Pemasaran Langsung Melalui Media

55

BAB III STRATEGI DPW PARTAI NASDEM SUMUT

3.1. Pemasaran Langsung Melalui Media

Peran media massa adalah menyampaikan informasi kepada publik berdasarkan peristiwa dan pendapat dalam masyarakat. Media massa menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi wacana yang memiliki kekuatan mengkampanyekan berbagai fenomena, termasuk kampanye politik. Media bukanlah ruang hampa sehingga untuk mengharapkan kerja jurnalisme dalam praktiknya sesuai dengan elemen jurnalisme pada kenyataannya menghadapi kompleksitas tertentu. Pada satu sisi media membentuk realitas politik, tetapi bersamaan dengan itu disisi lain, realitas politiklah yang mem- pengaruhi media. 68 Oleh karena itu, ada beberapa langkah yang ha-rus ditempuh oleh Nasdem agar tetap survive dalam kancah politik nasional, apalagi partai ini adalah par-tai politik yang terbilang baru, diantaranya adalah Pertama, sejauh mana partai baru terutama Nasdem melakukan konsolidasi internal untuk antisipasi potensi hengkang atau keluarnya pengurus dan kader. Menjelang 2014 ini mau tidak mau bertarung dalam konstelasi politik. Hal ini tergantung kemampuan Nasdem melakukan konsolidasi internal dalam partai. Kemampuan elite Nasdem untuk menyatukan kelompok dan kepentingan diinternal Nasdem menjadi ujian terdekat, sukses atau tidak. 68 Lely Arriannie, Komunikasi politik : Politisi dan Pencitraan di Panggung Politik, 2010, Bandung : Widya Padjadjaran, hal.23. Universitas Sumatera Utara 56 Kedua, ini konsolidasi organisasi atau institusi dalam rangka menjadikan partai modern dan demokra-tis. Jadi jangan ada ketergantungan pada sosok figur dan sejauh mana menerapkan prinsip merit sistem direkrutmen. Ketiga, sejauh mana melakukan konsolidasi ideologi dalam transformasi gagasan “restorasi Indonesia ” jadi gagasan partai. Karena belum punya basis massa, maka harus diintensifkan konsolidasi ideologinya agar platform mutlak diterima oleh ma- syarakat. Keempat, konsolidasi elektroral, dimana kemampuan Nasdem harus melakukan konsolidasi elektoral dipemilu untuk memenuhi parliamentary threshold PT di pemilu 2014. 69 Namun yang perlu diingat bahwa banyak politisi, caleg atau ketua partai politik yang mengejar popularitas lewat iklan politik, namun realitas di lapangan menunjukkan sebaliknya. Mereka yang kasat-mata popular dihadapan publik calon pemilih, tapi kenyataannya menunjukkan bahwa aspek elektabilitas mereka rendah. Dengan demikian, meskipun pop-ularitas caleg yang didongkrak lewat guyuran iklan politik, tapi faktanya tidak dengan serta merta dipilih rakyat. Caleg atau calon pemimpin bangsa tidak cukup bermodalkan popularitas. Mereka harus memiliki pengalaman lapangan yang sudah teruji ruang dan waktu. Rakyat pun perlu diyakinkan dengan pengabdian tulus lewat sebuah karya nyata yang konkret. Secara empiris pemilih Indonesia cenderung se-makin rasional. Ini ditandai oleh semakin sedikitnya warga yang merasa bahwa ikut pemilu merupakan kewajiban seorang warga Negara yang baik civic duty. Kalaupun sekarang mayoritas pemilih masih ikut memilih dalam pemilu ataupun pilpres, 69 Willy Aditya.,Op.,Cit.,hal.89. Universitas Sumatera Utara 57 kecenderungannya menurun dan penurunan ini terjadi terutama dikalangan pemilih lebih muda, tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih baik dan terekspos pada media massa. Peran media dalam kampanye pemilu sangatlah penting. Hampir tidak ada satupun partai politik yang tidak menggunakan media dalam sosialisasi dan kampanye partai. 