DKI Kronik Identitas Responden

2.2.3 Gejala Klinis 1. DKI Akut

Dermatitis iritan kuat terjadi setelah satu atau beberapa kali olesan bahan- bahan iritan kuat, sehingga terjadi kerusakan epidermis yang berakibat peradangan. Biasanya dermatitis iritan kuat terjadi karena kecelakaan kerja. Bahan bahan iritan ini dapat merusak kulit karena terkuras nya lapisan tanduk, denaturasi keratin, dan pembengkakan sel. Tipe reaksi nya tergantung pada bahan apa yang berkontak, konsentrasi bahan kontak, dan lamanya berkontak, reaksinya dapat berupa kulit menjadi merah atau cokelat. Terjadi edema dan rasa panas, atau ada papula, vesikula, pustula, kadang- kadang terbentuk bula yang parulen dengan kulit disekitarnya normal. Contoh bahan kontak untuk dermatitis kuat adalah asam dan basa keras yang sering digunakan dalam industri.

2. DKI Kronik

Dermatitis ini terjadi karena kulit berkontak dengan bahan-bahan iritan yang tidak terlalu kuat, seperti sabun, deterjen, dan larutan antiseptik. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi baru mampu bila bergabung dengan faktor lain. Kelainan baru nyata setelah kontak seminggu atau sebulan, bahkan bisa berTahun-Tahun kemudian, sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor penting Graham dan Brown, 2005. Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, dan skuama, lambat laun kulit tebal Hiperkeratosis dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus menerus akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris fisur, misalnya pada kulit tumit tukang cuci Universitas Sumatera Utara yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Keluhan pada penderita pada umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit retak. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita, setelah mengganggu baru mendapat perhatian.

2.2.4 Pengobatan DKI

1. Hindarkan sabun 2. Pakai sarung tangan kalau bekerja 3. Topikal : dapat diberikan Kortikosteroid. 4. Bila lesi akut kulit bengkak dan basah, dapat diberikan dengan kompres dengan liquor Burowi 1:20 tiap dua jam sekali. 5. Kemudian dapat diberikan Kortikosteroid topikal ataupun sistemik.

2.3 Dermatitis Kontak Alergik

Dermatitis Kontak alergik DKA dapat terjadi karena kulit terpajanberkontak dengan bahan-bahan yang bersifat sensitizer alergen, penyakit ini timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap suatu alergen eksternal. Tidak terhitung banyaknya zat kimia yang dapat bereaksi sebagai alergen, tetapi sangat jarang yang menimbulkan masalah, beberapa zat kimia merupakan alergen yang cukup kuat, yang dengan sekali paparan bisa menyebabkan terjadinya sensitisasi. Yang sering menyebabkan Dermatitis Kontak iritan adalah nikel, colophony, bahan-bahan aditif karet, cat rambut, dan obat-obat Universitas Sumatera Utara topikal baik sebagai bahan aktif utama maupun sebagai bahan dasar Graham dan Brown, 2005 Tabel 2.2 Alergen yang Sering menimbulkan Dermatitis Kontak Alergi Alergen Uji Patch Positif Sumber Antigen Benzokain 2 Penggunaan anastetik tipe-kain, baik pada penggunaan topikal maupun oral Garam Kromium 2,8 Plat elektronik kalium dikromat, semen, detergen, pewarna Lanolin 3,3 Lotion, pelembab, kosmetik, sabun Latex 7,3 Sarung tangan karet, vial, syringes Bacitracin 8,7 Pengobatan topikal maupun injeksi Kobal klorida 9 Semen, plat logam, pewarna cat Formaldehid 9,3 Germisida, plastik, pakaian, perekat Pewangi 11,7 Sinamat, geraniol Balsam peru 11,9 Pengobatan, salep antibiotik Neomisin sulfat 13,1 aminoglikosida Nikel sulfat 14,2 Perabot rumah tangga, koin spesies toxicodendron Tanaman Tidak ditentukan Sumber : Keefner, K.P. 2004 dalam Agung S. 2008. Dermatitis Kontak Swamedikasi Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Manifestasi klinik

