Sig. 2- sided
Exact Sig. 1- sided
Pearson Chi-Square 3.525
a
1 .060
Continuity Correction
b
2.080 1
.149 Likelihood Ratio
3.510 1
.061 Fishers Exact Test
.091 .076
Linear-by-Linear Association
3.414 1
.065 N of Valid Cases
32 a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.84.
b. Computed only for a 2x2 table
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, A.B. 2004, Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri. Cetakan pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Cahaya, I. 2012. Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara. Cohen. D.E. 1999. Occupational Dermatosis. Handbook Of Occupational Safety
and Health. Second Edition. Canada. Clevere. S, Ari. Penyakit Kulit dan Kelamin. Cetakan: pertama. Yogyakarta:
Nuha Medika. Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keempat. Cetakan
Kedua. Jakarta: EGC. Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu dan Penggunaan Alat Pelindung
Diri dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Paving Block CV.F. Lhoksumawe. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatera Utara.
Graham, R. Brown. Burns, T. 2005. Dermatologi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Harrianto, R. 2013. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC. Hudyono, J. 2002. Dermatosis Akibat Kerja. Majalah Kedokteran Indonesia.
HSE UK. 2004. Medical Aspect Of Occupational Skin Disease. Guidance Note MS 24. Second Edition. Norwich. England.
Indrawan, I.A. Suwondo, A. Lestantyo. D., 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja
Bagian Premix Di PT. X Cirebon. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 2, No. 2
Kabulrachman, 2003, Penyakit Kulit Alergi, Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro.
Kosasih, A. 2004. Dermatitis Akibat Kerja. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993. Lestari, F. Utomo, H.S. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT Pantja Press Industri. Jurnal. Makara. Kesehatan. Vol.11. No.2. Desember 2007: 61-68.
Michael, J.A. 2005. Dermatitis Contac. Emedecine; www.emedicine.com diakes pada tanggal 6 September 2015.
Universitas Sumatera Utara
Nuraga, W. Lestari, F. Kurniawidjaja, L.M. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja yang Terpajan
dengan Bahaya Kimia di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Makara, Kesehatan, Vol.12, No.2 Hal. 63-70.
Orton, D.I, Wilkinson, J.D. 2004. Cosmetic allergy: Incidence, Diagnosis and Management. Am J Clin Dermatol. 55: 327-337
Siregar, R.S. 2006, Saripati Penyakit Kulit Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soedirman. 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Penerbit Erlangga.
Ridley, J. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Suma‟mur. 20014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Jakarta: Sagung Seto.
Sucipta, C. 2008, Laporan Kasus Dermatitis Kontak Iritan, Denpasar: http:citrajourney.wordpress.com diakses 20 Agustus 2015.
Trihapsoro, I. 2003. Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji Adam Malik, Skripsi, Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera
Utara. Medan. Wibowo, A. 2014,Metodologi Penelitian Praktis Bidang kesehatan. Cetakan
Pertama. Jakarta: Rajawali Pers. Wijaya, C. 1993. Deteksi dini Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional potong lintang. Pada penelitian cross sectional atau potong lintang
variabel-variabel yang diteliti ditimpakan sekali saja pada sejumlah subyek yang menjadi sampel penelitian dan kemudian dilihat hubungan antar variabel nya
hanya berdasar satu kali pengamatan saja Wibowo, 2014.
3.2 Lokasi Penelitian
Pabrik tahu sumedang di jl. Langgar lk. 3 No 29A Kecamatan Medan Polonia.
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dlikakukan pada bulan Desember sampai dengan bulan Januari Tahun 2016.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di 2 tempat pabrik tahu sumedang di kecamatan Medan Polonia yang berjumlah 32 orang.
3.4.2 Sampel
Oleh karena keterbatasan jumlah populasi maka seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 32 orang.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban yang diberikan
responden, kuesioner yang digunakan oleh peneliti telah digunakan pada penelitian sebelumnya.
3.6 Variabel dan Defenisi Operasional
3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari : 1.
Variabel independen adalah : Usia, lama kerja, masa kerja, Penggunaan APD, Personal hygiene.
2. Variabel dependen adalah Gejala Dermatitis Kontak.
3.6.2 Defenisi Operasional
Berikut defenisi operasional yang digunakan pada saat penelitian di pabrik tahu sumedang Kecamatan Medan Polonia :
1. Usia adalah umur Tahun Pekerja Pabrik Tahuterhitung dari lahir
sampai waktu pengambilan data dilakukan. 2.
Lama kerja adalah lamanya jam Pekerja Pabrik Tahubekerja dalam satu hari
3. Masa kerja adalah lamanya Tahun pekerja bekerja di pabrik tahu
4. Alat Pelindung Diri APD adalah perlengkapan yang digunakan
pekerja di pabrik tahu untuk melindungi dirinya seperti pakaian kerja, sarung tangan, dan sepatu pengaman.
Universitas Sumatera Utara
5. Personal Hygiene adalah kebersihan diri pada saat bekerja di
pabrik, yaitu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan, pakaian bersih dari sisa bahan kimia dan
kotoran, pakaian di cuci setelah melakukan pekerjaan dan mengganti pakaian kerja setiap hari.
6. Gejala Dermatitis Kontak adalah gejala subyektif yang dirasakan
Pekerja Pabrik Tahu pada tangan nya, pada kondisi awal gejala umum terjadi seperti panas pada telapak tangan, gatal, kemerahan,
bengkak. Dan pada tingkat yang lebih parah gejala akan bertambah seperti penebalan pada kulit, kulit kering dan pecah-pecah
Djuanda, 2011
3.7 Metode Pengukuran Data
1 Usia di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data
berkelompok ≤ Median, Median. 2
Lama Kerja di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data berkelompok
≤ median, median. 3
Masa kerja di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data berkelompok ≤ Median, Median .