70 Pada beberapa partai politik, biaya dan anggaran terbesarnya banyak dialokasikan untuk belanja iklan dimedia. Karena media dianggap sebagai sarana yang efektif dan massif dalam menginformasikan dan memperkenalkan suatu partai berikut program-programnya. Selain visi misi partai, tentunya sosok personal caleg-caleg dari masing-masing partai banyak bermunculan dan menghiasai wajah media massa baik elektronik maupun cetak. Media bisa mengonstruksi cara pandang khalayak terkait peristiwa-peristiwa seputar pemilu. Dalam melakukan peran tersebut, media bisa berada pada posisi membela kemapanan, mempertahankan rezim atau menumbuhkan perubahan melalui pemikiran-pemikiran kritis. Disamping itu, media massa dalam mempengaruhi khalayak juga tidak diragukan lagi, bahkan pada masa-masa awal perkembangan teori komunikasi massa, pengaruh media massa sangat kuat dan dominan sampai akhirnya muncul teori baru yang mematahkan asumsi bahwa khalayak tak berdaya seperti teori peluru. Dalam konteks pemilu 2014, media massa tetap mempunyai peran penting dalam sosialisasi program partai dan pengenalan para caleg dari partai politik. Sementara, penguasaan atas arus informasi publik kerap terbukti menjadi alat 70 Meriam Budiardjo.,Op.,Cit.,hal.109. Universitas Sumatera Utara 58 yang ampuh untuk membentuk opini dalam masyarakat yang pada gilirannya memberikan daya dorong politik. Akibatnya, penguasaan atas informasi media kerap ditempatkan sebagai alat tawar politik untuk menang dalam pertarungan politik. Peran media massa seperti ini diakui oleh Nasdem, karenanya Nasdem tetap menggunakan media massa dalam strategi komunikasi politik partai. Media yang idealnya merupakan perpanjangan demokrasi akhirnya menjadi ancaman bagi demokrasi. Sementara, tanggung jawab media yang sejatinya berfungsi sebagai ekspresi keberagaman pendapat beralih rupa menjadi ekspresi keberagaman. Dalam situasi demikian media sudah tidak dapat lagi sebagai saluran yang pasif, netral dan sekadar menjadi kumpulan medium yang melaporkan informasi. Akan tetapi, media massa telah menjadi arena sosial atau panggung publik yaitu suatu arena dimana berbagai kelompok berusaha menampilkan definisi situasi serta definisi realitas sosial menurut versi mereka sendiri. Dengan karakter yang dimilikinya, media menjadi kekuatan yang bisa menyatukan dan menggiring opini masyarakat kepada salah satu partai politik peserta pemilu dengan memberikan arah ke mana mereka harus berpihak dan prioritas-prioritas apa yang harus dilakukan. Dengan kemampuannya, media dapat memberi semangat, menggerakkan perubahan dan memobilisasi masyarakat untuk memilih pada pemilihan umum pemilu. Kemampuan media untuk membentuk opini publik membuat media memiliki kekuasaan politik. Media memiliki kekuasaan untuk membawa pesan politik dan membentuk opini publik. Kemampuan ini dijadikan sebagai sumber bagi media untuk proses tawar menawar dalam institusi politik. Arti penting Universitas Sumatera Utara 59 media massa dalam menyampaikan pesan politik kepada masyarakat menempatkannya sebagai sesuatu yang penting dalam interaksi politik. Partai politik membutuhkan media yang memfasilitasi komunikasi politik dengan kemampuannya untuk menebarkan informasi secara luas. Apalagi tujuan utamanya dari komunikasi pesan, program kerja partai, pencitraan, membentuk opini publik, semakin besar massa yang bisa disentuh oleh media massa semakin strategis media massa tersebut. 71 Partai politik jelas sangat membutuhkan media massa, melalui merekalah pesan politik akan disalurkan secara implisit, hal ini menganjurkan bahwa partai politik sebaiknya membangun hubungan panjang dengan media massa karena antara keduanya memiliki saling ketergantungan dan menguntungkan. Media massa membutuhkan informasi dan sumber-sumber dana sementara partai politik membutuhkan media yang membantu mereka dalam menyampaikan pesan politik. 72 Partai Nasdem sangat menyadari betul bagaimana media menjadi salah satu faktor pendukung utama. Dimana Ketua Umumnya Surya Paloh merupakan Ketua Umum Partai Nasdem juga pemilik Media bernama Medua Grup. Media Group adalah kelompok usaha media yang didirikan oleh Surya Paloh. Kelompok usaha ini memiliki harian Media Indonesia, Lampung Post, Borneonews, tabloid Prioritas dan stasiun televisi MetroTV. Dalam hal ini media yang paling intens mengkampanyekan Partai Nasdem adalah Metro Tv. Dimana Metro Tv dalam hal ini telah melakukan pembentukan pendapat umum dalam menggiring opini, salah satunya saluran yang paling ampuh dalam 71 Hafied Cangara.,Op.Cit.,hal.67. 