“PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO VERSUS MEDIA GAMBAR” (Studi Eksperimen di SMK Lingga Kencana Depok)

(1)

“PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO

VERSUS MEDIA GAMBAR”

(Studi Eksperimen di SMK Lingga Kencana Depok)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Oleh Ade Sopian NIM 108015000014

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

ADE SOPIAN. Perbandingan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Media Video Versus Media Gambar di SMK Lingga Kencana Sawangan Depok. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014.

Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang diajar dengan menggunakan media video dengan siswa yang diajar menggunakan media gambar. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada atau tidak ada perbedaan hasil belajar IPS antara siswa diajar menggunakan media video dan media gambar, membuktikan tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa yang diajar menggunakan media video dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media gambar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu cara melakukan penelitian dengan percobaan. Metode ini digunakan untuk menelaah adanya perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran IPS antara siswa diajar menggunakan media video dengan siswa yang diajar menggunakan media gambar. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X.PB dan kelas X.TN SMK Lingga Kencana Sawangan Depok. Kelas X.PB terdiri dari 21 siswa dengan komposisi perempuan 5 siswa dan laki-laki 16 siswa, yang menggunakan media video. Kelas X.TN Terdiri dari 21 siswa dengan komposisi perempuan 5 siswa dan laki-laki 16 siswa, yang menggunakan media gambar. Instrumen yang dipakai adalah tes. Teknik analisis data menggunakan metode statistik uji “t” (uji beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel distribusi “t” pada taraf signifikansi 0,05.

Temuan hasil penelitian ini adalah: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajarkan menggunakan media video versus media gambar diperoleh nilai

). 2) Dari penelitian tersebut dapat dilihat pula bahwa hasil

belajar IPS siswa yang menggunakan media video lebih besar dari pada siswa yang diajar menggunakan media gambar. 3) Berdasarkan hasil observasi, media video dan media gambar merupakan media pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan mempertajam analisis siswa terhadap materi yang disampaikan.


(6)

Department of Education Social Sciences Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014.

The main issues examined in this research is the differences in IPS learning results between students who are taught using video media with students who are taught using image media. This research aims to prove there is or there is no difference in IPS learning results between students taught using the video and image media, proving the high and low results of IPS learning results of students taught using the video media as compared to the learning results of students who are taught using image media.

The method used in this research is an experimental method that is the way to do research with experiments. This method is used to examine the differences in learning results in social studies between the students are taught using video media with the students who are taught using image media. In this research, the subjects were students of classX.PB and X.TN SMK Linga Golden Sawangan Depok. X.PB class consisted of 21 students with a composition of 5 female students and 16 male students whom the learning video media. X.TN class consists of 21 students with a composition of 5 female students and 16 male students whom the learning image media. The instrument used was a test. The technic of data analysis is using statistical methods "t" test (different test), to test the hypothesis of the research carried out consultation on"t" distribution table at the significance level of 0.05.

The findings of this research are: 1) There are significant differences in learning results between students who are taught using video media versus image media obtained valuetcount>ttable are 2,253 > 2,021 2.) From these researchs it can be seen also that the results of social studies students who are are tought using video media is bigger than the students who are taught using image media. 3) Based on the observation result, video and image media areleraning media that can increase curiosity and sharpen students' analysis of the material presented.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan untaian rahmat, hidayah dan karunia sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar IPS

Siswa Dengan Menggunakan Media Video Versus Media Gambar di SMK Lingga Kencana Depok” penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami saat menjalani proses penyelesaian skripsi. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’I, MA Ph.D selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd. selaku ketua jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si. selaku sekertaris jurusan pendidikan IPS. 4. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA selaku dosen pembimbing yang

telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan skripsi, ditengah kesibukannya yang padat.

5. Seluruh dosen pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan seluruh ilmunya.

6. Bapak Ruslan, M.Si. selaku kepala sekolah SMK Lingga Kencana Depok. 7. Bapak Nur Istrianto, M.Si. selaku guru bidang studi IPS yang telah banyak

membantu peneliti pada saat melakukan penelitian.

8. Ibunda tercinta Marnih dan ayahanda tercinta Asam yang telah mencurahkan kasih sayangnya dan memberikan motivasi. Keempat saudaraku tersayang Erika Oktaviani, Ratih Ayu Ningsih, Muhammad Kemal dan Muhammad


(8)

iv

persatu.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan beserta doa yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi seluruh pembaca sekalian, serta lembaga pendidikan sebagai informasi dalam peningkatan mutu pendidikan.

Jakarta, 21 Maret 2014


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 2

B. Permasalahan Penelitian ... 9

1. Identifikasi Masalah ... 9

2. Pembatasan Masalah ... 9

3. Perumusan Masalah ... 9

4. Pertanyaan Penelitian ……… 10

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ... 11

1. Tujuan Akademis... 11

2. Signifikansi Penelitian ... 11

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 13

A. Deskripsi Teoritik ... 13

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 13

2. Pengertian Media Video ... 17

3. Pengertian Media Gambar ... 21

4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 22

5. Pengertian Hasil Belajar ... 24

B. Kerangka Konseptual ... 27

C. Hipotesisi Penelitian ……… 28


(10)

vi

D. Pengujian Validitas Alat Ukur ……… 33

E. Pengujian Reliabilitas Alat Ukur ... 35

F. Pengujian Taraf Kesukaran ... 36

G. Daya Pembeda ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Gambaran Umum SMK Lingga Kencana Depok ... 40

a. Sejarah SMK Lingga Kencana Depok ... 40

b. Profil SMK Lingga Kencana Depok ... 42

c. Visi dan Misi SMK Lingga Kencana Depok ... 43

d. Data Siswa SMK Lingga Kencana Depok ………... 43

e. Sarana dan Prasarana SMK Lingga Kencana Depok ... 44

f. Data Guru dan Tata Usaha SMK Lingga Kencana Depok ... . 45

B. Deskripsi Data ... . 46

1. Praktik Pembelajaran ……… 46

a. Praktik Pembelajaran Media Video ……… 46

b. Praktik Pembelajaran Media Gambar ………. 47

2. Data Hasil Belajar IPS Siswa ……….... 48

a. Hasil Postest Kelompok Media Video ……… 48

b. Hasil Postest Kelompok Media Gambar ……….... 50

C. Hasil Uji Coba Instrumen ……….. 53

D. Uji Persyaratan Analisis Data ………. 54

1. Uji Normalitas Data ………. 54


(11)

vii

b. Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Media Gambar……. 54

2. Uji Homogenitas Data ………. 54

a. Uji Homogenitas Data Posttest ………... 54

E. Pengujian Hipotesis ………... 55

F. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 55

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58


(12)

viii

Tabel 2. Indeks tingkat kesukaran test...36

Tabel 3. Indeks daya pembeda test………...37

Tabel 4. Keadaan sarana dan prasarana sekolah... 49

Tabel 5. Data pendidikan guru ... 50

Tabel 6. Nilai posttest media video ... 53

Tabel 7. Datahasil postest siswa kelompok media video ... 55

Tabel 8. Nilai posttest media video………... 55


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konseptual... 29

Gambar 2. Grafik nilai postes media video... 54

Gambar 3. Grafi nilai postes media gambar... 56


(14)

x

Lampiran 2. Uji Normalitas Posttes Gambar Lampiran 3. Uji Homogenitas

Lampiran 4. Uji Hipotesis

Lampiran 5. Foto Pelaksanaan Proses Pembelajaran Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Video Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Gambar

Lampiran 8. Hasil Uji Coba Soal Tes Melalui Program ANATES Lampiran 9. Soal Postes

Lampiran 10. Berita Wawancara


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, yang di dapat dari lembaga formal maupun nonformal. Sedangkan secara sederhana makna pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Sehingga dengan pendidikan diharapkan seseorang menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup.

Adapun pada intinya pendidikan bertujuan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan siap pakai. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh komponen bangsa. Tanpa dukungan dari semua pihak, maka tujuan pendidikan yang indah tersebut hanyalah semboyan belaka.

