Pola Hubungan Antara Elit si Pukka Huta Dengan Masyarakat Desa Sihopur

Setiap langkah yang di ambil oleh Pemerintahan Desa semua terlihat bersifat sentralistik dan elitis. Elit pemerintahan desa yakni BPD dan kepala desa cenderung lebih mendominasi dalam musyawarah desa karena status mereka sebagai si Pukka Huta. Begitu juga dalam pengambilan keputusan, tanpa menampung aspirasi dari masyarakat desa, keputusan diambil atas kesepakatan elit saja. Kemudian, musyawarah yang dilakukan di Desa Sihopur jarang sekali melibatkan masyarakat desa terlebih dalam pengambilan keputusan. Musyawarah dilakukan hanya antara pihak BPD dan pemerintah desa saja. Dalam hal ini peran mereka sebagai si Pukka Huta lebih menonjol daripada sebagai pemerintahan desa. Tidak jarang keputusan yang diambil hanya menguntungkan mereka saja tanpa adanya akuntabilitas dan transparansi. Proyek pembangunan desa dilakukan berdasarkan keputusan mereka saja tanpa menampung aspirasi dari masyarakat. Sehingga keputusan yang mereka ambil tidak rasional dan hanya menguntungkan diri mereka sendiri. 57 Dalam sebuah tatanan masyarakat pasti terdapat sekelompok kecil elit yang kemudian memiliki kekuasaan. Juga terdapat massa yang tergolong banyak dan tidak mampu atau tidak memiliki kekuasaan. Disitulah kemudian peran elit

C. Pola Hubungan Antara Elit si Pukka Huta Dengan Masyarakat Desa Sihopur

57 Wawancara dengan Abdul Azis Sipahutar Juli 2014 di Desa Sihopur. Universitas Sumatera Utara mempunyai peran yang sangat besar. Elit yang dimaksud adalah individu atau kelompok yang memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan politik. Kelompok elit sangatlah potensial sebagai agen perubahan terutama dalam menjembatani antara kemauan pemerintah dan kepentingan masyarakat, jumlah anggota kelompok elit biasanya tidak banyak, mereka adalah anggota masyarakat yang mempunyai jabatan formal dalam pemerintahan desa dan pengurus lembaga sosial pedesaan. Meskipun begitu ada beberapa anggota elit yang diisi oleh informal leaders. Di Desa Sihopur Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan elit dapat dikatakan sangat dominan dan mempunyai kekuasaan yang besar terhadap masyarakat karena elit yang terdapat di Desa Sihopur sendiri bersifat tradisional dan dikenal sebagai si Pukka Huta serta tokoh yang sekaligus menjabat sebagai aparatur pemerintahan desa. Mereka adalah keturunan langsung dari sesepuh ataupun orang-orang yang merintis dan membangun Desa Sihopur. Sehingga muncul anggapan bahwa merekalah orang-orang yang lebih tahu apa yang harus dilakukan dan keputusan seperti apa yang diambil terhadap desa Sihopur, termasuk dalam hal Pemerintahan Desa. Elit di Desa Sihopur adalah perangkat yang memiliki kekuasaan yang disebut sebagai si Pukka Huta. Kelompok elit dalam masyarakat berperan menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menarik keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan yang dipegangnya. Mereka ini berstatus elit formal maupun elit informal. Dalam konteks pedesaan, elit formal Universitas Sumatera Utara adalah para elit yang mempunyai kedudukan resmi dalam struktur pemerintahan desa, seperti kepala desa dan kepala BPD. Sedangkan elit informal adalah mereka yang mempunyai pengaruh yang diakui sebagai pemimpin oleh sebuah kelompok tertentu maupun oleh masyarakat desa seluruhnya meskipun tidak menduduki posisi resmi dalam pemerintahan desa. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Vilfredo Pareto bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas yang diperlukan dalam kehidupan sosial dan politik. Kelompok kecil itu disebut dengan elit, yang mampu menjangkau pusat kekuasaan. Elit adalah orang-orang berhasil yang mampu menduduk i jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat Para si Pukka Huta yang sekaligus aparat pemerintahan desa mempunyai kekuasaan dan wewenang yang besar untuk mengatur rakyatnya sekaligus patron bagi masyarakat desa khususnya. Agar si Pukka Huta mampu mempertahankan kekuasaan dan wewenangnya dalam pemerintahan desa, ia selalu mencari kekuatan legitimasi kedudukannya dengan cara mengaitkan dirinya dengan pemegang kekuasaan yang lebih tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peran si Pukka Huta demikian besar yaitu, pertama si Pukka Huta mempunyai wewenang yang betul-betul nyata yaitu mempunyai pengaruh kuat, baik dalam hal mobilisasi massa, mengotak-atik struktur aparatur desa, dan fungsi anggaran desa serta mengambil keputusan masih juga banyak ditentukan oleh si Pukka Huta yang juga sebagai aparat pemerintahan desa. Kedua lembaga yang dipimpin oleh si Pukka Huta yakni Legislatif Desa yaitu BPD dan Eksekutif Desa yaitu Universitas Sumatera Utara pemerintah desa yang dipimpin oleh kepala desa secara bersama-sama melegitimasi kebijakan dan keputusan yang diambil dalam menjalankan roda pemerintahan desa. Berdasarkan pengaturan kedua lembaga tersebut, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah terlihat upaya menyeimbangkan kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa antara kekuasaan Kepala Desa dengan BPD. Namun dalam implementasinya, akan memungkinkan terjadinya implikasi negatif dalam hubungan eksekutif dan legislatif di desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa masih ada. Terkait dengan pola hubungan tersebut, Marzuki Lubis mengemukakan adanya 3 tiga pola hubungan yaitu pertama, bentuk hubungan searah positif. Hal ini akan terjadi apabila baik eksekutif Kepala Desa dengan legislatif BPD memiliki visi yang sama dalam menjalankan pemerintahan dan bertujuan untuk kebaikan dan kemajuan daerah itu good governances yang secara prinsip memiliki ciri : transparan, demokratis, berkeadilan, bertanggungjawab, dan objektif. 58 58 Inu Kencana Syafiie. 2011. Etika Pemerintahan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. hal. 158 Kedua, bentuk hubungan searah negatif. Hal ini akan terjadi jika eksekutif dan legislatif berkolaborasi negatif Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dan secara bersama-sama menyembunyikan kolaborasi negatif kepada publik. Secara politis, hal tersebut bisa terjadi, tetapi secara hukum dan etika sangat bertentangan dengan prinsip Good Governance. Ketiga, bentuk hubungan konflik. Hal ini bisa terjadi apabila Universitas Sumatera Utara visi kedua lembaga tersebut bertentangan sehingga akan muncul tindakan yang tidak produktif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. 59 Walaupun banyak perangkat yang menutupi keberadaan disparitas yang ada di Desa tersebut. Tapi faktanya terdapat banyak ketimpangan terjadi di Desa Sihopur Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan. Dapat dikatakan pola hubungan elit yang ada di Desa Sihopur bersifat patron klien. Elit memanfaatkan kepercayaan yang di berikan oleh masyarakat, dan masyarakat tidak menyadari hal tersebut karena mayoritas masyarakat desa Sihopur sibuk bertani terlebih lagi aspirasi yang disampaikan kepada si Pukka Huta yang juga sebagai Pemerintahan Desa selama ini tidak ditampung. 