39
UU ini selanjutnya menetapkan adanya 2 dua yaitu BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS kesehatan. BPJS kesehatan menyelenggarakan program jaminan
kesehatan yang sudah dimulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
67
E. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun
Guna melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat 8 dan Pasal 42 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
pemerintah mengundangkan PP No 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun diundangkan pada tanggal 30 Juni 2015 dan
ditempatkan dalam lembaran negara Republik Indonesia No 155 tahun 2015. PP No. 45 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun program
perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko risiko sosial ekonomi, dan
merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risikorisiko sosial dengan pembiayaan yang
terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Seperti kita ketahui, sejak awal tahun 2014 Pemerintah telah menerapkan
aturan mengenai BPJS Kesehatan, dan mewajibkan seluruh badan usaha dan perorangan untuk ikut program tersebut. Tidak terasa, sudah kurang lebih 1,5
tahun BPJS Kesehatan telah berjalan. Kekurangan pelayanan dan fasilitas disana sini masih dapat dimaklumi, mengingat usianya yang relatif singkat. Pro kontra
67
Ulinuha, F.E, Kepuasan Pasien BPJS Terhadap Pelayanan Di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Permata Medika Semarang
. Jurnal Manajemen Keperawatan, No 2 tahun 2014
Universitas Sumatera Utara
40
mejadi hal yang wajar dinikmati oleh pemerintah atas pelaksanaan BPJS Kesehatan. Namun, yang paling penting adalah komitment dari pemerintah untuk
menerapkan System Jaminan Sosial Nasional kepada warga Negaranya telah mulai diterapkan, walaupun menunggu waktu sejak tahun 2004 lahirnya Undang-undang
SJSN. Komitment tersebut dibuktikan lagi dengan berlakunya secara efektif BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Juli 2015, dengan tambahan program jaminan
pensiun. Pro kontra pun terjadi mulai dari terlalu mendesaknya pengeluaran regulasi, hingga sosialisasi yang dirasa kurang, ditambah dengan aturan
kontroversial mengenai Jaminan Hari Tua JHT, yang berubah drastis. Jika sebelumnya JHT dapat diambil oleh karyawan yang resign, ataupun kena PHK
dengan masa keja minimal 5 tahun dan masa tunggu 1 bulan, dirubah menjadi dapat diambil minimal dengan masa kerja 10 tahun dan itupun tidak dapat diambil
secara keseluruhan, hanya 10 -30 maksimal dapat diambil dari dana yang telah dimiliki. Dan sisanya baru dapat diambil saat usia Pensiun 56 tahun.
Kebijakan yang melahirkan jaminan pensiun, yang besarannya akan diterima minimal sebesar 300 rb sampai 3,6 juta tiap bulan dengan masa iur selama 15
tahun. Artinya buruh dengan penghasilan UMK nantinya, setelah menganalisis formulasi perhitungan yang ditetapkan dalam PP. Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Jaminan Pensiun. Selain persoalan besaran biaya pensiun, regulasi mengenai BPJS ketenagakerjaan tidak sinkron dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
Beberapa regulasi yang tidak sinkron tersebut adalah : 1.
Jumlah tanggungan anak, dalam regulasi BPJS Kesehatan anak yang ditanggung untuk menikmati fasilitas kesehatan adalah maksimum 3
Universitas Sumatera Utara
41
anak, sedangkan di BPJS Ketenagakerjaan, anak yang menjadi tanggungan maksimum hanya 2 anak.
2. Batas atas gaji yang menjadi dasar potongan iuran. Pada BPJS
Kesehatan batas atas Gaji ditetapkan 2 kali PTKP K1, yakni sebesar Rp. 4.725.000,-. Sedangkan pada BPJS Ketenagakerjaan Batas atas
Gaji Jaminan Pensiun adalah sebesar 7 Juta rupiah. Belum lagi mengenai batas Gaji JHT, JKK dan JKM yang unlimited.
3. Usia Pensiun. Pada PP No. 46 tahun 2015 tentang JHT, disebutkan
usia pensiuan adalah 56 tahun. Sedangkan pada PP No. 45 tahun 2015 tentang Jaminan Pensiun, Usia pensiun disebutkan 55 tahun dan
akan mengalami penambahan setiap 3 tahun sekali sejak ditetapkanya PP tersebut sampai menjadi usia 65 tahun. Artinya satu PP dengan PP
lainya juga belum sinkron. Karena JHT merujuk pada 56 tahun dan tidak ada penambahan usia pensiun, sedangkan dalam PP Jaminan
Pensiun ada penambahan usia pensiun. 4.