4 Penggunaan APD diukur dengan memakai APD jika pekerja
menggunakan sarung tangan dan sepatu boot. Tidak memakai APD : apabila hanya memakai sarung tangan atau sepatu boot saja.
5 Personal Hygiene dikatakan baik jika pekerja di pabrik tahu mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan, pakaian
Universitas Sumatera Utara
kerja diganti setiap hari. Dikatakan kurang baik apabila pekerja di pabrik tahu tidak melakukan salah satu dari mecuci tangan dengan air bersih dan
sabun setelah melakukan pekerjaan, dan pakaian kerja diganti setiap hari. 6
Gejala Dermatitis Kontak adalah gejala subyektif yang dirasakan pekerja, Gejala Dermatitis dinyatakan ada apabila pekerja merasakan salah satu
keluhan seperti panas, gatal, bengkak, kemerahan, kulit kering dan pecah- pecah. dan dinyatakan Tidak apabila pekerja tidak merasakan salah satu
gejalanya.
Tabel 3.1 Aspek pengukuran variabel penelitian
Variabel Keterangan
Alat ukur Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
1. Usia
Jumlah Tahun
yang dihitung
mulai dari
responden lahir
sampai saat
pengumpulan data oleh peneliti
Kuesioner Berdasarkan nilai
median yang didapatkan
1. ≤ 28 Tahun
2. ≥ 28 Tahun
Ordinal
2. Lama Kerja
Lama nya pekerja bekerja
dalam sehari
Kuesioner Berdasarkan nilai
median yang didapatkan
1. ≤ 8 Jam
2. ≥ 8 Jam Ordinal
3. Masa Kerja Panjangnya waktu
terhitung mulai
dari awalnya
responden bekerja di
pabrik tahu
hingga saat
penelitian dilakukan
Kuesioner Berdasarkan nilai
median yang didapatkan
1. ≤ 2 Tahun
2. ≥ 2 Tahun Ordinal
4. Penggunaan APD
Penggunaan Alat Pelindung
Diri oleh
Pekerja Pabrik Tahupada
saat bekerja Kuesioner
1. Memakai APD : bila memakai
sarung tangan dan sepatu boot
2. Tidak memakai : hanya memakai
sarung tangan atau sepatu boot saja
1. Memakai APD
2. Tidak memakai APD
Nominal
Universitas Sumatera Utara
5. Personal Hygiene
Suatu usaha
kesehatan pribadi meliputi
kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun dan
air bersih, dan pakaian
kerja diganti setiap hari
Kuesioner 1. Baik : apabila
melakukan kebiasaan mencuci
tangan dengan
sabun dan air bersih setelah bekerja, dan
pakaian kerja
diganti. 2. Buruk : jika tidak
melakukan salah
satu dari mencuci tangan dan pakaian
kerja diganti 1. Baik
2. Buruk Ordinal
6. Gejala Dermatitis
Kontak Gejala Dermatitis
yang dirasakan
pekerja pada
daerah tangan Kuesioner
1. Ada : apabila pekerja merasakan
salah satu Gejala Dermatitis
2. Tidak Ada : apabila tidak ada
satupun gejala yang dirasakan
1. Ada 2. Tidak Ada
Nominal
3.8 Metode Analisis Data
3.8.1 Pengolahan Data
Hasil penelitian ini akan dioalah dimana dari semua data akan dilakukan pengklasifikasian melalui berbagai tahapan sebagai berikut :
1. Editing
: melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada kuesioner
2. Coding
: mengubah data kuesioner dalam bentuk kode-kode 3.
Processing : mempercepat data agar dapat dilakukan analisa
dengan cara entry data ke dalam aplikasi komputer 4.
Analysis : melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data,
analisis ini dibantu dengan aplikasi komputer
Universitas Sumatera Utara
Analisa data merupakan kelanjutan dari tahapan pengolahan data. Setelah data diberi kode dan dimasukkan entry, kemudian data dianalisis dengan
menggunakan software komputer SPSS Statistic V.22, analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis, yaitu analisis univariat dan analisis
bivariat.
3.8.2 Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan pada setiap variabel yang diamati. Hasilnya berupa distribusi dan persentase dari setiap
variable yang disajikan dalam bentuk tabel serta diberikan penjelasan. Pada analisis univariat, peneliti melakukan pengukuran pada variabel
independent dengan menggunakan kuesioner yang berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak yaitu faktor usia dengan h
asil ukur ≤ median, median,lama kerja dengan hasil ukur ≤ median, median, masa kerja ≤ median, median,
penggunaan APD saat bekerja Memakai APD, Tidak memakai APD, personal Hygiene Baik, Buruk,
3.8.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi yaitu melihat hubungan antara variabel
independen usia, personal hygiene, penggunaan APD, masa kerja dengan variabel dependen Gejala Dermatitis Kontak. Pada analisis bivariat ini, peneliti
menggunakan uji chi-square digunakan untuk menganalisa frekuensi dari dua variabel dengan banyak kategori untuk menentukan apakah kedua variabel
tersebut berhubungan satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Deskripsi Lokasi Penelitian
Kecamatan Medan Polonia merupakan salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Polonia berbatasan
dengan Medan Baru di sebelah barat, Medan Maimun di timur, Medan Johor di selatan, dan Medan Petisah di utara. Pada Tahun 2001, kecamatan ini mempunyai
penduduk sebesar 46.316 jiwa, luas wilayah nya adalah 9,01 km
2
dan kepadatan penduduknya adalah 5.140,51 jiwakm
2
. Sebagian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti : Batak, Tionghoa, Minang, Aceh, dan
Jawa sedangkan suku asli suku Melayu Deli 20 saja. Pabrik Tahu Sumedang yang merupakan tempat penelitian ini terdapat di
Jalan Langgar, LK.3 No. 29A, Kecamatan Medan Polonia, Pemilik usaha tahu ini yaitu bapak Ponimin, pabrik tahu ini memproduksi rata-rata 600 papan Tahu per
hari dari 1 ton kedelai untuk di pasarkan di daerah Medan dan Sekitar nya. Pabrik Tahu Sumedang ini mulai berdiri pada Tahun 2000 dengan total karyawan hanya
5 orang saja. Pada awal berdiri, pabrik tahu ini hanya mampu memproduksi sedikitnya 50 Kg
– 100 Kg Kedelai. Namun karena semakin banyak nya permintaan konsumen, sekarang Pabrik Tahu ini telah memperkerjakan total 32
karyawan yang mampu memproduksi 600 papan Tahu setiap harinya.
