11 Tabel 2.2 Sifat Fisika Etanol [24]
Sifat Fisika Etanol
Rumus Molekul Berat Molekul
Titik Didih Suhu Kritis
Warna C
2
H
5
OH 46,07
78,32
o
C 243,1
o
C Tidak Berwarna Jernih
2.4 PERMINTAAN KURKUMIN
Permintaan akan kurkumin selalu ada setiap tahunnya. Pada level global, penggunaannya sebagai pewarna alami pengganti pewarna sintetis serta
potensinya di bidang pengobatan meningkatkan permintaan ekstrak kurkumin dunia. Hal ini tercantum pada Laporan Lengkap Permintaan Kurkumin oleh Pasar
Global, yang dapat dipesan melalui Research and Market dengan harga USD 2.500. Namun ada juga data lain mengenai permintaan kurkumin, seperti dapat
dilihat pada data ekspor temulawak di India pada Tabel 2.3. Pada tabel tersebut terlihat kuantitas ekspor temulawak selalu berkisar pada 30.000 metrik ton,
dimana dari eskpor setiap tahunnya, sebagiannya adalah dalam bentuk ekstrak kurkumin sebagai produk turunan [25].
Tabel 2.3 Ekspor Temulawak dari India [25]
Temulawak Kuantitas metrik ton
Nilai Lakhs Nilai USD 1000
1998 28.875
8.306 19.776
1999 37.298
12.914 30.830
2000 37.776
12.352 28.553
2001 44.627
11.558 25.246
2002 35.000
8.463 17.786
2003 32.000
9.938 20.547
Di Indonesia, salah satu pemakaian kurkumin adalah sebagai pewarna alami makanan yang aman untuk dikonsumsi. Penggunaan kurkumin sebagai
bahan tambahan yang dapat dikonsumsi telah diijinkan oleh Departemen Kesehatan melalui Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 235MenkesPerVI75,
seperti tercantum dalam eBook Pangan tahun 2009 yang ditulis oleh Sutrisno Koswara. Penelitian yang dilakukan oleh BPOM maupuk YLKI menunjukkan
bahwa di pasaran telah beredar saus tomat yang tidak layak dikonsumsi. Di
12 dalamnya terkandung pewarna tekstil yang berefek negatif pada kesehatan seperti
methanil yellow dan Rhodamin B, juga natrium benzoate yang dapat menyebabkan iritasi lambung. Salah satu solusi dari masalah ini adalah senyawa
kurkuminoid berwarna kuning yang terdapat dalam kunyit dan temulawak [26]. Di Indonesia, tingkatkebutuhan pasar akan kunyit dari tahun ke tahun
semakin meningkat dengan persentasepeningkatan 10-25 per tahunnya, dan Indonesia pun mulai mengekspor kunyit pada tahun 1987 [12].
Sejak saat itu, kebutuhan industri terhadap kunyit cukup tinggi, yaitu sekitar 1,355 tontahun dalam
berat segar, yang menempati urutan ke empat terbesar untuk keperluan Industri Obat Tradisional di Jawa Tengah [9].
Sementara di dunia, kebutuhan kunyit hingga saat ini mencapai ratusan ribu tontahun [12].
Dari data-data di atas dapat terlihat bahwa permintaan akan kurkumin sebagai produk turunan dari kunyit dan temulawak selalu ada dan mulai
meningkat seiring banyaknya manfaat kurkumin yang ditemukan, sehingga produksi kurkumin perlu dilakukan.
2.5 ANALISIS EKONOMI