“Saat ini dunia pendidikan kita sedang menghadapi berbagai tantangan. Untuk mengantisipasi era globalisasi, kita dituntut untuk dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam dunia global. Disamping itu, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, sistem pendidikan kita dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang demokratis, memperhatikan keragaman kebutuhan


(16)

daerah dan peserta didik. Sementara itu, hingga saat ini pendidikan kita masih dihadapkan kepada beberapa permasalahan pokok, antara lain masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan”.1

Untuk menghadapi tantangan dan menghadapi permasalahan tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, antara lain menyediakan berbagai sarana belajar, meningkatkan kemampuan dan kualitas guru serta meningkatkan taraf kesejahteraannya. Akan tetapi, upaya-upaya itu nampaknya masih belum cukup dan perlu dicarikan alternatif-alternatif lain, khususnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, perserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau pendidik saja, tetapi dapat juga belajar dari berbagai sumber belajar yang tersedia dilingkungannya. Sesungguhnya sumber belajar itu banyak jenisnya. Sumber belajar ini dapat berupa pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan. Selama ini, pemahaman tentang sumber belajar di sekolah masih terbatas pada guru dan buku saja. Padahal guru dan buku hanya sebagian kecil dari sumber belajar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan IPTEK tersebut perlu adanya penyesuaian-penyesuaian terutama sekali yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media pendidikan yang perlu dikuasai oleh guru atau calon guru, sehingga dapat menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa secara baik, berdaya guna dan berhasil guna.

1

Harina Yuhetty, Model Pusat Sumber Belajar, (Pusat Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pendidikan: Depdiknas Pustekkom,2005), h.7


(17)

3

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi”.2

Media sebagai alat bantu sebagai alat dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Keberadaan media sangat membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.

Media memegang peranan yang penting di dalam tercapainya proses belajar mengajar. Dunia sekarang boleh dikatakan adalah dunia yang hidup dengan media. Kegiatan belajar mengajar sekarang telah bergerak menuju dikuranginya sistem penyampaiannya dengan ceramah, dan di pindah kearah digunakannya banyak media. Lebih dari itu bahkan di negara-negara maju, media inni telah dikhawatirkan akan menggeser fungsi guru.

Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan sebagainya, pada sisi yang lain ada bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi sehingga tidak mudah dipahami oleh anak


(18)

didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.

Anak didik akan mudah merasa bosan dan kelelahan, jika penjelasan guru sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik berpangkal dari penjelasan guru yang simpang siur dan tidak focus pada masalahnya. Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluarnaya. Guru tidak memiliki kampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, akan lebih baik menampilkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.

Semakin maju perkembangan masyarakat dan akselerasi teknologi modern maka semakin besar dan berat tantangan yang dihadapi guru sebagai pendidik dan pengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan media pengajaran yang tersedia disekolah baik saat perencanaan, pengoperasian, membuat, mengelola dan mengevaluasi.

Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri, dimana guru dan siswa bertukar fikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. Antara lain disebabkan adanya kecenderungan mengetahui istilah tetapi tidak mengetahui arti, ketidaksiapan siswa, kurangnya motivasi belajar dan sebagainya.

Salah satu usaha untuk menghadapi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses pembelajaran, karena fungsi media pengajaran dalam kegiatan tersebut sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain juga meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.


(19)

5

Media pengeajaran sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran, karena fungsi utamanya sebagai alat bantu mengajar yang turut memperbaharui iklim, kondisi serta lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Penggunaan media pembelajaran tersebut harus sesuai dengan pedoman kurikulum yang ada dan media pengajaran yang dighunakan pun tidak terlalu banyak dan berlebihan, karena bila berlebihan akan membingungkan siswa dan tidak jelas konsep yang diajarkan.

Media pengajaran yang disebut Audiovisual Aids menurut Encyclopedia of Education Reaserch memiliki nilai sebagai berikut:

1. Meletakan dasar-dasar yang kongkrit untuk berfikir. Oleh karena itu, untuk mengurangi verbalisme.

2. Memperbesar perhatian siswa.

3. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan. 4. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan

kegiatan berusaha sendiri dikalangan para siswa. 5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontineu.

Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi menbantu tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan menggunakan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan tanpa bantuan media.

Walaupun demikian, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bias dilakukan secara sembarangan, menurut hati guru. Penggunaan media harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan pembelajaran. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran harus lebih


(20)

diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh.

Upaya guru dalam proses belajar mengajar juga berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Guru yang tinggi gairahnya dalam mengajar menjadikan siswa lebih bergairah mengajar. Guru yang bersungguh-sungguh dalam menyampaikan materi pelajaran menjadikan tingginya motivasi belajar siswa. Pada guru yang demikian, umumnya mempersiapkan diri dengan matang dan senantiasa memberikan yang terbaru dan terbaik kepada para pembelajar. Oleh karena yang diberikan tersebut menarik, terbaik dan mungkin terbaru, maka kualitasnya sangat tinggi dimata pelajar. Sebagai akibatnya, hal-hal yang disampaikan ini bisa meningkatkan motivasi belajar siswa.

Sebaiknya pada guru yang tidak bergairah dalam membelajarkan pembelajar, umumnya mengulang saja pelajaran yang diberikan dari tahun ke tahun. Proses belajar mengajar demikian ini cenderung menyajikan rutinitas tanpa menyentuh kepersoalan-persoalan yang sifatnya mendasar.

Proses belajar mengajar pada masa yang akan datang akan berkembang pada sebuah tatanan yang kemungkinan peserta didik dan pendidik tidak berada dalam suatu ruang kelas untuk sebuah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara seperi Teleconference, Blogspot, Website, dan berbagai media audio visual seperti televisi dan radio.

Kehadiran media mempunyai arti yang sangat penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan yang disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan mengunakan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat


(21)

7

dikonkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.

Seorang guru dituntut untuk mempunyai kreativitas karena pada dasarnya kreativitas tersebut merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada setiap orang, dalam hal ini kemampuan seorang guru dalam menggunakan media pembelajaran IPS. Implementasi dari kreativitas seseorangpun tidaklah sama, bergantung kepada sejauh mana orang tersebut tau dan mampu mewujudkan daya ciptanya menjadi menjadi sebuah kreasi atau karya. Dalam hal ini pula, seorang guru misalnya harus mampu mengoptimalkan kreativitasnya, khususnya yang tertuang dalam sebuah bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya selain menjadi seorang pendidik, seorang guru pun harus menjadi seorang kreator sehingga dalam proses belajar mengajar para murid-murid akan termotivasi.

Menurut UU No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara sadar aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara”.3

Proses dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat yang optimal. Oleh karena itu, guru mempunyai tanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah mempunyai

3 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 5.


(22)

tanggung jawab untuk mengevaluasi program pembelajaran yang telah disusun dan dilaksanakan oleh guru.

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat”.4 Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu perencanaan program pelajaran yang baik, pemilihan dan penggunaan metode yang tepat serta evaluasi sebagai perbaikan dan penyempurnaan menuju tujuan yang ditetapkan.

Tetapi pada kenyataannya, berdasarkan pengalaman observasi ketika peneliti melakukan kegiatan PPKT di SMK Lingga Kencana Sawangan Depok pada bulan Agustus-Desember tahun 2011, peneliti melihat bahwa ketika proses pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran IPS tidak berlangsung secara kondusif, karena media yang digunakan oleh guru sangat terbatas, yaitu hanya menggunakan buku panduan dan papan tulis saja. Sehingga pada akhirnya peneliti melihat hasil semester siswa dimana sebagian besar siswa mendapatkan nilai IPS kurang maksimal bahkan ada juga yang nilai IPS-nya dibawah rata-rata atau kurang dari KKM, dimana nilai rata-rata siswa tidak mencapai 70 yaitu antara 60-70 sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah khususnya pada mata pelajaran IPS adalah 70.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui perbedaan antara pembelajaran yang menggunakan media kontemporer dengan yang masih menggunakan media konvensional (sebatas buku dan papan tulis). Tidak hanya itu peneliti juga menggunakan dua media yang berbeda dalam penelitian tersebut guna sebagai acuan bagi guru dalam penggunaan media pembelajaran pada proses pembelajaran. Kemudian dua media

4 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep,Strategi, dan Implementasi dalam Kurikulum


(23)

9

tersebutdibandingkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kedua media tersebut. Adapun media yang dibandingkan oleh peneliti yaitu media video versus media gambar.

