Sanksi yang diterima perusahaan apabila terlambat membayar iuran pensiun

58 Pensiun Pemberi Kerja. Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menjalankan Program Pensiun Iuran Pasti. Program ini terutama di peruntukan bagi para pekerja mandiri atau perorangan self-employment misalnya dokter, pengacara, pengusaha yang bukan merupakan karyawan dari lembaga atau orang lain. Biasannya mereka ini memiiki penghasilan yang tidak berasal dari pemberi kerja tetapi dari usahanya. Pembetukan Dana Pensiun Lembaga Keuangan ini memberikan kesempatan kepada mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi masa dimana mereka sudah tidak dapat mengandalkan pekerjaan yang selama ini dilakukannya.

C. Sanksi yang diterima perusahaan apabila terlambat membayar iuran pensiun

Besarnya jaminan hari tua pensiun adalah keseluruhan iuran jaminan hari tua telah disetorkan oleh pengusaha kepada Badan penyelenggara beserta hasil pengembangannya. Hasil pengembangan maksud ditetapkan oleh Badan Penyelenggara yang besarnya sesuai dengan hasil pengelolaan dan investasi dana iuran jaminan hari tua pensiun.hasil pengembangan jaminan hari tua pensiun untuk masing-masing tenaga kerja dihitung sejak tanggal iuran dibayar lunas. Iuran dan hasil pengembangan akan dibukukan dalam akun individu masing-masing tenaga kerja. 76 Menurut keputusan direksi PTPN III bahwa keterlambatan penyetoran iuran disebutkan pemberi kerja wajib memungut iuran peserta setiap bulan, Pemberi kerja wajib menyetor seluruh iuran peserta yang dipungut serta iurannya sendiri kepada DAPENBUN selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya, iuran 76 Suria Ningsih, Op.Cit, hal 154 Universitas Sumatera Utara 59 peserta dan iuran pemberi kerja yang belum disetor setelah melewati 2,5 bulan sejak jatuh temponya, dinyatakan : 1. Sebagai hutang pemberi kerja yang dapat segera ditagih dan dikenakan bunga yang layak dapat dihitung sejak hari pertama dari bulan 2. Sebagai piutang iuran DAPENBUN yang memiliki hak utama dalam pelaksanaan eksekusi keputusan pengadilan apabila pemberi kerja dilikuidasi. Berdasarkan laporan aktuaris yang disampaikan kepada OJK ternyata DAPENBUN memiliki kekayaan melebih kewajibannya, maka kelebihan yang melampui batas tertentu yang ditetapkan oleh OJK harus digunakan sebagai iuran pemberi kerja. Denda keterlambatan penyetoran iuran dihitung dengan menggunakan bunga yang layak selama masa keterlambatan dan masa keterlambatan adalah sejak tanggal jatuh tempo sampai dengan diterimanya iuran DAPENBUN, yang dihitung berdasarkan satuan hari. Pasal 19 ayat 1, 2, 3 dan 4 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan BPJS Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari Pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS. Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS. Peserta yang bukan Pekerja dan bukan penerima Bantuan Iuran wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS. Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk penerima Bantuan Iuran kepada BPJS. Pasal 17 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang tidak melaksanakan ketentuan dan setiap orang yang Universitas Sumatera Utara 60 tidak melaksanakan ketentuan dikenai sanksi administratif. Sanksi administratif dapat berupa teguran tertulis; denda; danatau tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Sedangkan Pasal 53 ayat 3 dan 4 menyatakan bahwa Sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara; danatau pemberhentian tetap. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan Pemerintah Menurut Pasal 28 ayat 1, 2, 3, 4 dan 5 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan program jaminan pensiun menegaskan bahwa Iuran Jaminan Pensiun wajib dibayarkan setiap bulan. Iuran sebesar 3 tiga persen dari Upah per bulan. Iuran sebesar 3 tiga persen sebagaimana dimaksud pada ayat 2 wajib ditanggung bersama oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara dan Peserta dengan ketentuan: 1 2 dua persen dari upah ditanggung oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara; dan 2 1 satu persen dari upah ditanggung oleh Peserta. Besaran Iuran dilakukan evaluasi paling singkat 3 tiga tahun dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi nasional dan perhitungan kecukupan kewajiban aktuaria. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar untuk penyesuaian kenaikan besaran Iuran secara bertahap menuju 8 delapan persen. Pasal 29 ayat 1, 2, 3 dan 4 menyatakan bahwa Upah setiap bulan yang dijadikan dasar perhitungan Iuran terdiri atas Upah pokok dan tunjangan tetap pada bulan yang bersangkutan. Batas paling tinggi Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan Iuran Jaminan Pensiun untuk tahun 2015 ditetapkan sebesar Rp7.000.000,00 tujuh juta rupiah setiap bulan. BPJS Ketenagakerjaan setiap Universitas Sumatera Utara 61 tahun menyesuaikan besaran Upah tertinggi dengan menggunakan faktor pengali sebesar 1 satu ditambah tingkat pertumbuhan tahunan produk domestik bruto tahun sebelumnya. BPJS Ketenagakerjaan menetapkan dan mengumumkan penyesuaian batas paling tinggi Upah paling lama 1 satu bulan setelah lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik mengumumkan data produk domestik bruto. Pasal 31 ayat 1, 2 dan 3 menyebutkan bawa keterlambatan penyetoran Iuran oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara dikenakan denda sebesar 2 dua persen untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari Iuran yang seharusnya disetor oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara. Denda akibat keterlambatan penyetoran Iuran ditanggung sepenuhnya oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang dibayarkan bersamaan dengan total Iuran yang tertunggak. Denda keterlambatan merupakan aset Dana Jaminan Sosial program Jaminan Pensiun. Pasal 32 Iuran yang belum dilunasi merupakan piutang Dana Jaminan Sosial program Jaminan Pensiun. Keterlambatan pembayaran lunas iuran jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud, dikenakan denda administratif sebesar 2 dua persen per bulan dari total iuran yang tertunggak dan ditanggung pemberi kerja . Dalam hal keterlambatan pembayaran lunas iuran jaminan kesehatan disebabkan karena kesalahan pemberi kerja, maka pemberi kerja wajib membayar pelayanan kesehatan pekerjanya sebelum dilakukan pelunasan pembayaran iuran oleh pemberi kerja. Pasal 34 Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 4, Pasal 10 ayat 2, Pasal 11 ayat 2, Pasal 14 ayat Universitas Sumatera Utara 62 5 dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis, denda, dan tidak mendapat pelayanan publik tertentu yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 35 Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan terlambat membayarkan hak atas Manfaat Pensiun dari Peserta dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar 2 dua persen setiap bulan dari nilai nominal yang seharusnya diterima Peserta, Janda atau Duda, Anak, atau Orang Tua. Menurut Pasal 16 ayat 1, 2, 3 dan 4 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan menyatakan bahwa Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dibayar oleh Pemerintah. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan peserta bukan Pekerja dibayar oleh Peserta yang bersangkutan. Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran Iuran Jaminan Kesehatan diatur dengan Peraturan Presiden. Pasal 17 ayat 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 menegaskan Pemberi Kerja wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan seluruh Peserta yang menjadi tanggungjawabnya pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 sepuluh setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Apabila tanggal 10 sepuluh jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sudah termasuk iuran yang menjadi tanggung jawab Peserta. Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan, dikenakan denda administratif sebesar 2 dua persen per bulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Universitas Sumatera Utara 63 Peserta bukan Pekerja wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 sepuluh setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dapat dilakukan diawal untuk lebih dari 1 satu bulan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan denda administratif diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan. D. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keterlambatan iuran dalam Pelaksanaan Program Jaminan Pensiun Dengan keterlambatan pembuatan peraturan tentang petunjuk teknis pelaksanaan ini, akhirnya berimbas pada keterlambatan pihak penyedia layanan dalam melaksanakan sosialisasi tentang petunjuk teknis pelaksanaan BPJS ini. pihak perusahaan mengalami kesulitan dalam melakukan pendaftaran peserta. Form yang harus diisi banyak dan berbelit-belit seperti semua form di Indonesia pada umumnya, berkas syarat juga bermacam-macam seperti persyaratan berkas kelengkapan di Indonesia pada umumnya, ditambah dengan waktu pengumpulan yang sangat sempit. Kalau perusahaan yang jumlah karyawannya hanya puluhan mungkin tidak ada kendala berarti. Bayangkan perusahaan yang karyawannya ribuan, seharusnya pemerintah membenahi dulu sektor ini karena ide pemerintah yang sebenarnya menggabungkan beberapa asuransi bentukan pemerintah menjadi satu wadah yaitu BPJS agar makin efektif pelaksanaannya. Sayangnya ide ini tidak didukung dengan kesiapan para pihak pelaksananya. Ada pula lima faktor global yang harus dipersiapkan untuk membuat regulasi terkait pelaksanaan penyelenggaraan jaminan sosial. Pertama, faktor perubahan demografis. Kini, usia hidup orang semakin panjang, jika hal ini tidak disikapi dengan baik maka keberlangsungan angkatan Universitas Sumatera Utara 64 kerja semakin lama semakin menurun. Ini juga berdampak pada keberlangsungan pembayaran pensiun. Upaya menghadiapi masalah ini dengan mengatur agar usia pensiun pekerja diundur kira-kira sebesar lima tahun. Kedua, faktor perubahan iklim. Cuaca akhir-akhir ini sulit diramalkan. Bencana alam seperti badai dan topan kerap terjadi di luar prediksi manusia. Kejadian ini akan berdampak pada besaran klaim. Klaim kecelakaan dan lainnya harus diantisipasi. Ketiga, faktor migrasi antar-negara. Era kini ditandai dengan globalisasi yang membuka sekat batas antar wilayah negara. Banyak pekerja datang dari belahan bumi lain di Indonesia. Bahkan, pemain sepakbola pun harus didatangkan dari luar negeri. Hal ini harus dicermati bagaimana tenagakerja yang melimpah dapat diperhatikan oleh penyedia layanan. Keempat, masuknya kaum wanita dalam sektor kerja. Para wanita selaiknya diberi afirmasi kebijakan dengan memberikan benefit yang berbeda daripada pekerja pria. Misalkan memberi mereka libur saat hamil serta saat haid di hari pertama. Kelima, semakin dibatasinya jumlah penduduk. Kebijakan keluarga berencana, misalnya, akan berimplikasi terhadap angkatan kerja yang di masa depan menjadi terbatas. Berarti, potensi pembayar iuran akan semakin kecil dibandingkan dengan uang pensiunannya. Kelima fenomena di atas harus diatasi dipertimbangkan saat BPJS dan seluruh stakeholder menyusun regulasi yang akan diterapkan. Masalah terkait pembayaran iuran untuk masing-masing program baik itu dalam hal ketenagakerjaan. Untuk BPJS Ketenagakerjaan, pengusaha akan Universitas Sumatera Utara 65 menjadi obyek dari program ini karena adanya tambahan beban keuangan. Berbeda dengan jaminan kesehatan, jaminan ketenagakerjaan masih belum ada gambaran yang jelas terkait besaran dana pensiun yang akan dikelola oleh PT Jamsostek. Hal yang terkait berapa iuran yang akan dibayarkan pengusaha, pekerja maupun pemerintah belum jelas besarannya. 