Defenisi Penerjemahan TINJAUAN PUSTAKA

6 Dalam penelitiannya, ia menjelaskan bahwa terjemahan dalam skenario tidak sesuai dengan terjemahan Departemen Agama. Bahkan ia mengkatagorikannya menjadi penerjemahan yang tidak tepat. Terjemahan dalam skenario yaitu,Jika Allah menghendaki siapapun bisa menjadi jodohmu. Jangan sekali-kali melangkahi kehendaknya. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah disampaikan, bahwa penelitian tentang judul yang peneliti kaji pada saat ini tidak memiliki persamaan atau pun kemiripan dengan kajian-kajian ilmiah yang telah disampaikan atau pun dengan kajian lainnya yang terdapat di Program Studi Sastra Arab Universitas Sumatera Utara USU maupun yang ada dilembaga intitusi pendidikan lain.

2.2. Defenisi Penerjemahan

Penerjemahan adalah salah satu aktivitas yang dibuat oleh manusia untuk berkomunikasi antara suatu bahasa dengan bahasa lain dan antara suatu budaya dengan budaya lainnya A. Muhammad: 1950. Bidang semacam ini menuntut keahlian seorang penerjemah yang bersifat multidisipliner, yaitu kemampuan seorang penerjemah dalam penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran berikut dengan kebudayaannya secara sempurna dan memahami teori yang dipakai dalam suatu kegiatan terjemahan . Budaya suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain, maka bahasa suatu bangsa juga berbeda dengan bangsa yang lainnya. Terjemahan yang baik adalah terjemahan yang benar, jelas dan wajar.Penerjemah dituntut untuk menguasai pokok bahasan tentang pengetahuan bahasa sumber dan bahasa sasaran. Kegiatan penerjemahan tidak dapat dipisahkan dari masalah makna, karena makna merupakan pusat perhatian penerjemah. Metode, prosedur dan teknik dikerahkan sepenuhnya dalam proses kegiatan penerjemahan supaya penerjemah mengetahui pesan apa yang tersirat dalam bahasa sumber tersebut. Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah diambil dari bahasa Arab, ﺔہﺟﺮﺗ tarjamah. Namun bahasa Arab sendiri memungut istilah ini dari bahasa Armenia, yaitu turjuman Syihabuddin, 2000:6.Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman yang berarti Universitas Sumatera Utara 7 mengalihkan suatu tuturan bahasa kedalam suatu tuturan bahasa lainnya. Az- Zarqani dalam Syihabuddin, 2000:6 mengemukakan bahwa secara etimologi istilah terjemah memiliki empat makna : a. Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan itu. b. Menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama. c. Menafsirkan tuturan bahasa dengan bahasa yang berbeda. d. Mengalihkan atau memindahkan suatu bahasa kedalam bahasa lainnya. Adapun makna secara terminologis, penerjemahan didefenisikan sebagaiberikut : ﻩﺪﺻﺎﻘﻣﻮﻬﻴﻧﺎﻌﻣ ﻊﻴہﺠﺑ ءﺎﻓﻮﻟﺍ ﻊﻣ ﻱﺮﺧﺍ ﺔﻐﻟ ﻦﻣ ﺮﺧﺍ ﻡﻼﻜﺑ ﺔﻐﻟ ﻲﻓ ﻡﻼﻛ ﻲﻨﻌﻣ ﻦﻋ ﺮﻴﺒﻌﺘﻟﺍ al- ta’bīru‘an ma’nā kalamin f ĭ lughati bikalāmin ākharin min lughatin ukhrā ma’al al- wafā’i bijamī’i m’ānihi wamaqāsidihi. Maksudnya, mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu’. Penerjemahan sendiri terbagai menjadi dua macam, yaitu penerjemahan bahasa tulisan dan penerjemahan bahasa lisan.Penerjemahan bahasa tulisan adalah penerjemahan sebuah objek yang sifatnya tertulis seperti penerjemahan sebuah doukumen, buku dan nas-nas kitab suci. Sedangkan penerjemahan bahasa lisan adalah seperti menerjemahkan ucapan yang di ucapkan oleh seseorang atau pun menerjemahkan sebuah dialog tertentu yang diucapkandalam sebuah film dengan merekam dialog tersebut terlebih dahulu. Menurut Nida dan Taber 1969, penerjemahan adalah memberikan satu defenisi penerjemahan sebagai penyalinan pesan pada bahasa sumber Bsu ke dalam bahasa sasaranBsa dengan mencari persamaan bukan kesurupaan. Persamaan itu mesti sejadi, atau persamaan yang paling terdekat dengan mengutamakan makna dan tetap menjaga gaya bahasa asal atau stailnya. Sedangkan Newmark 1981 juga memberikan pengertian penerjemahan sebagai penggantian pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa. Pesan dalam bahasa sumber harus sama dengan pesan yang telah dipindahkan kedalam bahasa sasaran Universitas Sumatera Utara 8 untuk menggantikan pernyataan yang telah ada sebelumnya. Seterusnya Catford 1965, ia mendefinisikan bahwa penerjemahan adalah penggantian bahasa teks, bahasa sumber yang dituliskan ke dalam bahasa sasaran atau mencari persamaan- persamaan dalam bahasa sasaran. Lain halnya dengan Husnan Lubis 2008:09, ia mengatakan bahwa penerjemahanadalahmembungkus atau menyampaikan informasi yang terkandung dalam bahasa sumberdengan menggunakan bahasa sasaran. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penerjemahan adalah membuat suatu persamaan kata atau kalimat dari bahasa sumber Bsa ke dalam bahasa sasaran Bsu atau bahasa penerima, yaitu pesan yang disampaikan dalam bahasa sumber haruslah dicari persamaan katanya dan kemudian pesan tersebut dialihkan ke dalam bahasa sasaran dengan tidak berubah maksuddan tujuan dari pesan bahasa sumber tersebut. Dengan demikian, setiap pesan bahasa sumber yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dapat dimengerti oleh penerima pesan tersebut.Untuk itu diperlukannya penerjemahan yang bagus, yaitu penerjemahan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa, penerjemahan dialog bahasa Arab fuşhā dalam film KCB dapat dikatagorikan menjadi penerjemahan bahasa lisan. Dialog Arab fuşhā yang diterjemahkan oleh Habiburrahman ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa penerima sudah barang tentu memakai beberapa metode penerjemahan. Jika tidak, maka secara teori penerjemahan yang dihasilkan akan tidak layak digunakan, sehingga pesan yang terkandung dalam bahasa sumber tidak akan bisa terbaca oleh penerima bahasa sumber tersebut. Namun, metode penerjemahan yang ada pada dialog tersebut tidak terlihat adanya. 2.3.Metode Penerjemahan Penerjemahan tidakakan bisa dilakukan begitu saja tanpa adanya metode penerjemahan tertentu. Kita tidak bisa mengambil sebuah objek, selanjutnya menerjemahkan sesuka hati kita tanpa mengetahui tata cara penerjemahan yang benar dan wajar. Tata cara penerjemahan tersebut harus mengikuti prosedur penerjemahan yang baik. Prosedur itu berupa metode yang di terapkan dalam sebuah penerjemahan. Penerjemah harus menentukan metode apa yang dipakai Universitas Sumatera Utara 9 terlebih dahulu sebelummenerjemahkan dialog tersebut supaya terjemahan yang dihasilkan konkrit dan benar. Secara harfiah, metode berarti prosedur atau cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Seorang penerjemah haruslah memiliki metode penerjemahan yang jelas, yaitu melakukan penerjemahan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.Dengan kata lain, metode penerjemahan adalah cara tertentu yang dipilih atau dipercayai oleh penerjemah terhadap sebuah penugasan Molina Hurtado Albir,2002: 507. Jadi, metode adalah opsi global yang dapat mempengaruhi teks terjemahan secara keseluruhan.Metode yang dipilih penerjemah harus sinergi untuk menghasilkan terjemahan memadai bagi pembaca sasaran.Sebagai contoh, ketika akan menerjemahkan sebuah teks buku untuk anak-anak, penerjemah harus sudah merencanakan apakah akan menghilangkan istilah-istilah sulit yang mungkin akan menimbulkan kesulitan atau kesukaran bagi pembaca sasaran. Pemilihan suatu metode dan disertai dengan pertimbangan- pertimbangan yang matang dan bagus mengenai pembaca sasaran, jenis teks, keinginan serta maksud pengarang teks, dan tujuan penerjemahan teks yang direncanakan tersebut. Untuk menegetahui metode penerjemahan dialog, peneliti menggunakan teori Catford, House dan L. Forster.Catford, House dan L. Forster dalam Hanafi 1986:54 mengungkapkan adanya beberapa terjemahan yang sangat kompleks dan saling berhubungan. Terjemahan Catford, yaitu full, partial, total dan restricted. Sedangkan House, Overt dan covert translation. Dan