B.

Permasalahan Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian pendahuluan (preliminary research) yang telah penulis lakukan, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kreatifitas guru dalam penggunaan media pembelajaran.

2. Kurangnya daya tarik siswa dalam peruses pembelajaran, dikarenakan minimnya kemampuan guru dalam menciptakan suasana kelas yang menarik.

3. Media yang digunakan dalam pembelajaran IPS masih sangat konvensional

4. Nilai rapot siswa kurang maksimal atau bahkan ada beberapa siswa yang nilainya masih dibawah KKM.

2. Penbatasan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menyadari bahwa, peneliti memiliki keterbetasan dalam melakukan penelitian. Agar pembatasan masalah lebih terarah, maka peneliti membatasi permasalah pada perbandingan hasil belajar IPS siswa secara kognitif antara siswa yang diajarkan menggunakan media video versus media gambar.


(24)

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan atau hanya membahas masalah hanya pada: Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar IPS siswa yang menggunakan media video dengan yang menggunakan media gambar di SMK Limgga Kencana Depok.

4. Pertanyaan Penelitian

Adapun yang menjadi pertanyaan umum (mayor research question) dalam

penelitian ini adalah: “Apa yang menyebabkan penggunaan buku panduan

dan papan tulis saja dalam pembelajaran, berpengaruh kepada rendahnya hasil belajar siswa?”

Dari pertanyaan umum di atas muncul beberapa pertanyaan khusus (minor research question), yaitu:

1. Mengapa guru hanya menggunakan media buku panduan dan papan tulis dalam proses pembelajaran?

2. Mengapa dengan menggunakan metode yang umum dipakai guru dalam pembelajaran tidak meningkatkan nilai mata pelajaran IPS siswa?

3.

Apakah dengan menggunakan media pembelajaran video pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

4.

Apakah dengan menggunakan media pembelajaran gambar pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

5.

Apakah terdapat perbedaan antara siswa yang diajar mengunakan media video versus gambar, pada mata pelajaran IPS.


(25)

11

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat penulis sebutkan sebagai berikut :

1. Tujuan Akademis

Adapun tujuan Akademis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a Untuk menemukan paradigma, konsep, proposisi dan model teoritis yang berhubungan dengan hasil belajar IPS, khususnya pada setting penelitian.

b Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa yang diajar menggunakan media video.

c Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa yang diajar menggunakan media gambar.

d Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan media video versus media gambar. Adapun tujuan terapan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS siswa antara yang diajar menggunakan media video dengan yang diajar menggunakan media gambar.

b Untuk memberi data bagi pemberi kebijakan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat akademis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai media pembelajaran pada umumnya akan membantu dalam meletakan dasar-dasar teori tentang hasil belajar siswa.

2. Sebagai pembanding bagi peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti mengenai perbandingan hasil belajar siswa, antara yang diajar menggunakan media video dengan yang diajar menggunakan media gambar dengan hasil belajar pada mata pelajaran lainnya.


(26)

Adapun manfaat terapannya adalah sebagai berikut :

1. Sebagai acuan bagi guru, agar menggunakan media pembelajaran yang tepat.

2. Untuk membekali pemberi kebijakan yaitu kepala sekolah dan dinas pendidikan agar melatih guru-guru terutama dalam penggunaan media pembelajaran yang tepat dan efisien


(27)

13

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoritik

1. Pengertian media pembelajaran

Media berasal dari bahasa latih “medius” yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah “perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima”.1 Gagne yang dikutip oleh Sadiman mengatakan bahwa

“media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Sementara itu Sadiman mengutip dari Briggs berpendapat bahwa “media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta dapat merangsang siswa untuk belajar”.2 Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang diajarkan dapat dibantu dengan kehadiran media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.3

Batasan lain juga dikemukakan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (Natio Education Assosiasion/NEA). Dikatakan bahwa “media adalah bentuk-bentuk komunitas baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaan diantaranya bahwa media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

1

Azhar Arsyad,.op,.cit.,hal,3

2

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaada, 2005) hal,6

3

Syaiful bahri Jamarah dan aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Asdi Mahasayat), h.120


(28)

menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, minat, dan perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi”.4

“Kata pengajaran sengaja dipakai sebagai pandanan dari kata Bahasa Inggris instruction. Kata instruction mempunyai arti yang lebih luas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru dan murid di ruang kelas (formal), pembelajaran (instruction) mencangkup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena itu dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar mengajar. Maka usaha yang terencana untuk memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa disebut pembelajaran”.5

Istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukan usaha pendidikan yang dilakukan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali. “Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyalurkan pesan dapat membangkitkan minat, perhatian dan kemauan mengarahkan fikiran serta memudahkan peserta didik sehingga terjadi belajar yang optimal”.6

“Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali”.7 Media pembelajaran sangat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar dan diantara kegunaan media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Media mampu member rangsangan yang bervariasi kepada otak kita.

b. Media membangkitkan keinginan dan minat baru, sehingga membangkitkan motivasi dan merangsang utuk belajar.

4

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, hal 7

5

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, hal 7

6

M. Nasir, Pendayagunaan Media Pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pendidikan, suara guru, vol I, 1993 hal 19 dan 23

7


(29)

15

c. Media dapat melampaui batas ruang dan waktu, contoh objek yang terlalu besar, objek yang terlalu kecil, gerak terlalu lambat atau cepat dan sebagainya.

d. Media memungkinkkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya.

e. Media menghasilkan keseragaman pengamatan, pengalaman dan persepsi. Dan juga memberikan kesempatan untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri. f. Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan

proses belajar mengajar.8

Karena beraneka ragam jenis dan kegunaannya, maka media tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan oleh sebab itu perlu pemilihan media secara cermat dan tepat agar dapt dimanfaatkan secara tepat guna. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain: tujuan yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware), mutu teknis dan biaya. Oleh karena itu perlu pertimbangan dan perhatikan antara lain:

a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penepatan media harus jelas dan operasional, spesifik dan benar-benar tergambar dalam bentuk prilaku (behavior).

b. Aspek materi perlu jadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Sesuai atau tidaknya antara materi dan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

c. Kondisi siswa dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya dan lingkungan anak menjadi perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pembelajaran.

d. Ketersediaan media disekolah atau memungkinkan bagi guru mendisain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk digunakan dikelas akan tetapi disekolah tersebut tidak tersedia media atau peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendisain atau merancang suatu media yang dihendaki tidak mungkin dilakukan oleh guru.

8


(30)

e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audiens (siswa) secara tepat dan berasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media yang sederhana

mungkin lebih menguntungkan dari pada menggunakan media yang canggih (teknologi tinggi) bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan.9

2. Pengertian Media Video

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, video diartikan sebagai rekaman gambar hidup atau program televisi lewat tayangan televisi. Atau dengan kata lain video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara.