Uang Pesangon. Walaupun masih multi interpretative. Aturan mengenai uang pesangon yang diatur dalam UU ketenagakerjaan
pasal 167 ayat 1-3 menyatakan bahwa bila perusahaan mengikutkan pekerja dalam program pensiun, maka uang pensiun tersebut
diperhitungan sebagai pengurang dari pesangon yang didapatkan. Disisi lain, jika melihat tafsir historical tentang Jaminan Pensiun pada
UU ketengakerjaan adalah merujuk pada DPLK. Bukan pada Jaminan Pensiun yang diatur oleh PP terbaru. Dikarenakan lahirnya
UU ketenagekerjaan tidak memprediksi lahirnya Peraturan mengenai
Universitas Sumatera Utara
42
Jaminan Pensiun yang telah diatur dalam UU SJSN dan Peraturan Pemerintah
68
Peraturan Pemerintah PP mengenai Penyelengaraan Jaminan Pensiun JP meliputi 7 tujuh bab, dan terdiri atas 38 tiga puluh delapan pasal. Pasal 1 angka
1 satu PP No 45 Tahun 2015 menyatakan bahwa Jaminan Pensiun adalah
jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta danatau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah
peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Menurut
PP No. 45 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun
menetapkan bahwa peserta Program Jaminan Pensiun : a. Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja penyelenggara negara; dan b. Pekerja yang bekerja
pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara. Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa kepesertaan pada program Jaminan Pensiun mulai berlaku sejak Pekerja
terdaftar dan Iuran mpertama telah dibayarkan dan disetor oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara kepada BPJS Ketenagakerjaan.
69
Menurut Pasal 4 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan seluruh Pekerjanya kepada BPJS
Pasal 1 angka 3 bahwa Manfaat Pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang memasuki usia pensiun, mengalami
cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi peserta yang meninggal dunia. Pasal 1 angka 4 bahwa Peserta Program Jaminan Pensiun yang selanjutnya disebut
Peserta adalah pekerja yang terdaftar dan telah membayar iuran.
68
http:www.kompasiana.comzay_manukanmenelaah-bpjs ketenagakerjaan, diakses
tanggal 12 Mei 2016
69
BPJS Ketenagakerjaan, Op.Cit, hal 6
Universitas Sumatera Utara
43
Ketenagakerjaan sebagai Peserta sesuai penahapan kepesertaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Pemberi Kerja selain penyelenggara
negara wajib mendaftarkan Pekerja yang baru paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal Pekerja tersebut mulai bekerja.
Pasal 5 ayat 1, 2, 3, 4 dan 5 ditegaskan bahwa dalam hal pemberi kerja selain penyelenggara negara nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan pekerjanya,
pekerja berhak mendaftarkan dirinya sendiri dalam jaminan pensiun kepada BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan penahapan kepesertaan program jaminan pensiun.
Pendaftaran oleh pekerja dilakukan dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan perjanjian kerja, surat keputusan pengangkatan, atau bukti lain yang
menunjukkan sebagai pekerja, Kartu Tanda Penduduk KTP dan Kartu KeluargaKK.
Berdasarkan pendaftaran, BPJS Ketenagakerjaan melakukan verifikasi kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara paling lama 7 tujuh hari kerja
terhitung sejak tanggal pendaftaran dilakukan. Dalam hal verifikasi membuktikan Pemberi Kerja selain penyelenggara negara nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan
Pekerjanya, Pemberi Kerja selain penyelenggara negara dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain sanksi Pemberi Kerja
selain penyelenggara negara wajib memungut dan menyetor Iuran yang menjadi kewajiban Pekerja dan membayar Iuran yang menjadi kewajiban Pemberi Kerja
selain penyelenggara negara kepada BPJS Ketenagakerjaan. Pasal 6 menyatakan bahwa Dalam hal Pekerja belum terdaftar pada BPJS
Ketenagakerjaan, Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara wajib bertanggung jawab pada Pekerjanya dengan memberikan Manfaat Pensiun sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
44
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. Sedangkan Pasal 7 ayat 1, 2, 3 dan 4 menegaskan bahwa BPJS Ketenagakerjaan wajib menerbitkan nomor
kepesertaan bagi Pekerja paling lama 1 satu hari kerja setelah Iuran pertama dibayar lunas. Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan tidak menerbitkan nomor
kepesertaan maka bukti pembayaran Iuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 digunakan sebagai bukti kepesertaan. BPJS Ketenagakerjaan memberikan kartu
kepesertaan paling lama 7 tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal nomor kepesertaan diterbitkan. Nomor kepesertaan merupakan nomor kepesertaan
tunggal untuk semua program jaminan sosial ketenagakerjaan yang diikuti oleh Peserta.
