sehingga komponen jaring-jaring makanannya sebagian berasal dari luar dan lebih bervariasi dan c sungai memiliki tekanan oksigen yang lebih seragam dengan
sedikit atau bahkan tidak ada stratifikasi termal ataupun kimia Odum, 1996. Pada perairan sungai biasanya terjadi percampuran massa air secara
menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, serta
sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola aliran air. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang umum terjadi di sungai sehingga
kehidupan flora dan fauna pada sungai sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut Effendi, 2003.
Sungai merupakan perairan mengalir lotik yang dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1-1,0 mdetik, serta
sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, bentang alam topografi dan kemiringan, jenis batuan dasar dan curah hujan. Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin
besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat Mulyanto, 2007.
2.2 Ekologi Ikan
Ikan merupakan hewan vertebrata dan dimasukkan ke dalam filum Chordata yang hidup dan berkembang di dalam air dengan menggunakan insang. Ikan
mengambil oksigen dari lingkungan air di sekitarnya. Ikan juga mempunyai anggota tubuh berupa sirip untuk menjaga keseimbangan dalam air sehingga tidak
tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh angin Sumich, 1992.
Raharjo 2011, menyebutkan beberapa habitat ikan pada umumnya yaitu habitat air tawar dan air laut. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi 2, yaitu air
tergenang atau disebut habitat lentik dan habitat lotik. Habitat lentik berasal dari kata lenis yang berarti tenang, contohnya danau, kolam dan rawa. Habitat lotik
atau air mengalir, berasal dari kata lotus yang berarti tercuci, contohnya mata air, aliran air atau sungai.
Scheimer Zalewski 1992 mengatakan bahwa keheterogenan habitat dan kualitas air juga diperhitungkan sebagai penyebab keanekaragaman ikan di
Universitas Sumatera Utara
sungai. Secara ekologi diasumsikan bahwa keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan keseimbangan ekosistem yang lebih baik dan memiliki elastisitas
terhadap berbagai bencana, seperti penyakit, predator, dan lainnya. Sebaliknya keanekaragaman yang rendah jumlah spesies sedikit menunjukkan sistem yang
stress atau sistem yang sedang mengalami kerusakan, misalnya bencana alam, polusi, dan lain-lain.
2.3 Pengelompokan Ikan
Ikan merupakan vertebrata yang paling banyak jumlahnya yang menghabiskan seluruh hidupnya pada perairan. Sekarang ini ada sekitar 20.000 sampai 30.000
spesies yang telah diketahui, hampir setengah dari jumlah vertebrata. Kebanyakan ikan adalah ikan bertulang sejati terutama teleostei dan sisanya 50 spesies ikan
jawless dan 800 spesies ikan bertulang rawan Marshall Bone, 1982.
Menurut Eschmeyer 1998, ikan dikelompokkan dalam 6 kelas. yaitu: a.
Kelas Myxini memiliki ciri-ciri bentuk seperti ular, tidak mempunyai tulang belakang vertebra, tidak mempunyai rahang mata rudimenter. Tidak ada sirip
berpasangan dan tidak ada sirip dorsal. Bertulang rawan. Lubang hidung pada bagian kepala. Nostril di bagian depan kepala. Terdapat 5-15 kantung insang
pada setiap sisi. Sistem garis sisi mengalami degenerasi. Semua anggota kelas Myxini hidup di laut. sebagian besar di zona intertidal pada dasar berlumpur
lunak dan berpasir. b.
Kelas Cephalaspidomorphi memiliki ciri-ciri bentuk seperti ular. Vertebrae terdiri atas tulang rawan. Ikan ini tidak mempunyai rahang. Mata berkembang
baik. Nostril di bagian atas kepala, tidak ada lengkung insang sejatiuntuk menyokong dan melindungi insang, dan sebagai gantinya terdapat suatu
kantung yang terletak di luar insang, arteri insang dan saraf terletak di dalamnya, satu lubang hidung. Sirip berpasangan tidak ada. Sirip dorsal satu
atau dua. Usus bersilia. Telur kecil dengan kait. Salah satu spesies ikan anggota kelas ini adalah ikan lamprey Lampreta planeri, Petromyzon marinus.
c. Kelas Holocephali ikan ini umum disebur sebagai ratfish karena ekornya yang
ramping dan memanjang serta kepala yang meruncing memberikan gambaran seperti tikus. Rahang atas menyatu dengan kranium. Jumlah insang ada empat
Universitas Sumatera Utara
pasang dan celah insang satu pasang. Tanpa sisik pada ikan dewasa. Tidak punya spirakel dan tidak ada kloaka. Ikan yang jantan mempunyai alat
penyalur sperma disebut tenakulum, yang terletak di kepala bagian depan. d.
Kelas Elasmobranchii ikan ini mempunyai rahang. Jumlah insang dan celah insang berkisar antara 5-7 pasang, yang setiap pasangnya mempunyai sekat
pelat insang. Spirakel terletak di depan celah insang. Ikan mempunyai sirip yang berpasangan. Terdapat sepasang nostril dirhinous. Bersisik plakoid atau
tidak bersisik. Ikan jantan biasanya mempunyai alat penyalur sperma yang dinamakan klasper miksopterigium. Bentuk sirip ekor tidak simetris
heteroserkal. e.
Kelas Sarcopterygii, sebagian dari kelas ini sudah punah dan tinggal fosil. Salah satu anggota kelas ini adalah coelacanth yang berupa fosil dan
diperhitungkan hidup pada kurun waktu antara masa pertengahan Devonian 350 juta tahun yang lalu sampai akhir Cretaceous 66 juta tahun yang lalu.
f. Kelas Actinopterygii merupakan kelas yang dominan di bumi. Kelas ini
mempunyai ciri-ciri lengkung insang merupakan tulang sejati, yang terletak di bagian tengah insang, mengandung arteri dan saraf. Notokorda seperti
rangkaian manik, atau seperti manik-manik yang terpisah mempunyai rahang maksila dan premaksila rangka terdiri atas tulang sejati. mempunyai sirip
yang berpasangan sirip dada dan sirip perut mempunyai sepasang lubang hidung mempunyai sisik yang umumnya bertipe sikloid dan stenoid, tetapi ada
juga yang bersisik tipe ganoid dan beberapa kelompok tanpa sisik biasanya mempunyai gelembung gas tidak ada kloaka.
2.4 Karakteristik Ikan