Paradoks Antitesis nikmate tumindak lekoh njejemberi, endah saresmi bureng remeng- remeng. SP243

xcvi 187 Yen pancen wawancara iki aku lulus, panjenengan takservis kaya dhek neng “hotel” wingi kae. SWP187 ‘Kalau wawancara bisa lulus, kamu saya servis seperti di hotel kemarin.’ Data 187 pada takservis ‘saya servis’, kata servis pada umumnya digunakan untuk menservis atau memperbaiki mesin-mesin. Tetapi pada tuturan di atas digunakan untuk menservis Pak Carik dengan maksud melayani Pak Carik layaknya hubungan suami istri.

14. Paradoks

Paradoks paradoxos: para, bertentangan dengan, doxa: pendapat atau pikiran adalah cara pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar, seperti pada data berikut. 188 Rekasa dilakoni, kepenak dirasake bareng. SK27 ‘Susah dijalani, bahagia ditanggung bersama.’ Data 188 di atas terdapat kata yang bertentangan yaitu kata rekasa ‘susah’ dengan kepenak ‘mudah’ pertentangan tersebut mengandung kebenarannya karena susah senang harus ditanggung bersama.

15. Antitesis

Antitesis adalah sebuah gaya yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata berlawanan Gorys Keraf, 2006: 126. Antitesis termasuk dalam kelompok majas pertentangan karena melukiskan sesuatu dengan mempergunakan paduan kata berlawanan arti, seperti data di bawah ini: xcvii 189 Ana kalodhangan sithik wae yen sekirane ngasilake ya disamber, ora perduli halal apa haram. SDJD44 ‘Ada kesempatan sedikit saja kalau sekiranya menghasilkan ya disambar, tidak peduli halal atau haram.’ 190 Ana sing ngalembana, nanging ora setithik sing sinis. SDJD45 ‘Ada yang menyanjung, tetapi tidak sedikit yang sinis.’ 191 Cilik dithuthuk ongkos, gedhene dirampok. SGS90 ‘Kecil dipukul ongkos, lebih parah lagi di rampok.’ 192 Semono uga ngadhepi ujian saringan saka panitia pemilihan lurah, embuh lisan apa tertulis, bakal tok lalap kanthi cepet. SGS115 ‘Begitu juga menghadapi ujian penyaringan dari panitia pemilihan lurah, entah lisan apa tertulis, akan kamu atasi dengan cepat.’ 193 Tamune kami tenggengen nyawang sing duwe omah, gek kala menjinge munggah mudhun. SP123 ‘Tamunya terheran melihat yang punya rumah, sampai kala menjingnya naik turun.’ 194 Nanging kabeh mau wis cukup kanggo ngendhokake otot dalah pikiran sing kenceng. SU145 ‘Namun semua itu sudah cukup untuk mengendorkan otot serta pikiran yang kencang.’ 195 Sengaja sing dienggo conto Joyo Dengkek kang dianggep asor ning jebul malah onjo. SND170 ‘Sengaja yang dibuat teladan Joyo Dengkek yang dianggap rendah ternyata lebih berguna.’ 196 “Supaya boten diprotes sing kalah utawa disogok sing menang.” SWP195 ‘Supaya tidak diprotes yang kalah atau disuap yang menang.’ 197 Nesu ora, bungah ya ora. SP225 ‘Marah tidak, senang juga tidak.’ xcviii Data 189 sampai data 197 di atas memakai bentuk gaya bahasa antitesis. Pada data 189 kata yang dipertentangkan, yaitu antara halal dan haram. Data 190 pada kata ngalembana ’menyanjung’ dan sinis ’benci’. Data 191 cilik ’kecil’ dan gedhe ’besar’. Data 192 lisan dan tertulis. Data 193 munggah ’naik’ dan mudhun ’turun’. Data 194 ngendhokake ’mengendorkan’ dan kenceng ’kencang’. Data 195 asor ’atas’ dan onjo ’rendah’. Data 196 kalah dan menang. Data 197 kata yang dipertentangkan nesu ’marah’ dan bungah ’senang’.

16. Sarkasme