4.2 Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran dari variabel-variabel yang diprediksi menjadi faktor yang berhubungan dengan Gejala
Dermatitis Kontak pada pekerja yang bekerja di pabrik tahu sumedang kecamatan
Universitas Sumatera Utara
Medan Polonia. Faktor-faktor tersebut antara lain umur, lama kerja, masa kerja, penggunaan APD, personal hygiene.
4.2.1 Usia Responden
Usia Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Usia responden pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia
Usia Tahun N
≤ 28 28
17 15
53,1 46,9
Total 32
100
Berdasarkan tabel diatas, bahwa usia Pekerja Pabrik Tahuyang paling banyak pada usia ≤ 28 Tahun yaitu 17 orang 53,1, dan sisanya pada usia ≥ 28
Tahun sebanyak 15 orang 46,1 .
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Lama Kerja Responden
Lama kerja Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Lama Kerja responden pada Pekerja Pabrik Tahu Kecamatan Medan Polonia
Lama Kerja Jam N
≤ 8 8
25 7
78,1 21,9
Total 32
100
Dari tabel diatas, diketahui bahwa lama kerja Pekerja Pabrik Tahu dengan lama kerja ≤ 8 Jam sebanyak 25 orang 78,1 dan lama kerja 8 jam sebanyak 7
orang 21,9.
4.2.3 Masa Kerja Responden
Masa kerja pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3 Distribusi Masa Kerja responden pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia
Masa Kerja Tahun N
≤ 2 2
19 13
59,4 40,6
Total 32
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang masa kerjanya ≤ 2
Tahun sebanyak 19 orang 59,4 dan pekerja yang masa kerjanya 2 Tahun sebanyak 13 orang 40,6.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Penggunaan APD Responden
Penggunaan APD pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Penggunaan APD responden pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia
Penggunaan APD N
Memakai APD Tidak Memakai APD
7 25
21,9 78,1
Total 32
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang Memakai APD adalah sebanyak 7 21,9 orang dan pekerja yang Tidak Memakai APD adalah
sebanyak 25 78,1 orang pekerja.
4.2.5 Personal Hygiene Responden
Personal hygiene pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Personal Hygiene responden pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia
Personal Hygiene N
Baik Buruk
12 20
78,1 21,9
Total 32
100
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas, diketahui bahwa personal hygiene Pekerja Pabrik Tahuyang baik hanya 12 orang 78,1 sedangkan personal hygiene yang buruk
berjumlah 20 orang 21,9.
4.2.6 Gejala Dermatitis Kontak
Gejala Dermatitis Kontak yang dirasakan Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia
Gejala Dermatitis N
Ada Tidak Ada
19 13
59,4 40,6
Total 32
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang merasakan Gejala Dermatitis Kontak adalah sebanyak 19 orang 59,4 sedangkan yang tidak
merasakan Gejala Dermatitis adalah sebanyak 13 orang 40,6.
4.3 Hasil Uji Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor Usia, Lama kerja, Masa kerja, Penggunaan APD, Personal Hygiene dengan
terjadinya Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1 Hubungan Usia dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia
Hubungan antara Usia pekerja dengan Gejala Dermatitis dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Tabulasi Silang usia dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia
Gejala Dermatitis Kontak
Usia Ada
Tidak Ada Jumlah
p-value N
N N
≤ 28 12
37,5 5
15,6 17
53,1 0,169
28 7
21,9 8
25,0 15
46,9 Jumlah
19 59,4
13 40,6
32 100
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa Gejala Dermatitis Kontak
ditemukan pada usia ≤ 28 Tahun sebanyak 12 orang 37,5 sedangkan pada usia 28 Tahun sebanyak 7 orang 21,9. Yang tidak
mengalami Gejala Dermatitis Kontak pada usia ≤ 28 Tahun adalah sebanyak 5
orang 15,6 sedangkan pada usia 28 Tahun sebanyak 8 orang 25. Terlihat pada tabel 4.7 nilai p = 0,169 0,05 yang berarti faktor usia tidak ada hubungan
dengan Gejala Dermatitis Kontak.
4.3.2 Hubungan lama Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia
Hubungan antara lama kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Tabulasi Silang antara lama kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan
Medan Polonia
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa Gejala Dermatitis Kontak
ditemukan pada pekerja dengan lama kerja ≤ 8 jam sebanyak 13 orang 40,6 dan yang tidak mengalami sebanyak 12 orang 37,5.
Sedangkan pada pekerja yang lama kerjanya 8 jam mengalami Gejala Dermatitis sebanyak 6 orang 18,8, dan yang tidak mengalami 1 orang 3,1.