Sebagai bahan ajar noncetak, video kaya informasi dan lugas untuk dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat sampai kehadapan peserta didik secara langsung. Selain itu, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran. Peserta didik dapat melihat gambar dari bahan ajar cetak dan suara dari program audio. Tetapi, dalam video, peserta didik dapat memperoleh keduanya, yakni gambar bergerak beserta suara yang menyertainya. Sehingga, peserta didik seperti berada disuatu tempat yang sama dengan proram yang ditayangkan dalam video.10

“Syaiful Bahri mendefinisikan video sebagai media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar yang bergerak, dan mengklasifikasikannya dilihat dari jenisnya, daya liputnya dan dari bahan serta cara pembuatannya”.11

“Budi Susanto medefinisian media video sebagai media yang berkaitan dengan indera penglihatan dan pendengaran serta mempunyai unsur gerak”.12

9

Asnawir dan Basyirudiddin usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 20 10

AndiPrasetyo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta, Diva press, 2011), h. 300

11

Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta,: PT Rineka Cipta,2002), h. 140-141

12

Budi Susanto, Media Pembelajaran, (Akademi Jurnal Pendidikan Tingg: Univ Tarumanagara,2002), h.34


(31)

17

Video pembelajaran merupakan program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau CD dan disajikan dengan menggunakan peralatan VTR atau CD player sera TV monitor.13 Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin popular dalam masyarakat. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti misalkan cerita), bisa bersifat informatif, edukatif, maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti video akan menggantikan kedudukan film. Masing–masing mampunyai kelebihan dan keterbatasannya sendiri.

Kelebihan video antara lain:

a. Dapat menarik perhatian untuk priode-priode yang singkat dari rangsangan luar lainnya.

b. Dengan video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis.

c. Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mangajar guru dapat memusatkan perhataian pada penyajiannya.

d. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

e. Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak atau objek yang berbahaya seperti harimau.

f. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komputer yang akan didengar.

g. Gambar proyeksi biasa di- “beku”-kan untuk diamati secara seksama. Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut, kontrol sepenuhnya ditangan guru.

h. Ruangan tak perlu digelapkan ketika penyajian.14

Hal-hal negatif yang perlu diperhatikan sehubungan dengan

penggunaan alat perekam pita video dalam proses belajar mengajar adalah:

a. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikan.

b. Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain.

13

Budi Susanto, Media Pembelajaran.hal.34. 14


(32)

c. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna.

d. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.15

Supaya media video dapat digunakan secara efektif dan efisien, ada tiga langkah yang harus diikuti dalam memanfaatkan media video, baik dengan tehnik pembelajaran klasik (massal), individual, maupun kelompok, yaitu:

1) Persiapan sebelum menggunakan media video

a) Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan program belajar yang sudah dibuat.

b) Mengecek kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan dengan tegangan listrik yang tersedia disekolah.

c) Mempelajari bahan penyerta.

d) Mempelajari isi program sekaligus menjadi bagian-bagian yang perlu dan tidak perlu disajikan dalam kegiatan pembelajaran. e) Mengecek kesesuaian isi program video dengan judul yang

tertera.

f) Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis dan peralatan lain yang diperlukan.

g) Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan mendengar dengan baik.16

2) Kegiatan selama memanfaatkan video

a) Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran menyarankan siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.

b) Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.

15

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, hal 75. 16


(33)

19

c) Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan dimanfaatkan.

d) Memberikan prasyarat atau persepsi pengetahuan pelajaran sebelumnya. Mengoprasikan program sesuai petunjuk pemanfaatan/petunjuk teknis bahan penyerta.

e) Mengamati atau memantau kegiatan siswa selama mengikuti program.

Lebih baik guru mengerjakan hal:

 Menjaga agar suasana kelas tetap tertib.

 Usahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh seluruh siswa yang ada diruangan.

 Atur balance televisi sehingga gambar terlihat jelas oleh siswa. f) Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap penayangan

program.

g) Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan. h) Menutup/mematikan serta membuat kesimpulan materi/isi

program sesudah memberikan evaluasi kepada siswa.17

3) Kegiatan tindak lanjut

a) Memberikan tugas kepada siswa. b) Memberi pertanyaan atau umpan balik

c) Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru kemudian mengajak siswa untuk mengadakan praktek dilaboratorium.

d) Bagi mata pelajaran yang memerlukan tambahan referensi yang lebih lengkap, guru mengajak siswa untuk belajar diperpustakaan.

e) Menginformasikan tentang pentingnya

memperhatikan/mendengarkan program video pembelajaran untuk pemanfaatan program pembelajaran video berikutnya.

17


(34)

f) Mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain yang relevan dengan materi yang diajarkan.18

Dengan menggunakan video ini siswa akan belajar dengan suasana yang berbeda, karena siswa hanya mengamati dan memperhatikan gambar yang ditayangkan serta hal ini akan menarik siswa karena diiringi dengan gambar serta fragmen yang menarik.

Pemanfaatan media video memang sangat luas, terutama perkembangan dalam bidang IPS. Informasi IPS dapat disimpan dalam VCD, dan masing-masing dapat menyimpan 55. 000 gambar atau sama dengan kira-kira 36 menit untuk perpindahan gambar.19

3. Pengertian Media Gambar

Media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. Media ini mempunyai keunggulan yang diantaranya sudah umum digunakan, mudah dimengerti, dapat dinikmati, mudah didapatkan atau dibuat, dan banyak memberikan penjelasan dari pada menggunakan media verbal.20

“Media gambar atau foto berbeda dengan media verbal atau penyampaian materi melalui lisan dalam hal hasil yang diharapkan. Media gambar mampu memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya, sehingga anak didik mampu untuk mengingatnya dengan lebih baik dibandingkan dengan metode verbal”.21 Selain itu, media gambar juga bisa memecahkan masalah yang ada dalam media oral atau verbal, yakni dalam hal keterbatasan daya ingat dalam bercerita atau menjelaskan sesuatu. Dalam hal ini, bisa jadi dalam menyampaikan materi dengan media verbal ada hal-hal yang masih tercecer dan terlupakan.

18

Pedoman Pemanfaatan Program video/VCD Pembelajaran, h.18

19

Linda Baggott and Bruce Wright, The Use of Interaktive Video in Teacing About Cell Division, (Journal of Biological Education, 2000), h.57

20

Dina Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, (Jogjakarta: Diva press, 2001), h 64. 21


(35)

21

Media gambar ini juga memiliki karakteristik yaitu, media yang hanya menekankan persepsi indera penglihatan dan bentuk visualnya dua dimensi, yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan tentang kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat, dan sebagainya. Media gambar ini juga bisa berupa peta bergambar yang mampu menyajikan dan menunjukan letak bagian-bagian tubuh mahluk hidup baik secara morfologi maupun anatomi. Media gambar merupakan media yang mampu menyajikan sesuatu melalui penyajian bergambar dalam mendapatkan sejumlah informasi dan ide yang terkandung didalamnya dengan lebih jelas, dari pada yang dapat diungkapkan oleh kata-kata, baik yang ditulis maupun yang diucapkan.22 Penggunaan media ini dapat dipakai disemua sekolah dan bisa dibuat oleh sekolah. Menurut pendapat para ahli media ini juga memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Kelebihan dari media gambar adalah:

a. Gambar dapat menerjemahkan ide-ide abstrak kedalam bentuk kongkrit. Sebagai contoh, salju merupakan barang abstrak bagi rakyat Indonesia, dengan menggunakan gambar, salju dapat ditunjukan kepada rakyat Indonesia, sehingga mereka memperoleh gambar yang jelas tentang salju.

b. Gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Seorang anak yang tinggal dipegunungan mungkin belum pernah melihat laut karena jarak yang jauh. Dengan menggunakan gambar laut dapat didekatkan dengan mereka.

c. Objek-objek yang tidak dapat ditembus oleh indera penglihatan dapat ditunjukan oleh gambar, misalkan peredaran darah, sistem gerak jantung, pencernaan makanan dan lain sebagainya.

d. Gambar sangat baik karena dapat memberikan pengalaman yang sama kepada seluruh kelompok.23

22

Dina Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, hal. 27 23

Taufik RAhmat, Pengembangan Programm Media Instruksional, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Puskom. 2001, hal 5.


