Sekilas tentang Film Ketika Cinta Bertasbih

16

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Sekilas tentang Film Ketika Cinta Bertasbih

Film Ketika Cinta Bertasbih atau lebih dikenal dengan KCB adalah film yang diangkat dari novel yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman. Film tersebut dirilis pada tahun 2008 yang diperankan oleh dua tokoh utamanya, yaitu Khalidi Asadil Alam dan Oki Setiana Dewi.Film yang menceritakan tentang seorang mahasiswa asal Indonesia yang belajar di Al-Azhar tersebut melakukan syuting di dua negara, yaitu Mesir dan Indonesia. Dikisahkan bahwa, Khairul Azzam Khalidi Asadil Alam adalah seorang mahasiswa yang belajar di universitas Al-azhar, Kairo Mesir.Ia adalah seorang mahasiswa msikin yang membiayai studinya sendiri dan menghidupi keluarganya dikampung dengan berjualan tahu dan tempe. Dalam perjalanannya selama berada di Kairo, ia banyak berkenalan dengan beberapa mahasiswa lain yang juga berasal dari Indonesia, salah satunya Furqan yang diperankan oleh Andi Arsyil Rahman. Furqan adalah aktor pendamping dalam film ini, berperan sebagai mahasiswa yang berasal dari keluarga kaya yang sedang menyelesaikan studi S2 di Universitas yang sama dengan Azzam. Ke dua sahabat ini terlibat cinta segi tiga dengan Ana Fakhrunnisa Oki Setiana Dewi seorang gadis yang cantik, cerdas, soleh dan juga putri dari seorang pimpinan pesantren di Indonesia. Furqan dan Ana saling kenal satu sama lain, karena kedekatan keluarga Furqan dengan Ayahnya yang sering mengunjungi pondok pesantren mereka sewaktu masih dikampung. Sedangkan perkenalan Ana dengan Azzam bermula saat Ana turun dari sebuah bus angkutan yang ditumpanginya ketika hendak berangkat menuju Al-Azhar, tanpa sadar ia lupa untuk mengambil buku yang ia diletakkan dikursi penumpang bus yang baru saja ia tumpangi. Azzam yang melihat Ana bersedih mencoba membantunya dengan menyewa taksi dan kemudian mengejar bus tersebut.Sesampainya mereka di tempat pemberhentian bus, Azzam kemudian Universitas Sumatera Utara 17 mengambil buku yang ditinggalkan Ana sewaktu menaiki bus dan menyerahkan buku tersebut kepadanya. Pertemuan mereka membuahkan rasa kagum Ana terhadap Azzam yang pada saat itu mengaku bernama Abdullah. Abdullah adalah nama depan dari Khairul Azzam dan nama tersebut tidak familiar diantara teman-temannya, sehingga Ana sukar untuk bertemu kembali dengan Azzam, bahkan ketika ia sudah bertanya ke mahasiswa-mahasiswa yang lain. Pertemuan mereka membuat Ana mengingatnya setiap hari hingga akhir kelulusan Ana di universitas Al-Azhar dengan nilai yang amat sempurna sebagai hadiah untuk orang tuanya dikampung.Sesampainya di tanah air, amat banyak pemuda yang datang melamarnya termasuk Furqan sahabat Azam yang juga lulusan S2 dari universitas Al-Alzahar.Singkat cerita Ana dan keluarganya menerima lamaran Furqan setelah meyanggupi persyaratan yang diajakukan oleh Ana sendiri. Disaat ke dua keluarga berbahagia atas lamaran tersebut, di Kairo Azzam melakukan sujud syukur rasa gembiranya atas kelulusannya setelah lama menempuh perkuliahan, dan kemudian ia siap-siap untuk kembali ke negaranya. Sesampainya di Indonesia Azzam langsung bertemu dengan ibu serta adik-adik perempuannya yang ia sekolahkan dari hasil penjualan tempe dan tahu selama di Mesir. Adik Azzam yang bernama Husna diperankan oleh Meyda Safira adalah penulis dan pemerhati psikologi yang sering bertemu dengan Ana pada setiap kesempatan ketika mereka mengisi acara-acara. Husna menceritakan bahwa ia juga mempunyai seorang kakak yang juga lulusan Al-Azhar bernama Azzam yang kemudian mengajak Ana untuk kerumahnya untuk sekedar berkenalan dengan kakaknya. Sesampainya dirumah Husna, Ana pun bertemu dengan Azzam. Betapa kagetnya, Azzam ternyata Abdullah yang menolongnya tempo hari. Ana sungguh tidak tahu bahwa saudara Husna tersebut, ternyata mempunyai nama lengkap Abdullah Khairul Azzam. Singkat cerita, Ana pun mengundang Khairul Azzam untuk menghadiri resepsi pernikahannya dengan Furqan sahabat karibnya. Azzam merasa sedih bercampur bahagia mendengar hal tersebut, karena sahabatnya akan menikah, akan tetapi yang mahu dinikahkannya adalah gadis yang ia harap akan Universitas Sumatera Utara 18 menjadi istrinya Azzam. Selang beberapa hari mereka pun menikah, akan tetapi pernikahan mereka tidak berlangsung lama, karena Furqan memutuskan untuk menceraikannya. Perceraian tersebut tidak diterima Ana tanpa ada alasan tertentu, kemudian Furqan pun menjelaskan bahwa akhir-akhir ini, ia merasa penyakitnya semakin parah, penyakit yang ia maksud adalah penyakit AIDS yang dideritanya sewaktu berada di Kairo. Selama ini ia telah meembunyikan penyakit tersebut dari Ana agar ia mahu menikah dengannya, akan tetapi ia menyadari