Terlihat pada tabel 4.8 bahwa p = 0,108 0,05 yang berarti faktor lama kerja tidak ada hubungan dengan Gejala Dermatitis
Gejala Dermatitis Kontak Lama kerja
jam Ada
Tidak Ada Jumlah
p-value N
N N
≤ 8 13
40,6 12
37,5 25
78,1 0,108
8 6
18,8 1
3,1 7
21,9 Jumlah
19 59,4
13 40,6
32 100
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Hubungan Masa Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia
Hubungan antara Masa kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.9 Hasil Uji Tabulasi Silang faktor masa kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan
Medan Polonia
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa Gejala Dermatitis Kontak
ditemukan pada pekerja dengan masa kerja ≤ 2 Tahun sebanyak 13 orang 40,6 sedangkan yang tidak mengalami Gejala Dermatitis
Kontak sebanyak 6 orang 18,8, sedangkan pada pekerja dengan masa kerja 2 Tahun mengalami Gejala Dermatitis sebanyak 6 orang 18,8 dan yang tidak
mengalami sebanyak 7 orang 21,9. Dilihat dari tabel 4.9 bahwa p= 0,208 0,05 yang berarti faktor masa kerja tidak berhubungan dengan Gejala Dermatitis
Kontak. Gejala Dermatitis Kontak
Masa Kerja Tahun
Ada Tidak Ada
Jumlah p-value
N N
N ≤ 2
13 40,6
6 18,8
19 59,4
0,208 2
6 18,8
7 21,9
13 40,6
Jumlah 19
59,4 13
40,6 32
100
Universitas Sumatera Utara
4.3.4 Hubungan Penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak pada
Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Hubungan antara penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.10 Hasil Uji Tabulasi Silang penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan
Medan Polonia
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa pada pekerja yang menggunakan APD ditemukan 2 orang 6,3 yang mengalami
Gejala Dermatitis Kontak dan yang tidak mengalami Gejala Dermatitis sebanyak 5 orang 15,6, sedangkan pada pekerja yang tidak menggunakan APD
ditemukan 17 orang 53,1 yang mengalami Gejala Dermatitis Kontak, dan yang tidak mengalami adalah sebanyak 8 orang 25. Berdasarkan tabel 4.10 bahwa
nilai p = 0,076 0,05 artinya tidak ada hubungan Penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak.
4.3.5 Hubungan Personal Hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di kecamatan Medan Polonia
Hubungan antara Personal hygiene Pekerja Pabrik Tahu dengan Gejala Dermatitis Kontak dapat dilihat pada tabel berikut :
Gejala Dermatitis Kontak Penggunaan
APD Ada
Tidak Ada Jumlah
p-value N
N N
Memakai APD 2
6,3 5
15,6 7
21,9 0,076
Tidak Memakai APD
17 53,1
8 25
25 78,1
Jumlah 19
59,4 13
40,6 32
100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Hasil Uji Tabulasi Silang Personal hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di kecamatan
Medan Polonia Gejala Dermatitis Kontak
Personal Hygiene
Ada Tidak Ada
Jumlah p-value
N N
N Baik
2 6,3
10 31,3
12 37,5
0,000 Buruk
17 53,1
3 9,4
20 21,9
Jumlah 19
59,4 13
40,6 32
100
Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas, dapat dilihat bahwa pekerja yang personal hygiene nya baik mengalami Gejala Dermatitis sebanyak 2 orang
6,3 dan yang tidak mengalami sebanyak 10 orang 31,3, sedangkan pekerja yang Personal hygiene nya buruk mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak
17 orang 53,1 sedangkan yang tidak mengalami sebanyak 3 orang 9,4. Berdasarkan tabel dapat dilihat nilai p = 0,000 0,05 artinya ada hubungan
personal hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak merupakan bentuk peradangan kulit dengan spongiosis atau edema interseluler pada epidermis karena interaksi dari bahan iritan maupun
alergen eksternal dengan kulit. Menurut Harrianto 2013 Dermatitis Kontak ialah reaksi peradangan yang terjadi pada kulit akibat terpajan dengan suatu substansi
dari luar tubuh baik dari substansi iritan maupun substansi alergen. Dermatitis kronis pada tangan terjadi sebagai akibat kontak berulang
dengan zat kimia, dermatitis kronis menyebabkan kulit pada tangan terasa gatal, Pomfoliks adalah suatu keadaan menahun dimana lepuhan-lepuhan yang terasa
gatal timbul di telapak tangan dan pinggiran jari-jari telapak tangan, lepuhan ini seringkali disertai kulit kemerahan dan bengkak Susanto dan Ari, 2013.
Hasil penelitian Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia adalah pekerja yang merasakan adanya Gejala
Dermatitis Kontak yaitu sebanyak 19 orang 59,4 dan tidak ada Gejala Dermatitis Kontak yaitu sebanyak 13 orang 40,6 dengan jumlah total pekerja
sebanyak 32 orang, Gejala Dermatitis Kontak yang dirasakan oleh pekerja yaitu berupa gatal, panas, kemerahan, bengkak, kulit kering dan pecah-pecah pada
daerah telapak tangan. Proses kerja di pabrik tahu sumedang dalam pembuatan tahu sumedang
sendiri menggunakan salah satu jenis bahan kimia yaitu berupa asam cuka, asam tersebut digunakan oleh para Pekerja Pabrik Tahuuntuk proses penggumpalan
kedelai menjadi bentuk tahu, penggunaan asam cuka di pabrik tahu sumedang ini
Universitas Sumatera Utara
tidak memiliki takaran yang jelas ataupun standar operasional prosedur, para Pekerja Pabrik Tahusendiri menggunakan asam cuka tergantung dari banyak nya
pesanan, setiap harinya pekerja terpapar oleh limbah cair pabrik tahu yang mengandung asam cuka sedangkan hampir semua pekerja tidak menggunakan
APD yang sesuai dengan proses kerja mereka sendiri, sehingga limbah cair dari pabrik ini kontak langsung pada kulit tangan yang tentunya akan menimbulkan
penyakit akibat kerja salah satu nya adalah Dermatitis Kontak. Kejadian Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu ini terdapat
pada telapak tangan, hal ini dikarenakan seluruh pekerjaan di pabrik tahu ini menggunakan tangan saja, tentunya gejala yang dirasakan oleh pekerja adalah
telapak tangan terasa gatal, panas, dan kulit menjadi kering dan pecah-pecah selepas melakukan pekerjaan, pada saat peneliti melakukan wawancara terhadap
seluruh pekerja menggunakan kuesioner, pekerja di pabrik tahu tidak ada yang hanya mengalami gejala gatal pada telapak tangan saja, ataupun hanya terasa
panas pada telapak tangan saja, minimal yang mereka rasakan adalah gatal, panas, dan kulit tangan kering dan pecah-pecah dan apabila gejala ini tidak langsung
diobati menggunakan salep maka gejala akan semakin parah ditandai dengan kulit tangan menjadi kemerahan dan bengkak pada kulit tangan.
