Purwakanti Sastra ‘Aliterasi’ Aspek Bunyi Bahasa dalam Novel Sirah Karya AY. Suharyana

liv suku tertutup t dengan kombinasi bunyi o pada mbabar bongkot nyebrot oyot ‘tiada batang akar pun jadi’. Pada data 7 potensi bunyi l dikombinasikan dengan bunyi e pada frasa jejel riyel ‘berdesak-desakan’ dimanfaatkan untuk menggambarkan keadaan yang amat banyak, berdesak-desakan, dan tidak teratur. Data 9 menggunakan purwakanthi swara ‘asonansi’ suku terbuka bunyi i, yaitu pada tuturan sing neng jero mbaka siji diteliti kanthi premati ‘yang di dalam satu demi satu diteliti dengan cermat’. Pada data 12 di atas purwakanthi swara suku tertutup k dengan dikombinasi bunyi i pada frasa sisik melik. ‘informasi’. Data 13 asonansi suku tertutup m dengan variasi vokal e pada frasa adhem ayem ‘damai sejahtera’ menggambarkan keadaan yang tidak ada perubahan. Asonansi-asonansi tersebut mampu mendukung keindahan dalam kalimat.

2. Purwakanti Sastra ‘Aliterasi’

Aliterasi adalah gaya bahasa yang berupa perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan Gorys Keraf, 2006: 130. Aliterasi adalah repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. 14 … para perangkat mula padha pandeng-pandengan, nanging banjur mesem, pikirane padha…SK14 ‘... para perangkat saling berpandang-pandangan, tetapi sambil tersenyum, pikirannya sama... ‘ 15 Mung sing gawe kaget, njur neng kene ki arep ngapa, sruwa sruwi s arwa sepi. SSJD51 ‘Hanya yang mengagetkan, di sini ini mau apa, semua serba sepi.’ lv 16 “Tas dibukak. Pranyata isine tela garing, gedhang godhog lan kacang.” SSJD61 ‘Tas dibuka. Ternyata isinya ketela kering, pisang rebus dan kacang.’ 17 Ora mung wong pinter wae sing duwe hak nyalonke, ning uga kalangan rakyat cilik sing dianggep kesingkir kaya kowe kuwi. SSJD61 ‘Tidak hanya orang pintar saja yang mempunyai hak untuk mencalonkan, namun juga kalangan rakyat kecil yang dianggap tersingkir seperti kamu.’ 18 “Tasih taraf pendaftaran” SSJD61 ‘Masih taraf pendaftaran’ 19 Mung pancen kudu waspada, awit kendharaan tansah blebar-bleber b anter. SSJD81 ‘Namun memang harus waspada, karena kendaraan mondar-mandir kencang.’ 20 “Bapa Klaras kathah-kathah anggenipun ngendika bab menika, nanging k ula ingkang ngrerepih nyuwun k awelasan saged k asowanaken.” SGS109 ‘Bapak Klaras banyak-banyak membicarakan bab itu, akan tetapi saya yang memohon minta belas kasihan bisa dipertemukan.’ 21 Aja girang-girang gemuyu. SND123 ‘Jangan bersenang-senang dulu.’ 22 Saya suwe saya tipis, munggah ndedel, wusana ilang kasaput esuk sing s aya nggremet tumuju awan ninggalake ganda aruming menyan. SU149 ‘Semakin lama semakin tipis, naik pesat, seketika hilang tersaput pagi yang semakin merangkak menuju siang meninggalkan bau harum kemenyan.’ 23 Lha wong kowe ki ya lucu kok, Kang. SU159 ‘Kamu itu ya lucu, Kang.’ Pada data 14 purwakanthi sastra ‘aliterasi’ bunyi p. Data 15 dan 22 terdapat purwakanthi sastra ‘aliterasi’ bunyi s. Pada data 16 dan 21 lvi purwakanthi sastra ‘aliterasi’ bunyi g terdapat dalam kata garing ‘kering’, g edhang godhog ‘pisang rebus’, girang-girang ‘senang-senang’ gemuyu ‘tertawa’. Data 17, 20, dan 23 purwakanthi sastra ‘aliterasi’ bunyi k menghiasi kata kalangan ’kalangan’, kesingkir ’tersingkir’, kula ’saya’, k awelasan ’belas kasihan’, kasowanaken ’dipertemukan’, kaya ’seperti’, kowe ’kamu’ ki ’itu’ yang amat dominan dalam novel Sirah. Data 18 purwakanthi sastra ‘aliterasi’ bunyi t. Sedangkan data 19 terdapat perpaduan purwakanthi sastra ‘aliterasi’ bunyi b dengan bunyi r dalam kata blebar-bleber ’mondar- mandir’ dan banter ’kencang. Aliterasi-aliterasi seperti di atas dapat menjadikan rangkaian kalimat dalam novel menjadi indah.

B. Diksi dalam Novel Sirah Karya AY. Suharyana