6. Glossogobius circumspectus
Morfologi: panjang total: 9-11,5 cm; panjang standar: 7,9-9 cm; panjang kepala: 1,3-1,8 cm; tinggi badan: 1,2-1,8 cm; panjang ekor: 1,5-2 cm. Berukuran
kecil tetapi tebal dengan bentuk ekor menipis. Ujung sirip ekor berwarna kecoklatan. Letak mulut superior, sisik stenoid.
Gambar 9. Glossogobius circumspectus 7.
Parambassis apogonoides
Morfologi: panjang tota: 4,2-5 cm; panjang standar: 4,1-4,6 cm; panjang kepala: 0,5-0,8 cm; tinggi badan: 1-1,5 cm; panjang ekor: 0,5-1 cm. Memiliki
tubuh pendek dan pipih, tipe letak mulut superior, tipe sirip ekor seperti bulan sabit. Sirip perut dan sirip dubur menyatu, sirip penggung berjari-jari keras dan
bergerigi. Tubuh berwarna keperakan dan sedikit transparan.
Gambar 10. Parambassis apogonoides
4.1.1 Kepadatan, Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran Ikan
Nilai kepadatan , kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran ikan yang diperoleh di setiap stasiun di Sungai Silang dapat dilihat pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
iii Tabel 3. Nilai Kepadatan indm
2
, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran ikan pada Sungai Silang
No Species
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Stasiun 4
K KR
FK K
KR FK
K KR
FK K
KR FK
1 Mystacoleucus
padangensis -
- -
- -
- 0,009
32,14 12,5
0,039 35,13
35 2
Osteochillus
hasselti
0,015 42,85
20 0,005
45,45 12,5
- -
- -
- -
3 Puntius binottatus
- -
- -
- -
0,007 25
10 0,009
8,10 10
4 Rasbora sumatranus
0,009 25,71
12,5 0,003
27,27 5
0,005 17,85
7,5 0,007
6,30 10
5 Tor tambra
0,011 31,42
15 0,003
27,27 5
- -
- -
- -
6 Glossogobius
circumspectus -
- -
- -
- 0,007
25 10
0,015 13,51
12,5 7
Parambassis apogonoides
- -
- -
- -
- -
- 0,041
36,93 32,5
Total 0,035
99,98 0,011
99,99 0,028
99,99 0,111
99,97
25 Universitas Sumatera Utara
iii Pada stasiun 1 dan 2 ditemukan 3 species ikan. Osteochillus hasselti mempunyai
nilai kepadatan tertinggi dengan nilai 0,015 indm
2
. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan kerena stasiun 1 dan 2 merupakan daerah bebas aktivitas yang
memiliki kondisi lingkungan dengan parameter yang sesuai untuk ikan tersebut. Ikan Osteochillus hasselti hidup di lingkungan air tawar dengan kisaran
kandungan oksigen terlarut yang cukup yaitu 5-8 mgL, suhu 18-28 C dan pH
antara 6-8,6 Cholik et al., 2005. Pada stasiun 3 ditemukan 4 species ikan. Mystacoleucus padagensis
mempunyai nilai kepadatan tertinggi dengan nilai 0,009 indm
2
. Hal ini disebabkan kerena stasiun 3 memiliki kondisi lingkungan dengan parameter yang
sesuai untuk ikan tersebut. Ikan Mystacoleucus padagensis melakukan pemijahan dengan mengikuti aliran air di sungai yang bermuara di danau. Induk jantan dan
betina beruaya ke arah sungai dengan kecepatan arus berkisar antara 0,3-0,6 mdetik dan kedalaman antara 10-20 cm. Habitat pemijahan adalah perairan
sungai yang jernih, dengan suhu air relatif rendah, berkisar 24,0-26,0°C, dasar sungai yang berbatu kerikil dan atau pasir.