Dari total seluruh pekerja di pabrik tahu, ada 19 orang 59,4 yang terkena Gejala Dermatitis ini, tentunya angka ini sudah dapat jelas
menggambarkan akibat buruk dari kontak langsung dengan limbah cair di pabrik tersebut, tentunya angka Gejala Dermatitis Kontak ini semakin diperburuk oleh
hanya 7 orang 21,9 saja yang menggunakan APD pada saat bekerja, alat
Universitas Sumatera Utara
pelindung diri yang digunakan Pekerja Pabrik Tahu berupa sarung tangan, sepatu boot.
Sebaiknya pemilik usaha segera melakukan tindakan berupa pengobatan terhadap pekerja yang mengalami gejala dermatitis kontak ini, pengobatan bisa
dilakukan di pelayanan kesehatan terdekat atau klinik kesehatan yang terdekat. Dan pemilik usaha sebaiknya segera melakukan tindakan pencegahan berupa
menyediakan APD ditempat kerja yaitu sarung tangan yang tahan air waterproof untuk menghindarkan kulit tangan pekerja kontak langsung dengan bahan kimia
atau limbah cair pabrik tahu, hal ini dilakukan dalam upaya pencegahan kehilangan hari kerja jam kerja yang dapat berakibat pada penurunan
produktivitas Pabrik Tahu untuk memenuhi permintaan konsumen di Kota Medan.
5.2 Proses Pembuatan Tahu
1 pilih kedelai yang bersih dan besar ukuran nya, kemudian cuci sampai
bersih 2
rendam kedelai dalam air bersih selama 8 jam, usahakan seluruh kedelai tenggelam. Dalam proses perendaman ini kedelai akan mengembang.
3 bersihkan kedelai kembali dengan cara dicuci berkali kali. Usahakan
kedelai ini sebersih mungkin untuk menghindari kedelai cepat masam. 4
hancurkan kedelai dengan cara ditumbuk dan secara perlahan tambahkan air sedikit-demi sedikit sehingga kedelai nya berbentuk bubur.
5 masak bubur kedelai dengan hati-hati pada suhu 70-80 derajat biasanya
ditandai dengan gelembung kecil yang muncul pada kedelai yang dimasak. Ingat untuk menjaga agar kedelai jangan sampai mengental.
Universitas Sumatera Utara
6 Saring bubuk kedelai tersebut bersama asam cuka, sambil diaduk secara
perlahan. Proses ini akan menghasilkan endapan tahu. 7
Endapan itu kemudian siap untuk di press dan di cetak sesuai ukuran yang diinginkan.
8 Taruh di dalam cetakan, kemudian taruh pemberat yang berfungsi untuk
menekan ampas supaya kandungan air nya benar-benar habis. 9
Keluarkan tahu dari cetakan, potong sesuai ukuran yang diinginkan.
5.3 Hubungan Usia dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja
Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
Dermatitis Kontak. Berdasarkan tabel hasil dapat diketahui bahwa jumlah pekerja yang mengalami Gejala Dermatitis Kontak yaitu sebanyak 19 orang dari total 32
orang pekerja. Hasil ukur dari usia adalah ≤ median dan median. Berdasarkan distribusi frekuensi didapatkan median usia yaitu 28 Tahun. Pekerja yang
mengalami Gejala Dermatitis Kontak pada usia ≤ 28 Tahun adalah sebanyak 12
orang pekerja dan pada kelompok usia 28 Tahun adalah sebanyak 7 orang. Hasil analisis bivariat menunjukkan p-value sebesar 0,169 yang berarti
bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat memperparah
terjadinya Dermatitis Kontak, pekerja tahu yang usia nya lebih tua beresiko karena mengalami dermatitis karena diduga kelompok ini memliki kondisi kulit
yang lebih rentan dan kering terhadap infeksi dibanding dengan pekerja tahu yang usia lebih muda. cohen 1999 mengatakan bahwa kulit manusia mengalami
Universitas Sumatera Utara
degenerasi seiring bertambahnya usia, sehingga menyebabkan penipisan pada lapisan lemak dibawah kulit akibat nya kulit menjadi kering dan mudah teriritasi,
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilaksanakan oleh Nuraga 2008.
5.4 Hubungan Lama Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada
Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Dalam penelitian ini, lama kerja dinyatakan dengan lamanya Pekerja
Pabrik Tahu bekerja dalam satu hari. Berdasarkan distribusi frekuensi didapatkan median lama kerja yaitu 8 jam kerja dalam sehari, lama kerja pekerja yang bekerja
di pabrik tahu sumedang tergantung berdasarkan pesanan dalam hari tersebut, semakin banyak pesanan akan tahu maka pekerja semakin lama bekerja dalam
sehari tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pekerja yang lama kerjanya ≤ 8 jam
mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 13 orang sedangkan pekerja yang bekerja 8 jam yang mengalami Gejala Dermatitis Kontak adalah sebanyak 6
orang. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value sebesar 0,108 yang
berarti lama kerja tidak berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak. Lama kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian Gejala
Dermatitis, semakin lama kontak dengan bahan kimia maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi. Rata-rata pekerja yang kontak dengan air pengolahan
tahu dibawah 8 jam ≤ 8 jam merupakan pekerja yang bekerja dibagian perendaman kedelai.