(36)

Keterbatasan media gambar adalah:

a. Gambar hanya dapat menekankan persepsi indera penglihatan saja. b. Gambar tidak dapat memperagakan suara, bau, atau ciri

penginderaan lainnya.

c. Gambar dapat tergantung pada warna, gambar hitam putih tidak bisa menggambarkan mobil berwarna biru.

d. Gambar hanya dapat berbentuk dua dimensi dan tidak dapat memperagakan gerak.

e. Gambar ukuran kecil sukar diamati dalam jumlah banyak, sedangkan untuk pengadaan biayanya tinggi.24

Media gambar juga dapat menunjukan perlambang objek, lembaga dan orang, yang dapat dilihat dari ruang dan waktu. Kelebihan dari media gambar ini adalah dapat merangkum keterangan sederhana, memperlihatkan hubungan data yang satu dengan yang lain. Adapun kelemahan dari media gambar ini adalah pada media ini hanya menggambarkan secara simbolik.

4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Istilah ilmu pengetahuan sosial dalam sistem pendidikan di Indonesia baru dikenal sejak lahirnya kurikulum tahun 1975. Sebelumnya, pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat persekolahan menggunakan istilah yang berubah-ubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Misalnya kurikulum 1964 menggunakan istilah pendidikan kemasyarakatan. Ada dua kelompok mata pelajaran, ialah kelompok dasar yang terdiri atas sejarah Indonesia dan geografi Indonesia, bahasa Indonesia dan civics dan kelompok citra yang terdiri atas sejarah dunia dan geografi dunia.25

“Ilmu pengetahuan sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai kependidikan menengah atas, pada jenjang pendidikan ini, pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan

24

Taufik Rahmat, Pengembangan Programm Media Instruksional. hal 6

25

Sapriya, Pendidikan IPS “Konsep dan Pembelajaran”, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2009) cet. Ke-1 h.77


(37)

23

pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena sarta masalah sosial yang ada disekitar mereka”.26

Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagi cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, ekonomi, politik, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang diwujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang-cabang ilmu sosial.

Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha untuk memenuhi kebutuhan jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.

“Menurut Suwarna bahwa pendidikan IPS adalah program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanity yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”.27

Berdasar uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa IPS yang dimaksud dalam studi ini adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada suatu kajian sejarah, geografi, ekonomi/akuntansi, sosiologi, antropologi, ppkn, dan tata Negara.

26

Syafrudin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Individu Siswa Dalam Kurikilum Berbasi Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. I h.22

27

Tanto Sukardi, Menggagas Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Social Yang Kontruktivis, dalam Ilmu Sosial, Jakarta, oktober 2007, vol. 1, no. 02, h. 35


(38)

5. Pengertian Hasil Belajar

“Hasil belajar merupakan realisasi kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang".28 Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat melalui perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penggunaan pengetahuan, keterampilan berpikir, memberikan atau menyatakan sikap maupun keterampilan motorik.

Perolehan hasil belajar ini didapatkan berdasarkan proses belajar yang telah dialami oleh seseorang dengan melakukan organisasi dalam struktur kognitifnya sehingga seseorang dapat memahami dan mencapai pemahaman pengetahuan konsep pembelajaran. Hal ini sesuai dan ditegaskan oleh Sudjana, yang menyatakan bahwa kemampuan–kemampuan yang diperoleh siswa, setelah ia mengalami pengelaman belajar adalah hasil belajar”.29

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang berciri sebagai berikut:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa.

b. Menambahkan keyakinan akan kemampuan dirinya. c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya. d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya, terutama dalam menilai hasil belajar yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.30

Dengan demikian, hasil belajar merupakan kualitas kemampuan yang dihasilkan melalui proses aktivitas aktif dalam

28

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 102

29

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan h. 102

30

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 56-57


(39)

25

membangun pemahaman informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

1). Pengukuran hasil belajar

Efektivitas pengalaman proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai hasil belajar diharapkan adalah memiliki kemampuan lulusan yang utuh dan mencakup kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif atau perilaku. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir secara hierarkis yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan psikomotorik berkaitan erat dengan kemampuan gerak dan banyak terdapat dalam kegiatan praktek. Kemampuan afektif berkaitan erat dengan perilaku sosial, sikap, minat, disiplin, dan sejenisnya. Oleh karena itu untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar ini diperlukan indikator hasil belajar yang dapat mengungkapkan kualitas hasil pemahaman yang dimiliki oleh siswa, yakni ketercapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik adalah berupa penilaian.

Penilaian dalam pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivasi guru dan siswa agar melaksanakan pembelajaran dengan baik dan bermakna. Penilaian untuk mengukur hasil belajar ini adalah dapat menggunakan suatu alat ukur yang terbentuk tes atau nontes. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab oleh siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalarannya. Sedangkan, alat ukur yang terbentuk nontes mencakup angket, skala sikap dan sebagainya.


(40)

Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi (kognitif) bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Penilaian untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif ini adalah berbentuk tes, yang dapat mengukur kemampuan hierarkis berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Penilaian terhadap hasil belajar afektif, hasil belajar afektif adalah berkaitan dengan aspek sikap, minat, disiplin dan nilai. Oleh karena itu, pengukuran hasil belajar afektif ini lebih tepat dan sesuai bila menggunakan pengukuran hasil belajar beupa nontes, misalnya angket. Skala sikap, kuisioner dan observasi.

Penilaian terhadap hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar psikomotorik adalah berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan seseorang dalam bertindak. “Simpson dalam sofyan menyatakan bahwa hasil belajar psikomotorik ini akan tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu”.31 Untuk mengukur hasil belajar psikomotorik ini dapat menggunakan instrument tes kinerja dan nontes dengan pedoman observasi.

31

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Jakarta: UIN press, 2006 ),h. 53


(41)

27

B. Kerangka Konseptual

Selanjutnya semua uraian pada deskripsi teoritis tersebut dapat diringkas kedalam kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

MEDIA PEMBELAJARAN

MEDIA GAMBAR

GURU

MEDIA VIDEO

PROSES

PEMBELAJARAN IPS

HASIL BELAJAR IPS


(42)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjelasan uraian di atas maka penulis mempunyai anggapan dasar bahwa penggunaan media yang menarik dalam pembelajaran akan meningkatkan perhatian serta pemahan siswa, yang akhirnya akan meninngkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS. Sesuai dengan deskripsi teoritik yang telah digambarkan diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan antara hasil belajar IPS siswa pada kelas X.PB dan X.TN di SMK Lingga Kencana Depok dengan menggunakan media video dengan media gambar.

Ha : Ada perbedaan antara hasil belajar IPS siswa pada kelas X.PB dan X.TN di SMK Lingga Kencana Depok dengan menggunakan media video dengan media gambar.


(43)

29

D. Hasil Penelitian Lain

Peneliti juga menambahkan hasil penelitian orang lain untuk memperkuat hasil penelitian ini. Adapun hasil penelitian lainnya adalah sebagai berikut:

1). Mochammad Iqbal, Penerapan Media Pembelajaran Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS di SMA An Najah Rumpin-Bogor. Temuan haasil penelitian ini menunjukan terjadinya peningkatan hasil belajar sejarah XI IPS di SMA An Najah Rumpin-Bogor. Ini terlihat dalam rangkaian siklus I dan II. Pada siklus I nilai rata-rata pada siklus II adalah 65,00 lebih meningkat dibandingkan pretest siklus I yang hanya sebesar 52,90. Setelah dilakukan postest pada akhir siklus data yang diperoleh adalah nilai rata-rata hasil postes siklus II adalah 85,32 lebih meningkat dibandingkan siklus I sebesar 64,19 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 75, seluruh siswa telah mencapai nilai KKM 75 atau bias dikatakan keberhasilan mencapai 100% jika dihitung menggunakan rumus N-Gain kemampuan siswa nengalami peningkatan sebesar 0.67 dari siklus I sebesar 0,37 atau masuk kedalam katagori sedang. Hasil dari siklus II sudah mencapai 100% selanjutnya menjadi unsur terpenting dalam peningkatan hasil belajar sejarah kelas XI IPS di SMA An Najah Rumpin-Bogor.

2). Fitri Handayani, Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Hasil penelitian ini dapat disimpilkan sebagai berikut : dengan perolehan hasil belajar pada siklus 1 dan 2 mengalami perbedaan pada siklus 1 hasil belajar siswa mencapai rata-rata 6,00 dan pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 8,00 maka dapat dilihat maka hasil belajar dari siklus satu dan dua mengalami peningkatan. Begitu pula pada motivaasi belajar siswa mengalami peningkatan mencapai 95% dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa meningkat pada siklus dua.


(44)

Dapat kita lihat bahwa nilai rata-rata pada siklus II pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Iqbal dengan judul

“Penerapan Media Pembelajaran Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS di SMA An Najah Rumpin-Bogor” adalah 85,32. Sedangkan nilai rata-rata pada siklus II pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Handayani dengan

judul “Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa” adalah 8,00. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Iqbal dengan Handayani Fitri, dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Iqbal lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan olehHandayani Fitri.


(45)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Lingga Kencana Depok yang beralamat di Jl Raya Sawangan No. 47 Rangkapanjaya Baru Pancoran Mas Depok.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada saat semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 pada bulan Juli.

B. Populasi dan Sampel

“Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu, berkaitan dengan masalah penelitian”.1 Berkaitan dengan penelitian ini, populasi dan sampel yang penulis pilih adalah:

1. Populasi Target

Seluruh siswa SMK Lingga Kencana Depok yang terdaftar pada semester I tahun ajaran 2012/2013.

1

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2007) Cet. IV, h. 54.


(46)

2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.TN dan X.PB semester I SMK Lingga Kencana Depok tahun ajaran 2012/2013.

3. Sampel

Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X.TN dan X.PB semester I, dimana Kelas X.PB terdiri dari 21 siswa dengan komposisi perempuan 5 siswa dan laki-laki 16 siswa, yang metode pembelajarannya menggunakan ekspositori. Kelas X.TN Terdiri dari 21 siswa dengan komposisi perempuan 5 siswa dan laki-laki 16 siswa. “Adapun teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling yang dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu”.2

Besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a Pertimbangan praktis yaitu menyangkut biaya, waktu, tenaga dan kemampuan peneliti.

b Pertimbangan analisis data.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini penulis melakukan observasi terhadap sikap siswa dan juga terhadap cara mengajar guru dalam proses pembelajaran di kelas.


(47)

33

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Dalam hal ini penulis mewawancarai seorang guru dan 10 orang siswa kelas X.PB serta 12 orang siswa kelas X.TN secara langsung untuk mengetahui bagaimana ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPS.

3. Metode Tes

Metode tes umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar IPS Terpadu siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran yang telah diberikan oleh guru sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Adapun metode tes tersebut berupa 30 soal pilihan ganda yang diberikan kepada kelas X.PB dan X.TN, pada waktu yang telah ditentukan oleh peneliti.

D. Pengujian Validitas Alat Ukur

Validitas dapat diartikan sebagai keshahihan. Sehingga salah satu ciri tes yang baik adalah tes hasil belajar yang diujikan bersifat valid. Suatu alat ukur memiliki validitas bilaman alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang harusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu.3 Artinya ada kesesuaian antara alat ukur dan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.

Penganalisisan terhadap tes hasil belajar dilakukan dengan melakukan uji validitas isi. Artinya validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisaan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Untuk mengukur validitas maka instrument tes diujicoba pada kelas lain yang memiliki pengetahuan tentang materi pelajaran tersebut, kemudian hasil dari uji

3


(48)

instrument tersebut dihitung dengan menggunakan rumus produk

moment poin biserial berikut. Rpbi =

Dimana M1 = dan SDt =

Sedangkan dalam menentukan rata-rata peserta tes yang menjawab benar, maka digunakan persamaan berikut.

Mp =

Keterangan:

Rpbi :Koefesien korelasi poin biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variable I dengan variable II Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee Mt : skor rata-rata dari skor total (Mean Total) SDt : deviasi standar dari skor total

P : proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.

q : Proporsi testee yang menjawab salah terhdap butir soal yang sedang diuji validitasnya.

Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan nilai validitas dengan mengkonsultasikan pada table korelasi produc moment. Jika r hitung > r table maka soal tersebut dinyatakan valid, dan jika r hitung < r table maka soal tersebut dinyatakan tidak valid.


(49)

35

E. Pengujian Reliabilitas Alat Ukur

Tes hasil belajar yang baik harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Artinya setelah tes hasil belajar dilaksanakan berkali-kali terhadap subjek yang sama, maka hasilnya selalu sama atau relatif sama. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus Kudir-Rhicardson (KR20)² berikut:

r11 =

keterangan :

r11 : koefeisen reliabilitas tes n : banyaknya butir soal St² : varian total

∑ p .q : jumlah dari hasil perkalian antara p dan q

Dimana St = ∑

dan ∑xt = ∑Xt

-

Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan kriteria reliabilitas dengan mengkonsultasikan pada tabel koefesien reliabilitas tes sebagai berikut :

Tabel 3.1

Indeks Koefisien Reliabilitas Tes

Kofisien Reliabilitas Interpretasi

0,91 -1,00 Sangat Tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah


(50)

F. Pengujian Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar. Artinya derajat kesukaran masing-masing soal tersebut adalah sedang atau cukup, angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Du Bois berikut:

P = Keterangan :

P : angka indeks kesukaran item

Np : banyaknya testee yang menjawab benar pada butir soal N : Jumlah seluruh taste

Setelah didapatkan hasil, maka hasil tersebut diinterpretasikan pada table tingkat kesukaran berikut.

Tabel 3.2

Indeks Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran Interpretasi

< 0,25 Sukar

0,25 – 0,75 Sedang

> 0,75 Mudah

G. Daya pembeda

“Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara tastee yang berkemampuan tinggi dengan tastee yang berkemampuan rendah. Dalam menentukan daya pembeda suatu butir soal, rumus yang digunakan adalah”:4

D =

= P

A -

P

B

Keterangan :

D : Daya pembeda

4


(51)

37

BA : Banyaknya siswa kelas atas yang menjawab benar BB : Banyaknya siswa kelas atas yang menjawab salah JA : Jumlah siswa kelas atas

JB : Jumlah siswa kelas bawah

Tabel 3.3

Indeks Daya Pembeda Daya

Pembeda

Interpretasi

< 0,00 Sangat Buruk 0,00 – 0,20 Buruk 0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Sangat Baik

H. Teknik Analisis Data

Data-data yang masih dalam bentuk data mentah terlebih dahulu disusun dalam tabel distribusi frekuensi untuk memperoleh gambaran yang sederhana jelas dan sistematis mengenal hasil yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka kemudian dari data tersebut dihitung pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas, uji homogenitas kemudian dilakukan pengujian hipotesis terhadap data tersebut.

1. Pengujian persyaratan analisis

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan berupa uji lilliefors.5

Uji lilliefors mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

5


(52)

1) Pengamatan X1, X2, .... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, .... Zn dengan menggunakan rumus Zi = Xi – X/s (x dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel). 2) Untuk setiap bilangan baku tersebut dan dengan menggunakan

daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = p (Z ≤ Zi).

3) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, .... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika populasi ini dinyatakan dengan S (Zi), maka S (Zi) = Hitung selisih F (Zi) – (S (Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

4) Ambil harga yang paling besar diantara hara-harga mutlak selisih tersebut dan harga tersebut dinamakan dengan Lo.

5) Tentukan kriteria pengujian berikut :

a) Jika Lo ≤ Lo, Ho diterima ( data berdistribusi normal) b) Jika Lo ≤ Lo, Ho ditolak ( data tidak berdistribusi normal)

b. Uji Homogenitas

Uji homogeniats dilakuakan untuk mengetahui perbedaan antara kedua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang dilakukan penulis berupa uji fischer.