selanjutnya L. Forster mengusulkan ada tiga macam metode penerjemahan, i the unit is individual, ii the unit is the sentence or phrase, iii dan the unit is the whole work. Namun, menurut Hanafi 1986: 54 bila kesemuanya itu ditarik kesimpulan baik apa yang diungkapkan oleh Catford, L. Forster maupun House, mereka semua mengakui adanya macam ragam metode penerjemahan yang dapat dibagi menjadi, penerjemahan kata demi kata, penerjemahan harfiah dan penerjemahan bebas. Universitas Sumatera Utara 10 1. Terjemahan Kata demi Kata Word of The Word Translation Terjemahan kata demi kata adalah terjemahan yang menerjemahkan kata demi kata dalam sebuah kalimat.Terjemahan ini sering sekali dimanfaatkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan nas-nas kitab suci seperti Al-Qur’an, Hadist maupun Alkitab. Penerjemahan kata demi kata dianggap sangat mudah dalam menerjemahkan sebuah teks, karena sesuai dengan namanya yaitu kata demi kata, yaitu penerjemahan langsung dari sebuah kata sumber ke dalam kata sasaran, akan tetapi tidak ada peniruan terhadap susunan tata bahasa sumber. Contoh I :the fogs comes on little cat feet, Artinya : kabut datang diatas kaki kucing kecil Contoh II : ﺭﺪﺑ ﺖﻧﺍ ﺲہﺷ ﺖﻧﺍ anta syamsun anta badrunengkau matahari, engkau bulan. Contoh III : ﺔﻴﺗﻻﺍ ﺔﻨﺴﻟﺍ ﻲﻓ f ĭ as-sanati al-ātiyatipada tahun yang datang Di balik manfaat yang didapat dari penerjemahan kata demi kata, namun ada pula kelemahan dari metode penerjemahan ini. Hanafi 1996:56 mengatakan bahwa metode ini dapat dimanfaatkan dalam beberapa pokok saja, diantaranya : a Bahasa aslinya tetap akan dapat perhatian lebih, karena ragam ini berfungsi mempertahankan kemurnian produk terjemahan sesuai naskah aslinya. b Cocok untuk hal tertentu saja, seperti naskah sakral dan tepat untuk naskah pendek demi menghemat waktu dan tenaga. Sedangkan kelemahan yang terdapat dalam metode ini, adalah : a Makna yang dilihat dari konteksnya sering tidak tepat, lebih menonjol per suku kata, terutama pada naskah yang cukup amat panjang dan kompleks. Terkadang agar produk terjemahan dimengerti, biasanya diberi catatan atau keterangan tambahan berupa catatan kaki. Jelas ini menunujukkan perbuatan yang memboroskan. Universitas Sumatera Utara 11 b Jika struktur kalimatnya sesuai dengan produk hasil terjemahan, maka terjemahan seperti ini juga bisa disebut terjemahan harfiah. Alhasil batas pembeda diantara keduanya nyaris tidak jelas karena adanya bagian-bagian yang timpang tindih. 2. Terjemahan Harfiah Literal Translation Terjemahan harfiah adalah terjemahan yang setia terhadap naskah aslinya. Metode ini menerjemahkan sebuah objek dengan cara memperhatikan peniruan terhadap susunan dan urutan dan tata bahasa sumber. objek terjemahan metode ini adalah kata. Metode ini dipraktikkan dengan terlebih dahulu seorang penerjemah harus memahami kata bahasa sumber, kemudian menggantinya dengan bahasa lain atau bahasa sasaran pada posisi dan tempat kata bahasa sumber tersebut tanpa mempertimbangkan konteks pemakaiannya. Hanafi 1986 :57 Contoh I : ءﺍﻮﻬﻟﺍ ﻦﻋ ﻖﻄﻨﺗﻻ lā tantiqu ‘ani al-hawā’i Jangan kamu bicara tentang angin. Contoh II : ﺓﺭﻮﻨہﻟﺍ ﺔﻨﻳﺪہﻟﺍ ﺭﻭﺰﻳ ﻮﻫ huwa yazuru al-madînatu al-munawwaratiDia mengunjungi kota yang bercahaya. Contoh III : ﻪﺘﺋﺍﺮﻘﺑ ﺎﻨﻴﻠﻋ ﻕﺯﺭﻭ warzuq ‘alainā biqirāatihiDan rizkikan ke atas kami dengan membacanya. Terjemahan yang mengikuti metode seperti ini hasilnya akan sangat tampak kaku dan sukar untuk dipahami karena penerjemah tidak mempertimbangkan konteks apa yang tersirat pada kalimat. Seperti pada contoh III, seolah pengucap memang melarang untuk berbicara tentang angin, padahal makna kontekstual yang terdapat pada kalimat tersebut dapat dipahami bahwa sipengucap mengatakan bahwa ‘jangan asal bicara’. Begitu pula pada contoh II, yang diterjemahkan menjadi kota yang bercahaya, padahal maksud kalimat tersebut adalah kota Madinah Al-munawwarah. Universitas