77 a. melakukan danatau menerima pendaftaran Peserta; Apabila keterlambatan tersebut telah dilakuan selama 3 bulan dana dalam bulan ke 4 belum juga melakukan pembayaran iuran, maka akan dilakukan pemberhentian penjaminan sementara sampai dilunasinya semua tunggakan iuran beserta dendanya. Pasal 10 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bahwa BPJS merupakan institusi yang bertanggung jawab melaksanakan layanan jaminan sosial bagi masyarakat. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 UU BPJS, maka tugas BPJS adalah: b. memungut dan mengumpulkan Iuran dari Pesertadan Pemberi Kerja; c. menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah; d. mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta; e. mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial; f. membayarkan Manfaat danatau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan g. memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada Peserta dan masyarakat. Pemerintah sebagai penanggung jawab masyarakat miskin atau masyarakat tidak mampu, juga mendaftarkan kelompok masyarakat tersebut sebagai peserta 77 http:anafisipunpad13.blogspot.co.id201409program-bpjs_28.html, diakses tanggal 24 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara 66 jaminan sosial nasional dan masyarakat yangbersangkutan wajib memberikan data diri dan keluarganya secara lengkap. Sistem pembayaran iuran BPJS harusnya juga transparan. Artinya, peserta harusnya menerima struk pembayaran yang terinci jumlah pembayaran, jumlah bulan dan nilai iuran serta denda atas keterlambatan kalau ada secara lengkap. Namun dalam pelaksanaannya, struk pembayaran hanya mencantumkan data jumlah pembayarannya saja, tanpa rincian jumlah bulan dan denda keterlambatan. Jelas, data transaksi pembayaran iuran akhirnya tidak lengkap diketahui oleh peserta BPJS Kesehatan. 78 Denda yang harus ditanggung untuk keterlambatan pembayaran Iuran bagi Peserta Bukan Pekerja dan Bukan Penerima Upah diberlakukan denda sebesar 2 dua persen setiap bulan dihitung dari jumlah total iuran yang belum terbayar paling lama 6 enam bulan dan ditambahkan dengan total iuran yang belum terbayar. Untuk keterlambatan pembayaran iuran bagi Pekerja Penerima Upah diberlakukan denda sebesar 2 dua persen setiap bulannya dikalikan total iuran yang belum terbayar paling lama untuk 3 tiga bulan, nilai tersebut harus dibayarkan bersama sama dengan sejumlah iuran yang belum terbayar oleh Pemberi Kerja. Jadi dalam hal ini pihak pemberi kerja harus selalu aktif membayar iuran sebelum jatuh tempo, jika tidak mau membayar denda. 79 78 Keinginan pengusaha untuk membayar iuran sebelum lewat tanggal jatuh temponya. Ini disebabkan adanya denda bagi pengusaha yang terlambat membayar iuran mengakibatkan beban pengusaha menjadi bertambah. http:www.neraca.co.idarticle67013benahi-dulu-bpjs.html, diakses tanggal 25 Maret 2016 79 BPJS Kesehatan, Panduan Layanan Bagi PesertaBPJS Kesehatan, 2015, hal. 23 Universitas Sumatera Utara 67 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keterlambatan iuran dalam Pelaksanaan Program Jaminan Pensiun yaitu : 1. Melakukan koordinasi secara menyeluruh 2. Melakukan kerja sama antar instansi terkait 3. Meningkatkan koordinasi fungsional dengan instansilembaga terkait dalam rangka sosialisasi program jaminan pensiun yang bertujuan untuk memberikan pemehaman kepada pengusaha dan pekerja agar lebih mengerti hak dan kewajibannya. 4. Berperan aktif dan tanggap untuk menyelesaikan tuntutan pekerja terhadap program Jaminan pensiun baik yang disampaikan oleh Depnaker PT. Jamsostek Persero selaku badan penyelenggara dan tuntutan terhadap perusahaan. 