Menurut Pasal 12 menyatakan bahwa dalam hal terjadi perubahan data Upah, jumlah Pekerja, alamat kantor, dan perubahan data lainnya terkait penyelenggaraan
Jaminan Pensiun, Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib menyampaikan perubahan data tersebut kepada BPJS Ketenagakerjaan paling lama
7 tujuh hari kerja sejak terjadi perubahan data. Pasal 13 ayat 1, 2, 3, 4 dan 5 menyebutkan bahwa penerima manfaat
pensiun terdiri atas peserta, 1 satu orang istri atau suami yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, paling banyak 2 dua orang anak atau 1
satu orang Tua. Anak peserta yang lahir paling lama 300 tiga ratus hari setelah terputusnya hubungan pernikahan istri atau suami yang telah terdaftar dinyatakan
sah atau setelah Peserta meninggal dunia dapat didaftarkan sebagai penerima Manfaat Pensiun. Dalam hal terjadi perubahan susunan penerima manfaat pensiun,
peserta harus menyampaikan perubahan daftar penerima manfaat pensiun paling
Universitas Sumatera Utara
45
lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal perubahan susunan penerima Manfaat Pensiun kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara.
Perubahan daftar penerima Manfaat Pensiun tidak dapat dilakukan setelah Peserta menerima Manfaat Pensiun pertama atau meninggal dunia kecuali untuk
Anak. Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib melaporkan perubahan susunan penerima Manfaat Pensiun kepada BPJS Ketenagakerjaan. Dalam hal
terjadi perselisihan penetapan ahli waris yang berhak menerima Manfaat Pensiun, penetapan ahli waris diselesaikan secara musyawarah antar ahli waris.
Pasal 15 ayat 1, 2, 3 dan 4 menyatakan bahwa Untuk pertama kali Usia Pensiun ditetapkan 56 lima puluh enam tahun. Mulai 1 Januari 2019, Usia
Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi 57 lima puluh tujuh tahun. Usia Pensiun selanjutnya bertambah 1 satu tahun untuk setiap 3 tiga tahun
berikutnya sampai mencapai Usia Pensiun 65 enam puluh lima tahun. Dalam hal Peserta telah memasuki Usia Pensiun tetapi yang bersangkutan tetap dipekerjakan,
Peserta dapat memilih untuk menerima Manfaat Pensiun pada saat mencapai Usia Pensiun atau pada saat berhenti bekerja dengan ketentuan paling lama 3 tiga
tahun setelah Usia Pensiun. Kemudian Pasal 16 menyebutkan bahwa Manfaat Pensiun berupa pensiun hari tua, pensiun cacat, pensiun Janda atau Duda, pensiun
Anak; atau pensiun Orang Tua. Pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 menegaskan bahwa Untuk pertama kali,
Manfaat Pensiun paling sedikit ditetapkan sebesar Rp300.000,00 tiga ratus ribu rupiah untuk setiap bulan. Untuk pertama kali, Manfaat Pensiun paling banyak
ditetapkan sebesar Rp3.600.000,00 tiga juta enam ratus ribu rupiah untuk setiap
Universitas Sumatera Utara
46
bulan. Besaran Manfaat Pensiun paling sedikit dan paling banyak disesuaikan setiap tahun berdasarkan tingkat inflasi umum tahun sebelumnya.
Menurut Pasal 24 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa dalam hal Peserta mencapai Usia Pensiun sebelum memenuhi masa iuran 15 lima belas tahun,
Peserta berhak mendapatkan seluruh akumulasi Iurannya ditambah hasil pengembangannya. Seluruh akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya
dibayarkan kepada peserta pada tanggal 1 bulan berikutnya setelah Peserta mencapai Usia Pensiun dan dokumen telah diterima lengkap oleh BPJS
Ketenagakerjaan. Pasal 25 ayat 1, 2 dan 3 menyebutkan bahwa untuk pertama kali,
Manfaat Pensiun dibayarkan dengan ketentuan paling cepat sejak hak atas Manfaat Pensiun mulai diperhitungkan dan dokumen pendukung diterima secara lengkap
oleh BPJS Ketenagakerjaan dan paling lambat 15 lima belas hari sejak hak atas Manfaat Pensiun timbul dan dokumen pendukung diterima secara lengkap oleh
BPJS Ketenagakerjaan. Pembayaran Manfaat Pensiun bulan berikutnya paling lambat tanggal 1 bulan berjalan. Manfaat Pensiun dihentikan pembayarannya
setelah hak atas Manfaat Pensiun berakhir. PP No 45 Tahun 2015 ini memberi ancaman sanksi administratif bagi
Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang tidak mematuhi hal hal yang diperintahkan dalam PP ini, berupa sanksi teguran tertulis, denda , dan tidak
mendapatkan pelayanan publik tertentu.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN