Antiklimaks Hipalase nikmate tumindak lekoh njejemberi, endah saresmi bureng remeng- remeng. SP243

xciv ‘Dari permulaan, pertengahan sampai yang terakhir diungkapkan tanpa ada yang tercecer atau ditambah dan dikurangi.’ Data 182 penggunaan kata purwa, madya, tekan wasana. Kata-kata tersebut mempunyai arti yang semakin meningkat, diawali dari kata purwa yang berarti awal atau permulaan, kemudian diikuti dengan kata madya yang berarti tengah atau pertengahan, dan yang terakhir adalah wasana yang berarti akhir atau penutup. Kata-kata tersebut, purwa, madya, dan wasana menunujukkan suatu kata-kata yang memiliki urutan dari yang dianggap paling awal sampai akhir.

12. Antiklimaks

Kebalikan dari gaya klimaks adalah gaya antiklimaks. Antiklimaks sebagai sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting Gorys Keraf, 2006: 125. Antiklimaks biasanya menyebutkan orang, benda, sifat, atau hal yang semakin lama semakin menurun. Seperti pada data berikut. 183 Jaman saiki ya Pur, lulusan sarjana, apa maneh SMU, ngrembah. Dadi nek mung SMP, tak kira ora ana sing aneh.” SDJD36 ‘Jaman sekarang ya Pur, lulusan sarjana, apa lagi SMU, banyak. Jadi kalau hanya SMP, saya kira tidak yang aneh.’ Data 183 adanya urutan–urutan tingkatan sekolah yang semakin menurun yaitu sarjana, SMU, dan SMP yang menunjukkan gaya bahasa klimaks. 184 Wong tuwa, enom, tekane bocah cilik kerig lampit ngebaki plataran jembar ngarep kelurahan. SWP171 ‘Orang tua, muda, sampai anak kecil berdesakan memenuhi halaman luas depan kelurahan.’ xcv Data 184 penggunaan kata-kata wong tua ‘orang tua’, enom ‘anak muda’, dan bocah cilik ‘anak kecil’ menunjukkan adanya pemanfaatan gaya bahasa antiklimaks, yaitu adanya urutan yang bersifat menurun dari wong tua ‘orang tua’, enom ‘anak muda’, dan bocah cilik ‘anak kecil’. 185 Malah program desa nedya diunggahake dadi program kabupaten, malah nedya dibeber tekan ngisor kayadene kecamatan lan kelurahan . SWP191 ‘Program desa mungkin bisa dinaikkan menjadi program kabupaten, bahkan bisa disebarkan sampai ke bawah seperti kecamatan dan kelurahan.’ Pada data 185 instansi pemerintah dari kabupaten, kecamatan, dan kelurahan menunjukan adanya pemanfaatan gaya bahasa antiklimaks, yaitu adanya urutan yang bersifat menurun dari kabupaten, kecamatan, dan kelurahan.

13. Hipalase

Hipalase adalah semacam gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. 186 Rai sing maune butheg kaya kebelet menyang WC dadi padhang sumringah. SWP186 ‘Muka yang tadinya kotor menjadi ceria.’ Data 186 kata butheg ’kotor’ biasanya berhubungan dengan air yang kotor, tetapi di sini dimanfaakan menggambarkan tokoh Wijayani yang sulit menghadapi ujian wawancara pada calon pemilihan lurah. Pada data 186 terdapat penulisan kata yang tidak baku ’butheg’ sedangkan dalam bahasa Jawa penulisan yang baku adalah ’buthek’. xcvi 187 Yen pancen wawancara iki aku lulus, panjenengan takservis kaya dhek neng “hotel” wingi kae. SWP187 ‘Kalau wawancara bisa lulus, kamu saya servis seperti di hotel kemarin.’ Data 187 pada takservis ‘saya servis’, kata servis pada umumnya digunakan untuk menservis atau memperbaiki mesin-mesin. Tetapi pada tuturan di atas digunakan untuk menservis Pak Carik dengan maksud melayani Pak Carik layaknya hubungan suami istri.

14. Paradoks