Langkah-langkah uji fischer sebagai berikut: Fh =

dengan varian =

c. Pengujian hipotesis

1. Jika varian populasi heterogen thitung = ̅̅̅̅̅–

̅̅̅̅ √

2. Jika Variasi populasi homogen thitung = ̅̅̅̅̅–

̅̅̅̅ √

sg = √ – –


(53)

39

Keterangan :

̅̅̅̅ : rata-rata hasil belajar IPS kelas eksperimen I

̅̅̅̅ : rata-rata hasil belajar IPS kelas eksperimen II S12 : variansi kelas eksperimen I

S22 : variansi kelas eksperimen II n1 : jumlah variansi kelas eksperimen I n2 : jumlah variansi kelas eksperimen II


(54)

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum SMK Lingga Kencana Tahun 2011/2012

a.

Sejarah Berdirinya SMK Lingga Kencana

Berawal dari kebiasaan masyarakat kampung parung bingung desa rangkapan jaya kecamatan pancoran mas Depok yang kini rangkapan jaya baru kec. Pancoran Mas Kota Depok dalam kegiatan rutin memberikan santunan kepada anak anak yatim atau yatim piatu yang dilaksanakan pada tiap tiap 10 Muharram atau hari #Asyura dengan tujuan memberikan kegembiraan kepada anak anak yatim setahun sekali pada tahun tahun sebelum 1945 secara terkoordinir, maka pada tahun 1967 dikembangkan usaha dan penyantunannya menjadi setiap saat berupa bantuan pendidikan dan santunan hari raya idul fitri dan 10 muharram dengan nama pengurus sosial kp. Parung Bingung. Dalam mengikuti perkembangannya pada tahun 1978 dirubah namanya menjadi Pengurus Kesejahteraan Sosial. Pada tahun 1980 yayasan pengurus kesejahteraan social diubah namanya menjadi yayasan kesejahteraan social (YKS) rangkapan jaya baru dengan akte notaries Suyatiman Tjokrosuwarna SH No. 29 pada tanggal 27 Agustus 1980.


(55)

41

Yayasan ini bernama yayasan kesehteraan social (YKS) berkedudukan serta berkantor pusat di Kp. Parung Bingung desa rangkapan jaya baru kecamatan Pancoran Mas Kota Depok dengan cabang cabang atau perwakilan tempat lain yang di anggap perlu menurut keputusan pengurus.

Yayasan ini didirikan untuk waktu yang tidak di tentukan lamanya dan dimulai sejak tahun 1945, kemudian disahkan berbentuk yayasan dengan akte notaries penanda tangan akte pendirian yaitu 27 Agustus 1980.

Yayasan ini bertujuan mengembangkan kesejahteraan sosial masyarakat dan meningkatkan pembangunan kesejahteraan sosial.

Yayasan ini berasaskan pancasila yang tertuang dalam Undang Undang dasar Negara Republic Indonesia tahun 1945.

Untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan berusaha:

a) Meningkatkan pelayanan kepada yatim piatu dan fakir miskin serta pembangunan masyarakat yang bersifat kesejahteraan sosial.

b) Mengadakan usaha usaha yang mendatangkan keuntungan yang menambah pendapatan yayasan yang gunanya untuk disalurkan kepada yang membutuhkan.

c) Mendirikan kursus kursus, keterampilan anak anak yatim piatu, anak anak terlantar, remajan putus sekolah dan lain lain yang dibutuhkan untuk kesejahteraan sosial.

d) Mendirikan asrama asrama yatim piatu, tempat pendidikan, mengurus memelihara dan menambah bangunan yang bersifat untuk kesejahteraan masyarakat yang dibolehkan oleh agama, Negara, undang undang dan peraturan yang berlaku.


(56)

PROFIL SEKOLAH

1. Nama Sekolah : SMK Lingga Kencana

Alamat (Jalan/Kec./Kab/Kota) : Jl. Raya Sawangan Depok No. 47 Kec, Pancoran Mas Depok 16434

2. Nama Yayasan (bagi swasta) : Yayasan Kesejahteraan Sosial Alamat Yayasan : Jl. Raya Sawangan Depok No.

47 Kec, Pancoran Mas Depok 16434

Telepon 021 77885137 3. SK Pendirian/Pengukuhan Sekolah : No.421.4/1207/Disidik/2004

4. NSS : 3220224011071

5. NPSN : 20229215

6. Jenjang Akreditasi/SK No. : Terakreditasi B / 02.00/440/BAP-SM / XI / 2008

7. Nama Ketua Yayasan : Ujang Tajudin

8. Nama Kepala Sekolah : Ruslan Muntaha SH.


(57)

43

c.

Visi dan Misi SMK Lingga Kencana

Adapun Visi Sekolah SMK Lingga Kencana adalah : Tamatan menjadi tenaga kerja kompetitif dalam prestasi, berilmu ilmiah, beriman amaliyah dan tanggap terhadap perubahan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berwawasan global.

Sedangkan Misi SMK Lingga Kencana :

1) Terciptanya sumber daya manusia yang berilmu ilmiah dan beramal amaliyah

2) Mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas output serta efektifitas dan efesiensi pendidikan

3) Membina semangat kebersamaan dalam kegiatan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan.

4) Meningkatkan profesioanalisme personal sehingga menumbuhkan sikap disiplin yang kompetitif dikalangan personal dan peserta didik. 5) Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat.

6) Menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman, bersih, kondusif dan refresentatif.

d.

Data Siswa SMK Lingga Kenca Tahun 2011-2012

1. Data Siswa tahun 2011-2012 :

Jumlah siswa SMK Lingga Kencana pada tahun ini berjumlah 201 siswa. Dengan perincian siswa kelas satu 88 orang, kelas dua 54 orang, dan kelas tiga 59 orang.


(58)

Tabel. 4.1

Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Lingga Kencana

No Perabotan ruang belajar dan

Peralatan Sekolah Jumlah

1 Jumlah ruang belajar 4 Buah

2 Ruang Kepala Sekolah 1 Buah

3 Ruang Guru 1 Buah

4 Ruang TU 1 Buah

6 Ruang Kamar Mandi (Siswa dan Guru) 2 buah

7 Ruang Ibadah / Musholla 1 Buah

8 Ruang Perpustakaan 1 Buah

10 Papan Pengumuman 1 Buah

11 Lapangan Olah Raga 1 Buah

12 LCD 1 Buah


(59)

45

f.

Data Guru SMK Lingga Kencana Depok

Tabel. 4.2

Data Pendidikan Guru SMK Lingga Kencana

No Nama Guru Mata

Pelajaran

Pendidikan Terakhir

1 Marhasan HN. MM.Pd PAI S2

2 Ramdani S.Pd Kewirausahawan S1

3 Drs. Nur Istritanto M.M IPS dan Prinsip Bisnis

S2

4 Imbang Rochayat S.Pd PKN, Administrasi Transaksi, Asuransi

S1

5 Ahnani SE KKPI, Perusahaan

Pegadaian

S1

6 Dra. Maswanih Al Qur`an S1

7 Miza Elman S.E Akuntansi S1

8 Yumna Sriwati S.P Matematika S1

9 Sapuroh S.E K3LH S1

10 MursinihS.Pd IPA dan PLH S1

11 Heru Nur Cahyo S.Pd Penjaskes S1


(60)

14 Dyah Maya Hapsari S.E Peralatan Transaksi S1 15 Drs. Wachid Zohari Pembayaran dan

Negosiasi

S1

B.

Deskripsi Data

1. Praktik Pembelajaran

a.Praktik Pembelajaran Media Video

Dalam penerapan media video ini guru mempunyai peranan yang lebih dominan dibandingkan dengan siswa namun siswa tetap dituntut untuk aktif untuk memahami materi yang disampaikan. Dalam penggunaan media video siswa dituntut bertanggung jawab pada dirinya sendiri untuk memahami materi karena pada dasarnya media ini lebih mengutamakan kecakapan siswa dalam memusatkan penglihatan dan pendengaran dalam proses pembelajaran serta kecermatan siswa dalam menyelaraskan antara materi yang diajarkan dengan video yang diputarkan, sehingga siswa dapat menarik kesimpulan dari apa yang ditayangkan guru dalam sebuah video.