Sumatera Utara 12 Hanafi 1986 :57 mengatakan bahwa ada dua manfaat yang dapat diambil dari metode ini, yaitu i baik segi bentuk maupun struktur kalimatnya lebih sesuai dengan aslinya. Dengan demikian, tugas penggarap naskah bukan semata sebagai penerjemah, bahkan sekaligus ia berlaku sebagai transformer. ii gaya penulisan penerjemah lebih sesuai dan tepat seperti aslinya, karena gaya itu merupakan refleksi kepribadian pengarang, berarti penerjemah telah menyentuh keinginan penulis aslinya. Kelemahan metode ini, menurut Syihabuddin 2000: 63 karena dua alasan. Pertama, tidak seluruh kosa kata Arab berpadanan dengan bahasa lain sehingga banyak dijumpai kosa kata asing. Kedua, struktur dan hubungan antara unit linguistik dalam suatu bahasa berbeda dengan bahasa lain. 3. Terjemahan Bebas Terjemahan bebas adalah terjemahan yang terikat oleh bentuk maupun struktur yang terdapat pada naskah berbahasa sumber.Seorang penerjemah boleh melakukan modifikasi kalimat dengan tujuan agar pesan bahasa sumber mudah dimengerti oleh pembaca pesan bahasa sasaran.Terjemahan bebas bukan berarti penerjemah bisa menerjemahkan sebuah teks menurut kehendak hatinya sehingga esensi terjemahan itu sendiri hilang. Umumnya penerjemahan semacam inilebih memberikan tekanan kepada bahasa sasaran walaupun ada terjadi penambahan, penghilangan dan perubahan pada bagian-bagian tertentu dalam teks terjemahan, namun itu dibenarkan dengan syarat hal yang demikian itu dilakukan supaya terciptanya sebuah terjemahan yang mudah dimengerti oleh pembaca bahasa sasaran Hanafi :1986: 59. Contoh I : ﻦﻴﻌہﺟﺍ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺓﺎﻴﺪﻟ ﺩﺎﺴﻔﻟﺍ ﻞﺻﺍ ﻦﻣ ﻢﻴﻈﻋ ﻝﺎہﻟﺍ ﻥﺍ ﻲﻓ f ĭ anna al-māla ‘azĭmun asli al-fasādi lihayati an-nāsi ajma’în Harta adalah sumber malapetaka. Contoh II : ءﺎﻘﺒﻟﺍ ﻊﻳﺮﺳ ﺖﻧﺍ anta sarî’ul buq ā’iKamu cengeng. Dalam terjemahan semacam ini banyak sekali terjadi penghilangan terjemahan teks sumber seperti pada kalimat yang terdapat pada contoh I. Pada contoh I terdapat enam kata yang tidak diterjemahkan dan satu kata yang diubah Universitas Sumatera Utara 13 maknanya.Begitu pula pada contoh II, makna harfiah pada contoh tersebut adalah kamu cepat menangis, namun diubah menjadi kamu cengeng. Perubahan yang terjadi pada contoh II tidak mengakibatkan perubahan pesan yang diberikan, melainkan merubah terjemahan dengan maksud yang sama, akan tetapi pesan yang terbaca bersifat singkat. Lain halnya dengan contoh III yang merubah kata blue biru menjadi ingusan. Konteks dialog contoh I memang mengacu pada terjemahan yang demikian adanya. namun akan tetapi inti dari pesan yang disampaikan oleh bahasa sumber dapat ditangkap dengan jelas, walaupun amat banyak terjadi perombakan dalam proses penerjemahan tersebut. Kelebihan metode penerjemahan bebas sebagaimana yang di ungkapkan oleh Hanafi: 1986: 59 yaitu, i Makna mendapat kedudukan yang amat penting. Sebab ia merupakan sasaran pokok dalam memahami maksud si penulis yang terkandung dalam naskah teks. Lewat ketepatan makna yang telah disampaikan, pembaca praktis mudah menerka maksud pembuat naskah sekalipun dipisahkan oleh latar belakang budaya, kurun waktu dan tempat yang berbeda, ii Kreativitas dalam mengungkapkan sesuatu pesan mendapat tempat yang semestinya. Ia bisa mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin. Dan ia lebih indah dalam mengungkapkan sesuatu isi dari apa yang ada pada naskah aslinya. Adapun kelemahan dari pada metode ini adalah i Produk terjemahan akan tak bernilai, jika terjemahan yang seperti itu dilakukan terlalu bebas, maka dapat mengakibatkan penyimpangan makna terlalu jauh, dan ii Gaya penulisan penulis asli akan terabaikan dan tersalin ke dalam gaya ciptaan penerjemah. Jika hal ini sampai terjadi, akan mengakibatkan produk terjemahan terangkai lebih baik atau sebaliknya sesuai dengan kemampuannya.

2.4. Konsistensi Penerjemahan