72 Firmanzah., Op.,Cit.,hal.32-33. Universitas Sumatera Utara 60 membentuk opini publik lewat komunikasi politik adalah media massa atau lebih khususnya adalah televisi. Karena dengan opini publik sebenarnya mempunyai kekuatan dalam mengubah sistem politik yang ada yaitu dengan upaya membangunkan sikap dan tindakan khalayak mengenai sebuah masalah politik dan atau actor politik. Dalam kerangka ini media menyampaikan pembicaraan- pembicaraan politik kepada khalayak. Bentuk pembicaraan politik tersebut dalam media antara lain berupa teks atau berita politik yang lagi-lagi di dalamnya terdapat pilihan simbol politik dan fakta politik. Hal ini di perkuat oleh wawancara dengan Bapak Iskandar S.T yang menyebutkan : Peran media dalam pencapaian Nasional Demokrat di Pemilu 2014 yang lalu sangat penting. Iklan-iklan politik yang dilakukan Melalui Brosur dan terutama Metro Tv menempatkan citra Partai sebagai sebagai prioritas penting dalam mencari dukungan dan simpati publik. Hal ini juga dipicu oleh peran media yang telah sedemikian maju disbandingkan pada pemilu-pemilu sebelumnya. Metro Tv sangat berperan dalam kampanye Partai Nasional Demokrat. Hal itu yang membuat Partai Nasdem mampu bersaing dengan partai-partai besar. Hal itu pada gilirannya membuat kegiatan komunikasi politik yang tidak hanya dibatasi pada saat kampanye saja, tetapi juga sepanjang waktu, seperti layaknya para produsen barang dan jasa memasarkan produknya. Pemasarannya kemudian dimanfaatkan DPW Sumut untuk lebih aktif dalam setiap kampanye. 73 Metro TV kemudian mampu menembus seluruh lapisan masyarakat. Jika suatu masyarakat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil media mana yang selalu dipergunakannya secara tidak langsung serapan pengaruh melingkupi pikirannya. Belum lagi ketika Metro TV mengemasnya menjadi sajian pemberitaan yang seolah-olah fakta secara real dan menggiring opini publik. 73 Wawancara dengan Sekretaris DPW Partai Nasional Demokrat Sumatera Utara di Kantor DPW Nasdem Sumut jalan Mangonsidi tanggal 7 Januari 2016, Pukul.10.00 wib. Universitas Sumatera Utara 61 diperkuat dengan pemikirannya yang belum berkembang atau masih cenderung irrasional. Inilah fenomena pesta demokrasi tahun 2014 sekaligus menjadi tahunnya media massa sebagai Sebuah Dinamika dan bagaiamana menyikapi pemberitaan dalam media massa mengenai pilpres, Metro Tv dalam hal ini sangat sukses dalam memberi kemasan dalam penanyangan Iklan dan Berita. Hal ini diperkuat oleh wawancara dengan Ibu Tetty Juliaty, SE, M.Si yang mengatakan : Metro Tv memiliki cara yang efektif dalam melakukan pencitraan selain dengan kerjasama dan kreatifitas, adalah juga dengan mengatur dan melakukan pemberitaan di Metro Tv yang menjadi Salah satu yang kini menjadi sorotan dan diperkirakan akan menjadi masalah dalam demokrasi di Indonesia, adalah masalah penguasaan kepemilikan beberapa stasiun televisi nasional oleh elite partai politik. 74 Televisi masih dianggap sebagai media massa yang paling efektif dalam menyampaikan pesan, tidak terkecuali pesan politik yang selalu disampaikan oleh partai politik. Akan tetapi masalah kepemilikan beberapa stasiun televisi oleh unsur pimpinan partai politik yang akan bertanding dipemilihan Umum yang lalu. Pengaruh Metro Tv sangatlah besar yang mana saat ini memiliki peranannya sebagai organisasi yang mewadahi kepentingan rakyat. Sebagai media yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, maka televisi punya pengaruh paling besar dalam memberikan informasi kepada khalayak atau masyarakatnya. Selain itu, sebagai Metro Tv punya kekuatan dalam menyampaikan pesannya kepada khalayak. 74 Wawancara dengan Wakil Internal Sekretaris DPW Partai Nasional Demokrat Sumatera Utara di Kediamannya tanggal 10 Januari 2016, Pukul. 