kekeliruannya dan kemudian memutuskan untuk menceraikannya. Ke dua belah pihak keluarga pun menyetujuinya dan mereka resmi bercerai untuk menyelamatkan Ana agar tidak tertular penyakit yang diderita Furqan. Furqan menderita AIDS disaat ia dijebak oleh seorang pemeras yang menyamar sebagai seorang mahasiswi yang suka terhadap Furqan. Sewaktu Furqan sedang menulis tesisnya, wanita tersebut mendatangi hotelnya dan kemudian menjebak Furqan dengan tidur dengannya. Keesokan harinya ia terkejut melihat isi komputernya yang penuh dengan foto-foto mesra diatas ranjang serta sebuah tulisan yang bertuliskan jika Furqan tidak menyiapkan sejumlah uang, maka foto-foto tersebut akan disebarkan ke internet dan diketahui oleh seluruh mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia di Mesir, serta akan ada ancaman pemecatan dari universitas tempat ia menempuh pendidikan. Membaca pesan tersebut Furqan pun melaporkannya ke pihak kepolisian Kairo.Tidak lama berselang wanita tersebut tertangkap. Tersangka pemeras tersebut berasal dari Israel dan ia merupakan kelompok pemeras yang sering memeras korbannya serta pengidap penyakit AIDS. Menurut keterangan yang dikumpulkan oleh pihak kepolisian 80 dari korbannya akan tertular AIDS yang diidapnya. Oleh karena itu Furqan diharuskan untuk memeriksa darah untuk mengetahui apakah Furqan juga tertular penyakit tersebut.Setelah pemeriksaan dilakukan oleh pihak rumah sakit, ternyata Furqan positif terjangkit virus yang mematikan itu. Latar belakang mengapa Furqan bisa terkena penyakit AIDS tersebut, ia jelaskan secara gamblang kepada ke dua belah pihak keluarga sehingga perceraian tersebut memang harus dilakukan. Universitas Sumatera Utara 19 Khairul Azzam tidak mengetahui Ana dan Furqan sudah bercerai, yang ada di pikirannya saat itu adalah mencari seorang perempuan yang ridha terhadap akhlak dan agamanya begitu juga ia ridha terhadap akhlak dan agama gadis tersebut. Azzam kemudian pergi ke sebuah pesantren yang ada di Jombang, Jawa Timur tempat ia menuntut ilmu sebelum melanjutkan studinya ke Al-Azhar Kairo, Mesir. Pesantren tersebut di pimpin oleh seorang ulama yang juga ayahnya Ana, Azzam mengetahui bahwa wanita yang ia tolong sewaktu di Mesir bernama Ana tersebut adalah anaknya pimpinan pesantren tempat pemondokannya, tetapi setahunya Ana wanita yang ia kagumi tersebut telah menikah dengan sahabatnya sendiri Furqan tanpa mengetahui perceraian mereka. Azzam pun tiba di pesantren dan berjumpa langsung dengan pak kiai dan kemudian ia mengutarakan niatnya untuk menikah serta mempercayai jodohnya kepada gurunya tersebut. Ia mengatakan kepada gurunya siapa saja jodoh yang dipilih oleh gurunya akan diterima dengan ikhlas, karena ia percaya pilihan gurunya adalah pilihan yang tepat. Pembicaraan mereka tidak sengaja didengar oleh Ana dibalik dinding kamarnya, kemudian ia melihat bahwa yang datang adalah Abdullah yang menolongnya tempo hari. Kemudian pak kiai berkata kepada Azzam bahwa ada seorang gadis yang salih, bagus akhlaknya, akan tetapi ia baru bercerai setelah beberapa hari menikah. Mendengar hal itu, Azzam langsung menyetujuinya tanpa mengenal siapa gadis yang dimaksudkan itu. Azzam pun bertanya siapa gadis yang hendak ia nikahkan, lalu gurunya menjawab bahwa “ia bernama Ana Fakhrunnisa anak saya sendiri”. Mendengar hal tersebut Azzam terpana seakan tidak percaya bahwa ia akan dinikahkan dengan gadis yang ia harapkan selama ini, Ana yang dari tadi mencuri pembicaraan dibalik dinding langsung melakukan sujud syukur berkat jodoh yang ia harapkan lewat doa-doanya. Ijab kabul dilaksanakan pada hari itu juga dengan kebahagian kedua pasangan serta kelurga yang hadir. Khairul Azzam dan Ana resmi menjadi suami istri, sedangkan Furqan ditempat terpisah menerima sebuah surat pemberitahuan dari pihak rumah sakit Kairo bahwa ia tidak menderita AIDS dan hasil tes yang sebelumnya terjadi kesalahan. Furqan merasa terlahir kembali mendengar isi surat yang diterimanya, kemudian ia bergegas mendatangi tempat kediaman Ana dan menceritakan semuanya kepada orang tua Ana serta melamar Universitas Sumatera Utara 20 Ana kembali untuk menjadi istrinya. Ayah Ana mengatakan bahwa Ana sudah menikah dengan seorang laki-laki lulusan Al-Azhar, ia adalah Abdullah Khairul Azzam sahabat Furqan sendiri. Melihat Furqan yang bersedih setelah mendengar kabar tersebut, pak kiai menasehatinya bahwa perjodohan adalah takdir Tuhan dan Furqan, Ana serta Azzam telah menjalani sebuah skenario permainan takdir untuk menguji keimanan mereka.Azzam dan Ana selanjutnya hidup berbahagia dalam ikatan sebuah pernikahan yang Azzam ridha terhadap agama dan akhlaknya Ana, dan begitu juga Ana yang ridha terhadap agama dan akhlaknya Azzam.

3.2. Metode Penerjemahan Film KCB