60 Pembangunan yang dilakukan tidak menggunakan asas transparansi dan akuntabilitas. Pembangunan dilakukan hanya sebagai proyek asal-asalan, tanpa menghiraukan aspirasi dari masyarakat Desa Sihopur. Tetapi masyarakat sudah merasa bangga dan merasa bahwa para elit desa mereka setidaknya sudah melakukan pembangunan. Meskipun pembangunan dilakukan hanya Tapi masyarakat sudah merasa sangat beruntung karena mereka dapat timbal balik dari para elit pemerintah desa. Seperti telah diberikannya tanah untuk ditinggali tanah Parhutaon dan pembangunan yang mulai di lakukan di di Desa Sihopur. Walaupun faktanya telah membuktikan bahwa sesungguhnya pembangunan di Desa Sihopur timpang dan menunjukkan adanya disparitas. 59 Marzuki Lubis. 2011. Pergeseran Garis Peraturan Perundang-undangan tentang DPRD dan Kepala Daerah dalam Ketatanegaraan Indonesia. Bandung: CV. Bandar Maju.hal.175 60 Wawacara dengan Irsan Tagor Harahap pada tanggal Juli 2014 di Desa Sihopur. Dalam penjelasannya Irsan Tagor Harahap mengatakan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh pemerintahan Desa Sihopur baik dalam pengambilan keputusan jarang melibatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan status mereka sebagai si Pukka Huta. Universitas Sumatera Utara menguntungkan dari pihak si Pukka Huta sendiri, seperti pembangunan yang dilakukan disekitaran bangunan-bangunan rumah mereka si Pukka Huta sendiri. 61 61 Wawancara dengan Abdul Azis Sipahutar pada tanggal Agustus 2014. Dalam penjelasannya Abdul Azis Sipahutar mengatakan bahwa ia pernah mengusulkan kepada aparat pemerintahan desa supaya pembangunan jalan keliling dilakukan. Namun, usulan ini tidak dihiraukan oleh pemerintahan desa. Padahal masyarakat sudah sangat menginginkan pembangunan jalan tersebut dilakukan. Sehingga kepercayaan tersebut tidak disia-siakan oleh para elit Desa untuk melancarkan tujuan mereka. Kedua, pola hubungan si Pukka Huta dengan masyarakat yang terdapat di Desa Sihopur bersifat patron klien dimana hanya si Pukka Huta yang mampu mempengaruhi perangkat-perangkat di bawah kepemimpinannya dan juga masyarakat. Disamping pendidikan masyarakat desa Sihopur yang relatif rendah, masyarakat desa Sihopur tidak bisa berbuat banyak atau berpartisipasi lebih karena masih banyaknya tanah yang diberikan oleh si Pukka Huta kepada mereka untuk ditinggali. Kemudian, jika dikorelasikan dengan patron-klien kedudukan para si Pukka Huta berada di puncak dan memiliki kekuasaan tunggal dan hanya terjadi pertukaran antara kepala desa dengan perangkat desa dan tidak terjadi pada masyarakat desa. Implikasi distribusi kekuasaan terhadap alokasi ekonomi di Desa Sihopur Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan itu terlihat dari distribusian kekuasaan yang tidak merata itu ditandai dengan yang pertama domisili dari perangkat perangkat desa, namun itu sebenarnya tidak lah bisa di jadikan acuan utama dalam melihat implikasi yang ditimbulkan dari ketimpangan kekuasaan terhadap distribusi alokasi perekonomian di Desa Sihopur. Universitas Sumatera Utara Alokasi dana yang diperoleh desa dapat dikatakan kurang merata, seperti program-program dari kabupaten, provinsi, nasional yang telah masuk ke Desa Sihopur pendistribusiannya dalam hal pembangunan kurang merata. Seperti program pembangunan yang masuk di desa Sihopur. Ketidakmerataan distribusi kekuasaan dan alokasi perekonomian inilah yang menyebabkan adanya ketimpangan, tidak hanya ketimpangan dalam hal fisik saja terlebih pembangunan dan infrastruktur, ketimpangan juga terdapat dalam perekonomian dan kesejahteraan di masyarakat Desa Sihopur. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi adanya pemerataan distribusi kekuasaan yang tidak merata sehingga berpengaruh terhadap alokasi ekonomi dan pembangunan di Desa Sihopur.

D. Politik Pedesaan dan Kekuasaan Elit si Pukka Huta di Desa Sihopur