Pekerja dengan lama kerja ≤ 8 jam dapat mengindikasikan bahwa pekerja belum memiliki pengalaman yang cukup dengan pekerjaan nya
sedangkan pekerja dengan kategori lama kerja 8 jam sudah memiliki
Universitas Sumatera Utara
pengalaman yang cukup bagaimana prosedur kerja yang baik sehingga meminimalkan pekerja terkena Gejala Dermatitis Kontak. Penelitian ini sejalan
dengan yang dilakukan oleh Fatma Lestari 2007 bahwa lama kerja tidak berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak.
5.5 Hubungan Masa Kerja dengan Gejala Dermatitis Kontak pada
Pekerja Pabrik Tahu Sumedang di Kecamatan Medan Polonia Masa kerja dalam penelitian ini merupakan kurun waktu atau lamanya
pekerja bekerja sebagai Pekerja Pabrik Tahu sumedang, berdasarkan distribusi frekuensi didapatkan median masa kerja Pekerja Pabrik Tahu yaitu 2 Tahun. Hasil
penelitian di kategorikan menjadi ≤ 2 Tahun dan 2 Tahun masa kerja. Pada tabel hasil dapat diketahui bahwa pekerja
yang masa kerja ≤ 2 Tahun mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 13 orang dan untuk pekerja yang masa kerja 2
Tahun mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 6 orang pekerja. Berdasarkan nilai p-value 0,208 yang berarti masa kerja tidak berhubungan
dengan Gejala Dermatitis Kontak. Masa kerja juga dapat berpengaruh terhadapa Gejala Dermatitis Kontak,
hal ini berhubungan dengan pengalaman dalam bekerja, pekerja yang masa kerja ≤ 2 Tahun masih belum cukup berpengalaman dalam melakukan pekerjaan nya
sehingga masih rentan mengalami Gejala Dermatitis Kontak sedangkan pekerja dengan masa kerja 2 Tahun sudah memiliki cukup pengalaman dalam pekerjaan
nya. Peneliti berasumsi bahwa Pekerja Pabrik Tahu dengan masa kerja yang
lama telah memiliki resistensi terhadap bahan kimia yang terpapar ke kulit karena
Universitas Sumatera Utara
sering nya kontak dengan bahan kimia selama melakukan pekerjaan. Hal tersebut menjadikan pekerja menjadi tahan terhadap paparan bahan kimia sehingga pekerja
tidak mengalami Gejala Dermatitis Kontak, akan tetapi tidak semua pekerja mengalami resistensi. Menurut Fatma Lestari 2007 bahwa pekerja dengan masa
kerja 2 Tahun dapat di mungkinkan telah memiliki resistensi terhadap bahan kimia ang digunakan. Resistensi ini dikenal sebagai proses hardening yaitu
kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena pajanan bahan kimia yang terus menerus.
5.6 Hubungan penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis Kontak pada
Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia Penggunaan APD dikategorikan menjadi Memakai APD dan Tidak
memakai APD, berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, hampir semua pekerja tidak memakai APD hal ini mungkin dikarenakan pekerja yang kurang
peduli terhadap keselamatan dalam bekerja, dan ditambahkan kurang nya pengetahuan terhadap APD itu sendiri, berdasarkan fakta dilapangan pemilik
usaha mengatakan bahwa pekerja yang bekerja di pabrik tahu nya tidak perlu memakai APD karena tidak pernah terjadi kecelakaan kerja di pabrik nya dan
tidak ada efek langsung yang dirasakan pekerja apabila tidak memakai APD. Berdasarkan tabel hasil penelitian, bahwa pekerja yang memakai APD
mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 2 orang sedangkan pekerja yang tidak memakai APD mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 17 orang.
Hasil analisis bivariat nilai p-value 0,076 ini berarti bahwa penggunaan APD tidak berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan APD memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap Gejala Dermatitis Kontak karena APD adalah alat pelindung dari potensi-potensi bahaya
ditempat kerja salah satunya agar terhindar dari kontak langsung dengan limbah cair di pabrik tahu yang dapat menyebabkan Gejala Dermatitis Kontak, hal ini
sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Lestari dan Utomo 2007 bahwa jika pekerja atau tenaga kerja tidak memakai alat pelindung diri maka kulit
menjadi tidak terlindungi dan lebih mudah terpapar oleh bahan iritan maupun alergen.
5.7 Hubungan Personal Hygiene dengan Gejala Dermatitis Kontak pada
Pekerja Pabrik Tahu Sumedang di Kecamatan Medan Polonia
Berdasarkan hasil penelitian, hampir semua Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia memiliki Personal hygiene yang buruk, dari total 32
orang pekerja hanya 12 orang pekerja saja yang memiliki Personal hygiene yang baik, 20 orang pekerja lainnya lebih memilih langsung mandi setelah selesai
melakukan pekerjaan dibandingkan mencuci tangan menggunakan sabun. Pekerja yang Personal hygiene nya baik, mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 2
orang saja, sedangkan pekerja yang Personal Hygiene nya buruk, mengalami Gejala Dermatitis Kontak sebanyak 17 orang dari total 32 orang pekerja.
Berdasarkan hasil analisis bivariat yang dilakukan nilai p-value = 0,000 0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Personal Hygiene dengan
Gejala Dermatitis Kontak. Pekerja yang memiliki personal hygiene yang baik lebih sedikit mengalami Gejala Dermatitis Kontak dibandingkan dengan pekerja
yang memiliki personal hygiene yang buruk. Pengetahuan juga ikut berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
karena pekerja yang memiliki pengetahuan rendah terhadap personal hygiene akan beresiko mengalami Dermatitis Kontak.
Peneliti berasumsi bahwa penyebab banyak nya pekerja yang memiliki personal hygiene yang buruk dikarenakan tidak tersedia nya fasilitas tempat cuci
tangan dengan air bersih dan sabun, sehingga pekerja lebih memilih cuci tangan hanya membilas dengan air saja, apabila personal hygiene buruk maka bahan
kimia yang menempel dikulit akan semakin lama kontak dengan kulit akibatnya kulit menjadi lebih beresiko terkena Gejala Dermatitis seperti gatal, panas,
kemerahan, bengkak, kulit kering dan pecah-pecah. kebiasaan mencuci tangan yang tidak sesuai dengan prosedur akan menyebabkan kontak bahan kimia
terhadap kulit menjadi lebih lama sehingga dapat merugikan kulit cohen, 1999.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Medan Polonia, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat 19 orang pekerja Pabrik Tahu yang mengalami gejala dermatitis kontak.
2. Tidak ada hubungan yang bermakana antara faktor Usia, Lama Kerja, Masa Kerja, dan Penggunaan APD dengan Gejala Dermatitis pada Pekerja
Pabrik Tahu. 3. Ada hubungan yang bermakna antara faktor personal hygiene dengan
Gejala Dermatitis Kontak dengan nilai p- value = 0,000 0,05.
6.2 Saran
1. Bagi Pekerja
a. Para pekerja memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan dirinya selama bekerja dan menerapkan personal hygiene yang baik yaitu mencuci tangan
dengan air dan sabun, pakaian kerja diganti setiap hari. b. selama bekerja di pabrik tahu sebaiknya pekerja menghindari kontak
langsung dengan limbah cair pabrik tahu dengan menggunakan APD yaitu sarung tangan.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Pemilik Pabrik tahu
a. pemilik pabrik tahu sebaiknya menyediakan fasilitas tempat cuci tangan yang memadai bagi para pekerja di pabrik tahu.
b. pemilik pabrik tahu sebaiknya menyediakan juga APD bagi para pekerjanya agar terhindar dari kontak langsung dengan limbah cair
pabrik tahu sehingga pekerja terhindar dari penyakit kulit akibat kerja.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak merupakan bentuk peradangan pada kulit dengan spongiosis atau edema interselular pada epidermis karena interaksi dari bahan
iritan maupun alergen eksternal dengan kulit. Menurut Harrianto 2013 Dermatitis Kontak ialah reaksi peradangan yang terjadi pada kulit akibat terpajan
dengan suatu substansi dari luar tubuh, baik dari substansi iritan maupun substansi alergen. Menurut Michael Dermatitis Kontak merupakan suatu respon inflamasi
dari kulit terhadap antigen atau iritan yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa malu dan merupakan kelainan kulit yang paling sering pada pekerja
Michael, 2005. Menurut Hayakawa Dermatitis Kontak merupakan inflamasi non-alergi
pada kulit yang diakibatkan senyawa yang kontak dengan kulit tersebut Hayakawa, 2000 dan menurut Hudyono Dermatitis Kontak adalah kelainan kulit
yang disebabkan oleh bahan yang mengenai kulit, baik melalui mekanisme imunologik melalui reaksi alergi, maupun non-imunologik Dermatitis Kontak
iritan Hudyono, 2002. Dalam era Industrialisasi saat ini, terdapat kecenderungan untuk semakin banyak menggunakan bahan-bahan industri, yang
merupakan substansi alergen dan iritan, sehingga menyebabkan kenaikan prevalensi Dermatitis Kontak.
Universitas Sumatera Utara
Dermatitis Kontak adalah penyakit CD4
+
yang dapat terjadi akibat kontak dengan bahan tidak berbahaya, merupakan contoh reaksi DTH. Kontak dengan
bahan seperti formaldehid, nikel, asam, basa, terpenting dan berbagai bahan aktif dalam cat rambut yang menimbulkan Dermatitis Kontak
2.1.1 Gambaran Klinis Dermatitis Kontak
Penderita umumnya mengeluh gatal, kelainan bergantung pada keparahan dermatitis. Terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas.
Dermatitis Kontak iritan umumnya mempunyai ruam kulit yang lebih bersifat monomorf dan berbatas lebih tegas dibanding Dermatitis Kontak alergi.
1. Fase Akut
Pada Dermatitis Kontak iritan akut, satu kali kontak yang pendek dengan suatu bahan kimiawi kadang-kandang sudah cukup untuk
mencetuskan reaksi iritan. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh zat alkali atau asam ataupun oleh detergen. Jika lemah maka reaksi nya akan
menghilang secara spontan dalam waktu singkat luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang terutama terjadi ketika bekerja dengan zat-zat kimia yang
bersifat iritan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Pada Dermatitis Kontak alergi akut, kelainan kulit umumnya muncul
24-48 jam setelah melalui proses sensitasi, derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin
hanya berupa eritema kemerahan dan edema bengkak, sedangkan pada yang berat selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai pula vesikel
atau bula tonjolan berisi cairan yang bila pecah akan terjadi erosi dan
Universitas Sumatera Utara
eksudasi cairan. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas, dalam fase ini keluhan subyektif berupa gatal Djuanda, 2011
2. Fase Kronis
Pada Dermatitis Kontak iritan kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh kerjasama
berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan Dermatitis Kontak iritan, tetapi bila bergabung dengan
faktor lain baru mampu untuk menyebabkan Dermatitis Kontak iritan. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu-minggu atau bulan,
bahkan bisa berTahun kemudian, sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting.
Pada Dermatitis Kontak alergi kronik merupakan kelanjutan dari fase akut yang akan hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang.
Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi,
krusta serta eritema ringan, walau bahan yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan oleh karena umumnya
terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal Djuanda, 2007. Dermatitis kronis pada tangan terjadi sebagai akibat kontak
berulang dengan zat kimia, dermatitis kronis menyebabkan kulit pada tangan terasa gatal, Pomfoliks adalah suatu keadaan menahun dimana
lepuhan-lepuhan yang terasa gatal timbul di telapak tangan dan pinggiran
Universitas Sumatera Utara
jari-jari telapak tangan, lepuhan ini seringkali disertai kulit kemerahan dan bengkak Susanto dan Ari, 2013.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Dermatitis Kontak
Banyak hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan apa saja faktor Dermatitis Kontak. Dan semua pernyataan tersebut mengarah kepada dua kategori
faktor yang mempengaruhi Dermatitis Kontak yaitu direct causeinfluence dan inderect causeinfluence. Secara garis besar faktor tersebut antara lain adalah
Lestari dan Utomo, 2007 : a.
Direct cause penyebab langsung yaitu bahan kimia, mekanik, fisika, racun tanaman, dan biologi
b. Inderect cause penyebab tidak langsung yaitu faktor genetik alergi,
penyakit kulit yang telah ada sebelumnya, usia, lingkungan, personal hygiene, jenis kelamin, ras, ketebalan kulit, pigmentasi, lama kerja, alat
pelindung diri, dan musim. 1.
Masa kerja Masa kerja mempengaruhi kejadian Dermatitis Kontak akibat
kerja. Semakin lama seseorang bekerja, maka akan semakin sering terpajan dan kontak dengan bahan kimia penyebab dermatitis.
Suma‟mur 2009 menyatakan bahwa semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pekerja yang lebih lama terpajan dan berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit hingga bagian dalam dan
semakin beresiko untuk terjadinya dermatitis Fatma, 2007. Hubungan Dermatitis Kontak dengan masa kerja terlihat
dalam beberapa penelitian terdahulu, yaitu : a.
Trihapsoro 2008 telah melakukan penelitian pada pekerja industri batik di Surakarta, pekerja dengan masa kerja
≥1 Tahun lebih banyak menderita dermatitis daripada pekerja yang masa kerjanya 1.
b. Penelitian Erliana 2008 pada pekerja CV. F Loksumawe
didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian Dermatitis Kontak dengan P value
sebesar 0,018. Pada penelitian ini diketahui pekerja yang memiliki masa kerja ≥5 Tahun yaitu hanya 18,8.
c. Penelitian Suryani 2008 pada pekerja pencuci botol, didapatkan
hasil bahwa pada pekerja yang masa kerjanya ≤1 Tahun terdapat 12 orang yang mengalami dermatitis dan pekerja yang masak kerjanya
≥ 2 Tahun sebanyak 15 orang yang mengalami dermatitis. 2.
Personal Hygiene Kebersihan perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan,
kerapihan dan perawatan badan kita. Sangatlah penting untuk pekerja menjadi sehat dan selamat ditempat kerja. Kebersihan perorangan pekerja
dapat mencegah penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan pencegahan alergi kulit,
Universitas Sumatera Utara
kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia. Kebersihan perorangan yang dapat mencegah terjadinya Dermatitis Kontak antara lain :
a. Mencuci tangan
Personal hygiene dapat digambarkan melalui kebiasaan mencuci tangan, karena tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak
dengan bahan kimia. Kebiasaan mencuci tangan yang buruk justru dapat memperparah kondisi kulit yang rusak. Kebersihan pribadi merupakan
salah satu usaha pencegahan dari penyakit kulit tapi hal ini juga tergantung fasilitas kebersihan yang memadai, kualitas dari pembersih
tangan dan kesadaran dari pekerja untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada Cohen, 1999.
b. Mencuci pakaian Kebersihan pakaian kerja juga perlu diperhatikan. Sisa bahan kimia
yang menempel di baju dapat menginfeksi tubuh bila dilakukan pemakaian berulang kali. Baju kerja yang telah terkena bahan kimia akan
menjadi masalah baru bila dicuci di rumah. Karena apabila pencucian baju di campur dengan baju anggota keluarga lainnya maka keluarga
pekerja juga akan ikut terkena dermatitis. Sebaiknya baju pekerja dicuci setelah satu kali pakai atau minimal dicuci sebelum dipakai kembali.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Personal Hygiene dengan Dermatitis Kontak dapat dilihat dari beberapa penelitian terdahulu :
Penelitian Cahaya 2012 yang berjudul “Hubungan hygiene
perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan keluhan gangguan kulit” yang menyatakan bahwa kebersihan kulit sehari-
hari yang baik proporsi yang mengatakan ada keluhan gangguan kulit sebanyak 43 responden 57,3 dan yang tidak ada keluhan
19 responden 25,4. 3.
Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Penggunaan APD salah satu cara untuk mencegah terjadinya
Dermatitis Kontak, karena dengan menggunakan APD dapat terhindar dari cipratan bahan kimia dan menghindari kontak langsung dengan bahan
kimia, perusahaan wajib menyediakan APD sesuai dengan potensi bahaya yang ada.
4. Lama Kerja
Lama kerja mempengaruhi kejadian Dermatitis Kontak, karena semakin lama kontak dengan bahan kimia maka semakin akan merusak sel
kulit hingga kelapisan yang lebih dalam dan resiko terjadinya Dermatitis Kontak akan semakin tinggi Cohen,1999. Semakin lama bahan kimia
kontak dengan kulit maka penetrasi bahan kimia terhadap lapisan kulit akan
semakin luas
dan dalam
hingga menyebabkan
reaksi peradanganiritasi yang lebih berat.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Dermatitis Kontak Iritan DKI
DKI merupakan peradangan kulit akibat kontak langsung dengan bahan yang menyebabkan iritasi. Dermatitis jenis ini merupakan hasil reaksi non-
imunologis. Dermatitis yang disebabkan oleh substansi iritan yang kuat, seperti asam dan basa konsentrasi tinggi, dapat menyebabkan Dermatitis Kontak iritan
akut. Bahan iritan adalah bahan yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan pada kulit pada waktu tertentu dan
untuk jangka waktu tertentu.
Tabel 2.1 Iritan yang Sering Menimbulkan Dermatitis Kontak Iritan
Sumber : Keefner, K.P. 2004 dalam Agung S. 2008. Dermatitis Kontak Swamedikasi
No. Bahan Iritan
1. Asam kuat hidroklorida, hidroflorida, asam nitrat, asam sulfat