Pada stasiun 4 ditemukan 5 species ikan. Parambassis apogonoides mempunyai nilai kepadatan tertinggi dengan nilai 0,041 indm
2
. Hal ini disebabkan kerena stasiun 4 memiliki kondisi lingkungan dengan parameter fisik
kimia yang sesuai untuk ikan tersebut. Parambassis apogonoides hidup di perairan berpasir bercampur dengan lumpur dan kecepatan arus yang tenang.
4.1.2 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner dan Indeks Keseragaman Nilai indeks keanekaragaman H’ dan indeks keseragaman E ikan dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E.
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Stasiun 4
H’ 1,078
1,076 1,368
1,398 E
0,554 0,553
0,703 0,718
Pada Tabel 5 dapat dilihat nilai keanekaragaman di keempat stasiun berkisar antara 1,076-1,398. Nilai keanekaragaman tersebut menandakan bahwa
keanekaragamannya rendah. Menurut Krebs 1985, nilai indeks keanekaragaman H’ berkisar antara 0-2 menandakan keanekaragamannya rendah. Nilai
Universitas Sumatera Utara
keanekaragaman di setiap stasiun dipengaruhi oleh jumlah individu, jumlah spesies dan penyebaran individu dari masing-masing spesies. Rendahnya nilai
keanekaragaman di lokasi penelitian lebih disebabkan faktor jumlah individu dan jumlah spesies yang sedikit sedangkan penyebaran spesies relatif merata.
Menurut Barus 2004, suatu komunitas dapat dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan
jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Sebaliknya, apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang
tidak merata, maka komunitas tersebut akan mempunyai keanekaragaman yang rendah.
Indeks Keanekaragaman H’ tertinggi terdapat pada stasiun 4 disebabkan stasiun ini memiliki kondisi yang baik untuk keberadaan ikan, menurut Rifai et al.
1983 dalam Gultom 2010, keanekaragaman ikan pada habitatnya didukung oleh faktor biotik lingkungan dan faktor abiotik. Faktor yang mempengaruhi
keanekaragaman tersebut adalah karakteristik habitat perairan. Keanekaragaman dan kelimpahan ikan juga ditentukan oleh karakteristik habitat perairan
Ross 1997 dalam Yustina, 2001. Nilai Indeks Keseragaman E pada setiap stasiun yang ditunjukkan pada
tabel 5 berkisar antara 0,553-0,718. Nilai Indeks Keseragaman tersebut menunjukkan bahwa kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah
individu masing-masing spesies relatif sama. Menurut Odum 1993 nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Semakin kecil nilai E, menunjukkan penyebaran
kelimpahan jumlah individu tiap spesies tidak sama atau ada kecenderungan atau spesies mendominansi. Nilai E mendekati 1 artinya sebaran jumlah individu tiap
jenis cenderung merata. Menurut Odum 1996, bahwa individu ikan dalam komunitas menyebar
dalam 3 tiga pola dasar, yaitu penyebaran secara acak, merata atau seragam dan bergerombol atau berkelompok. Pola penyebaran biota atau jenis ikan atau
komunitas tergantung dari faktor fisik, kimia dan biologi. Pola tersebut tergantung juga dari jenis ekosistem dan jenis ikan sehingga masing-masing menunjukkan
karakteristik sendiri-sendiri. Menurut Fachrul 2007, menjelaskan bahwa indeks keseragaman menggambarkan ukuran jumlah individu antara spesies dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
komunitas ikan. Semakin merata penyebaran individu antara spesies maka keseimbangan ekosistem semakin meningkat
.
Menurut Ferianita 2008, bahwa komponen lingkungan, baik yang hidup biotik maupun yang mati abiotik akan mempengaruhi kelimpahan dan
keanekaragaman biota air yang ada pada suatu perairan. Perairan yang berkualitas baik biasanya memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dan sebaliknya pada
perairan yang buruk atau tercemar keanekaragaman jenis yang rendah.
4.1.3 Indeks Similaritas Ikan IS