09.00 wib. Universitas Sumatera Utara 62 Kondisi yang sama juga terjadi dikalangan partai politik dan calon PresidenWakil merasa perlu memperbaiki citranya untuk meningkatkan daya jual partai politik tersebut dikalangan masyarakat. Apalagi pemilu 2014, semua parpol tentu berupaya untuk meraih pemilih sebanyak mungkin. Upaya tersebut tentu juga harus didukung pencitraan partai politik tersebut dibenak masyarakat. Namun cara lain yang terbilang lebih superior adalah penguasaan media sendiri oleh politisi atau partai politik tertentu. Kondisi ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam kancah perpolitikan di Indonesia, namun akan lebih terlihat dengan dimilikinya beberapa stasiun televisi nasional oleh beberapa konglomerat yang juga adalah tokoh politik atau ketua umum partai politik tertentu. Dengan penguasaan media yang seperti itu, maka dijamin aktifitas yang dilakukan partai politik akan cukup terekspose distasiun televisi yang dikuasainya. 75 Hal ini dibuktikan dengan hasil survei dari Lembaga Survei Indonesia LSI yang dilaksanakan pada 25 Pebruari-5 Maret 2012 menunjukkan perkembangan politik pemilu 2014. Persepsi publik tetap mendudukan Partai Golkar pada posisi teratas dengan 17,7 suara, PDIP dengan 13,6, dan Partai Demokrat 13,4. Partai NasDem sebagai partai baru mampu bertengger diurutan keempat dengan 5,9 suara. Sementara partai-partai menengah seperti PKB mampu meraih simpati publik, 5,3 dan PPP 5,3. Survei tersebut memiliki margin of error 2. Survei tersebut berlanjut pada 13 Maret 2013, Peran Metro Tv berpengaruh pada kategori pemilih berpendidikan tinggi. Pada kategori ini Partai Demokrat menempati posisi pertama dengan 18,1 suara, disusul PDIP 15,5, Partai Golkar 14,8 dan Partai NasDem 13,5. 76 75 Willy Aditya,.,Op.,cit.,Hal.111. 76 Partai Nasdem Posisi 4 http:forum.kompas.comthreads70766-LSI-Mengejutkan-Partai- NasDem-di-Posisi-4 diunduh pada tanggal 1 februari pukul 23.00 wib Universitas Sumatera Utara 63 Survei inilah yang memotivasi DPW partai Nasdem agar tetap maksimal dalam menggunakan Media dalam kampanye. Pada pemilu 2014 berdasarkan hitungan Komisi Pemilihan Umum Jumlah suara Partai Nasional di Dapil 1 Sumatera Utara sebesar 103.289 suara. 77 Kita melihat di Pemilihan Umum 2014 yang lalu bagaimana DPW Partai Nasdem banyak melakukan iklan sebagai bentuk pencitraan tersebut bermacam- macam, bisa melalui iklan dan diskusi sehingga memberikan gambaran kepada masyarakat. Terkait tentang bentuk pencitraan politik melalui Metro Tv. Kita melihat pemberitaan juga merupakan iklan yang dapat dianggap sebagai iklan non-konvensional karena tidak dikhususkan tayang dalam kurun waktu tertentu dan tidak langsung menunjukan kepada atribut tertentu, sedangkan iklan-iklan pada umumnya ditayangkan pada kurun waktu tertentu dan lebih langsung menonjolkan atribut atau simbol. Untuk membuat suatu pemberitaan yang baik maka diperlukan juga komunikasi yang baik. 78 Hal tersebut kemudian dipertegas kembali oleh Bapak Iskandar ST yang mengatakan : Munculnya Metro TV sebagai media yang memiliki kontribusi mengkampanyekan Partai Nasdem dalam peningkatan dalam penggunaan dan pengaruh polling opini untuk mengarahkan perencanaan kampanye dan untuk memonitor kesuksesannya, dan sebuah peningkatan dalam keadaan meningkat pada pemilih sebagai sesuatu yang melekat dan proses pemilihan lebih berpengaruh oleh adanya pemikiran dan berita yang ada.Dalam hal kampanye Metro Tv mampu melahirkan Iklan kampanye yang menjangkau orang-orang banyak orang. Iklan tidak hanya sering tapi juga harus menarik dan mudah diingat oleh masyarakat. Pemberitaan Metro Tv mengenai Partai Nasdem berpengaruh terhadap persepsi masyarakat. 79 77 KPU Sumatera Utara 78 Ali Novel 2013, Peradaban Komunikasi Politik: Potret Manusia indonesia, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 88. 79 Wawancara dengan Sekretaris DPW Partai Nasional Demokrat Sumatera Utara di Kantor DPW Nasdem Sumut jalan Mangonsidi tanggal 7 Januari 2016, Pukul.10.00 wib. Universitas Sumatera Utara 64

3.2. Propaganda Restorasi Indonesia