5. Memberikan pelayanan terbaik dengan sistem jemput bola dalam hal pembayaran yaitu membayarkan jaminan langsung ke alamat tenaga kerja. Pemerintah akhirnya mengambil keputusan bahwa iuran jaminan pensiun BPJS Ketenagakerjaan sebesar 8 persen. Iuran ini akan ditanggung pengusaha sebesar 5 persen dan pekerja 3 persen. Keputusan ini selanjutnya akan dituangkan dalam draf rancangan Peraturan Pemerintah RPP dan dibawa ke Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia HAM untuk dijadikan aturan resmi. Berdasarkan rancangan RPP Jaminan Pensiun yang didapat Kontan, masa iuran untuk mendapatkan manfaat atas program ini minimal 15 tahun. Dana pensiun akan diberikan saat usia pekerja 56 tahun. Selain itu, aturan ini hanya berlaku bagi peserta jaminan pensiun yang bekerja di perusahaan swasta, bukan di lembaga negara. BPJS Ketenagakerjaan, menambahkan, besaran iuran 8 pensiun Universitas Sumatera Utara 68 dihitung dari gaji yang diterima pegawai. Targetnya, tahun 2018, jumlah pekerja formal yang ikut dalam BPJS Ketenagakerjaan mencapai 80 persen. Sementara untuk pekerja informal setidaknya ditargetkan sebanyak 5 persen. Semua pihak menerima besaran iuran 8 persen itu agar per 1 Juli 2015 langsung berlaku. Meski pemerintah mengaku telah bersepakat, pengusaha dan buruh rupanya masih juga belum juga puas dengan keputusan tersebut. Pengusaha mengaku keberatan dengan bila harus membayar 5 persen dari kewajiban iuran 8 persen itu. Iuran sebesar itu akan membebani pengusaha. Bila saat ini buruh berusia 30 tahun dan menerima gaji rata-rata Rp 3 juta per bulan serta dengan kenaikan gaji maksimal 10 persen per tahun, maka saat mendekati usia pensiun gaji para buruh cuma bertambah jadi sekitar Rp 7,5 juta saja. Bila benefit yang didapatkan buruh ketika pensiun hanya sebesar 20 persen dari gaji terakhir seperti ketentuan BPJS Ketenagakerjaan, maka pada saat pensiun, seorang buruh cuma mendapatkan dana pensiun Rp 1,5 juta sebulan. Makanya minta iuran pensiun sebesar 12 persen dengan perinciannya sebesar 9 persen dibayar pengusaha dan 3 persen dibayar oleh pekerja. Selain itu, benefit atas dana pensiun dinaikkan menjadi 50 persen-60 persen dari gaji terakhir yang diterima para pekerja Peraturan Pemerintah PP yang mengatur soal teknis jaminan pensiun oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan hingga kini belum tuntas. Namun, sembari menunggu penerapan jaminan pensiun yang tinggal hitungan bulan, yakni mulai 1 Juli 2015 mendatang, BPJS Ketenagakerjaan semakin mantap mempersiapkan diri. Saat ini, badan publik penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja tersebut tengah menyiapkan sistem pendaftaran online terintegrasi lewat Sistem Informasi Universitas Sumatera Utara 69 Pelayanan Peserta SIPP. Target utamanya adalah peserta badan usaha yang sebelumnya sudah terdaftar dalam jaminan sosial tenaga kerja, seperti jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan hari tua. Belajar dari pengalaman penyelenggara jaminan kesehatan nasional, BPJS Ketenagakerjaan sepertinya ingin lebih siap ketika PP soal jaminan pensiun terbit. Meski hingga kini, belum ada kejelasan terkait iuran jaminan pensiun, berapa porsi yang dibayar pemberi kerja dan penerima upah serta badan usaha besar dan menengah yang wajib lebih dulu mengikuti jaminan pensiun. BPJS Ketenagakerjaan sendiri sebelumnya menyebut, sebagai tahap awal, jaminan pensiun wajib bagi badan usaha besar dan menengah. Indikator badan usaha besar dan menengah ini belumlah jelas, apakah terkait asetnya atau aktivitasnya. Yang pasti, jaminan pensiun yang akan dilaksanakan BPJS Ketenagakerjaan nanti sedikit banyak mempengaruhi industri dana pensiun swasta. Sebab, tidak sedikit badan usaha yang melempar pengelolaan dana pensiunnya lewat Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPLK, atau Dana Pensiun Pemberi Kerja DPPK. 80 80 http:keuanganinvestasi.blogspot.co.id201504iuran-pensiun-bpjs- ketenagakerjaan.html, diakses tanggal 27 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara 70

BAB IV JAMINAN PENSIUN DI PTPN III SEBELUM PERATURAN