Secara umum, tingkat keparahan Dermatitis Kontak alergi dapat dibagi menjadi tiga Agung S, 2008 : a. Dermatitis ringan dermatitis ringan secara karakteristik ditandai oleh adanya daerah gatal dan eritema yang terlokasi, kemudian diikuti terbentuknya vesikel dan bulla yang biasanya letaknya membentuk pola linier. Bengkak pada kelopak mata juga sering terjadi, namun tidak berhubungan dengan bengkak di daerah terpapar, melainkan akibat terkena tangan yang terkontaminasi urosiol. Secara klinis, pasien mengalami reaksi di daerah bawah tubuh dan lengan yang kurang terlindung. b. Dermatitis sedang selain rasa gatal, eritema, papul dan vesikel pada dermatitis ringan, gejala dan tanda dermatitis sedang juga meliputi bulla dan bengkak eritematous dari bagian tubuh. c. Dermatitis berat dermatitis berat ditandai dengan adanya respon yang meluas ke daerah tubuh dan edema pada ekstremitas dan wajah. Rasa gatal dan iritasi yang berlebihan, pembentukan vesikel, blister dan bulla juga dapat terjadi. Selain itu, aktivitas harian pasien dapat terganggu, sehingga kadangkala membutuhkan terapi yang segera, khususnya dermatitis yang telah mempengaruhi sebagian besar wajah, mata ataupun genital. Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi ialah eosinofilia, serima, Universitas Sumatera Utara multiform, sindrom pernapasan akut, gangguan ginjal, dishidrosis dan uretritis.

2.3.2 Diagnosis Dermatitis Kontak

Terdapat beberapa cara diagnosis Dermatitis Kontak, diantaranya adalah sebagai berikut :

A. Anamnesis

Menurut siregar 2009, hal-hal yang perlu ditanyakan dalam mendiagnosa penyakit kulit akibat kerja adalah sebagai berikut : 1. Apakah penderita sudah ada penyakit kulit sebelum bekerja di perusahaan yang sekarang 2. Jenis pekerjaan penderita 3. Pengaruh liburistirahat terhadap penyakitnya 4. Apakah ada karyawan lain menderita hal yang sama 5. Riwayat alergi penderita dan keluarganya 6. Prosedur produksi di tempat kerja dan bahan-bahan yang digunakan di tempat pekerjaan 7. Apakah kelainan terjadi di tempat-tempat yang terpajan 8. Bahan yang dipakai untuk membersihkan kulit dan alat proteksi yang dipakai 9. Lingkungan pekerjaan, tempat kerja terutama mengenai kebersihan dan temperatur 10. Kebiasaan atau hobi penderita yang mendorong timbulnya penyakit, dan lain-lain Universitas Sumatera Utara

B. Pemeriksaan klinis

Pertama-tama tentukan lokalisasi kelainan apakah sesuai dengan kontak bahan yang dicurigai, yang tersering ialah daerah yang terpajan, misalnya tangan, lengan, muka atau anggota gerak. Kemudian tentukan ruam kulit yang ada, kelainan kulit yang akut dapat terlihat berupa eritem, vesikel, edema, bula, dan eksudasi. Kelainan kulit yang kronis berupa hiperpigmentasi, lkenifikasi, kering dan skuamasi. Bila ada infeksi terlihat pustulasi.

C. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah, urin, tinja hendaknya dilakukan secara lengkap. Bila ada infeksi bakteri hendaknya pus atau nanah dibiak dan selanjutnya dilakukan tes resistensi. Bila ada jamur perlu diperikas kerokan kulit dengan KOH 10 dan selanjutnya dibiak dalam media Sabouraud agar. Pemeriksaan biopsi kulit kadang perlu dilakukan.

D. Uji tempel

Dermatitis Kontak sebagian besar berbentuk Dermatitis Kontak alergis 80 maka uji tempel perlu dikerjakan untuk memeriksa penyebab alergennya. Nahan tersangka dilarutkan dalam pelarut tertentu dengan konsentrasi tertentu. Sekarang sudah ada bahan tes tempel yang sudah standar dan disebut unit uji tempel; unit ini terdiri dari filter paper disc, yang dapat mengabsorbsi bahan yang akan diuji. Bahan yang akan diuji diteteskan di atas unit uji tempel, kemudian ditutup dengan bahan impermebel, selanjutnya ditutup lagi dengan plester yang hipoalergis. Universitas Sumatera Utara Pembacaan dilakukan setelah 48,72 dan 96 jam. Setelah penutup dibuka, ditunggu dahulu 15-30 menit untuk menghilangkan efek plester. Hasil yang didapat akan berupa : : bila tidak ada reaksi + : bila hanya eritema ++ : bila ada eritema dan papul +++ : bila ada eritema, papul dan vesikel ++++ : bila ada edema, vesikel

2.4 Faktor risiko yang berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak

pada Pekerja Pabrik Tahu 2.4.1 Faktor internal

1. Umur