Tahap pertama penerapan media video adalah guru menjelaskan kepada siswa mengenai materi Mata Pelajaran IPS. Dalam setiap penjelasan guru selalu memberikan contoh kongkrit yang terjadi di masyarakat yaitu berupa video untuk memudahkan siswa memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru dan sesekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan contoh atau pendapatnya, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Pada pertemuan selanjutnya guru menjelaskan materi pembelajaran secara terperinci. Dalam setiap penjelasannya guru memberikan contoh-contoh kongkrit yang ada dalam masyarakat dalam sebuah video, guru juga


(1)

BERITA WAWANCARA DENGAN GURU Sebelum Penelitian

Tujuan : Memperoleh informasi mengenai pembelajaran IPS Bentuk Wawancara : Bebas

Waktu : Agustus 2012

Tempat : SMK LinggaKencanaDepok Pertanyaan!

1. Sudah berapa lama bapak mengajar IPS? 2. Bapak mengajar di kelas berapa?

3. Persiapan apa saja yang bapak lakukan untuk mengajar? 4. Berapa KKM untuk mata pelajaran IPS?

5. Bagaimana dengan hasil belajar IPS siswa?

6. Bagaimana cara bapak memberikan motivasi kepada siswa? 7. Bagaimana cara bapak mengatasi masalah belajar pada siswa? 8. Bagaimana antusias siswa pada mata pelajaran IPS?

9. Media apa saja yang pernah bapak gunakan pada pelajaran IPS?

10.Apakah bapak tau mengenai mediapembelajaran video atau mediagambar? 11.Bagaimana menurut bapak jika pembelajaran IPS menggunakan media

pembelajaran Video atau mediaGambar?

Jawaban dari wawancara dengan guru sebelum penelitian

1. Kurang lebih 5 tahun.

2. Saya mengajar IPS kelas X (sepuluh), kelas XI (sebelas)dan XII (duabelas)

3. Sebelum mengajar saya membuat RPP dan menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam mengajar.

4. KKM untuk mata pelajaran IPS adalah 70.

5. Untuk kelas X hasil belajar mereka belum begitu terlihat, namun dari hasil ulangan harian masih banyak siswa yang nilainya di bawah KKM. Untuk kelas XIdan XII juga masih banyak siswa yang nilainya di bawah KKM.


(2)

6. Biasanya saya memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang akan dibahas sebelum belajar dimulai. Terkadang saya memberikan permainan-permainan kepada siswa.

7. Bisanya saya melakuakan pembelajaran tambahan diluar jam belajar. 8. Kelas X kurang antusias untuk pelajaran IPS, sedangkan kelas XIdan XII

sudah lebih terlihat antusiasnya.

9. Mediayang saya gunakan dalam pembelajaran IPS adalahhanyasebatasbuku LKSdanbukuPaket IPS,

namununtukmenumbuhkan rasa

semangatterkadangsayaselalumemotivasiparasiswa.

10.Saya tau mediagambar namun untuk media video saya tidak terlalutahu. 11.Sepertinya denganmenggunakan media pembelajaran yang

menarikdanbervariatifakanmeningkatkansemangatsiswadalambelajarteruta madalampembelajaran IPS.


(3)

BERITA WAWANCARA DENGAN GURU Setelah Penelitian

Tujuan : Memperoleh informasi mengenai pembelajaranIPS Bentuk Wawancara : Bebas

Waktu : Oktober 2012

Tempat : SMK LinggaKencanaDepok Pertanyaan!

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai media video dangambar? 2. Apakah metode tersebut dapat digunakan untuk mata pelajaran IPS? 3. Apakah ada kemungkinan bapak menggunakan media video dangambar? 4. Menurut bapak adakah kelemahan dan kelebihan media video dangambar? 5. Menurut bapak apa yang membedakan antara pembelajaran menggunakan

media dengan yang tidakmenggunakan media?

6. Saran-saran apa yang dapat bapak berikan dalam pembelajaran menggunakan media video dangambar?

Jawaban dari wawancara dengan guru setelah penelitian

1. Media tersebut cukup menarik, karena merupakan tantangan baru bagi siswa. Dengan media tersebut siswa tidak hanya disajikan materi melalui buku saja namun siswa juga dapat melihat contoh konkritnya melalui video atau gambar.

2. Ya media tersebut dapat digunakan untuk pelajaran IPS. 3. Ada, jika memang sesuai dengan materi yang diajarkan.

4. Kelemahannya adalahterkadangsiswahanya focus kepada media yang diberikansaja, namunsiswatidak bias menarikpesanatauintidariapa yang disampaikan.

5. Yang membedakannya adalah dimana siswa disuguhi pembelajaran yang tidak hanya terfokus atau terpusat pada buku saja namun guru juga menyajikannya melalui media lain sepsrti video dan gambar.


(4)

6. Menurut saya denganmenggunakan media yang variatifseperti video dangambar, pastinyabutuhpersiapan yang matangdari guru yang memberikanmateritersebut, baikitualat-alat yang digunakanataupunjugaketerkaitanantaracontohdenganmateri yang diberikan. Olehkarenaituhendaknya guru dapatmemberikancontoh (baik video ataugambar) yang sesuaidantepatdenganmateri yang disampaikan.


(5)

BERITA WAWANCARA DENGAN SISWA Setelah Penelitian

Tujuan : Memperoleh informasi mengenai pembelajaran IPS Bentuk Wawancara : Bebas

Waktu : Oktober 2012

Tempat : SMK LinggaKencanaDepok Pertanyaan!

1. Bagaimana pendapatmu mengenai media yang telah kalian ikuti? 2. Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS menggunakan media?

3. Apakah hasil belajar kamu meningkat setelah pembelajaran menggunakan media tersebut?

4. Apakah media ini memotivasi kamu untuk belajar?

5. Menurut kamu apa kekurangan dan kelebihan media tersebut?

6. Apa kamu memiliki saran untuk pennggunaan media tersebut dalam pembelajaran IPS?

Jawaban dari wawancara dengan siswa setelah penelitian

1. sangat menarik, karna selama ini guru tidakpernahmenggunakan media pembelajaran. Jadi ada suasana baru.

2. Ya, sangat suka.

3. Ya hasil belajar saya meningkat.

4. Media ini membuat saya senang dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

5. Kekurangannya terkadang butuhpersiapansebelumpembelajaran di mulai, sepertiproyektordan roll.

6. Agar media ini dapat dilaksanakan pada semuamatapelajaran, sehinggamurid-muridtidakjenuhdalambelajar.


(6)

LAMPPIRAN 11

OBSERVASI PRA-PENELITIAN

Hari/ tanggal : Senin 06 Agustus 2012

Observasi Proses Pembelajaran

Pada tanggal 06 Agustus 2012 peneliti melakukan observasi pembelajaran IPS di kelas X TN dan kelas X PB. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS di kelas tersebut. Hasil observasi pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut:

1. Media yang digunakan guru hanya berupa buku paket, papan tulis dan Lember Kerja Siswa (LKS).

2. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. 3. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik pada awal

pembelajaran. Namun pada pertengahan jam pelajaran, beberapa siswa mulai acuh. Ada siswa yang berbincang dan bersenda gurau dengan temannya, ada juga yang melamun bahkan mengantuk dan tidur.

4. Tidak ada siswa yang bertanya tentang materi yang disampaikan guru. Mereka hanya bertanya saat mengerjakan latihan soal yang dianggap sulit.

5. Kemampuan menjawab pertanyaan guru yang berkaitan dengan materi bagi beberapa siswa sudah baik.

6. Kemampuan siswa dalam mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya dianggap kurang, karena tidak merata kesemua siswa dan banyak juga yang lupa ketika ditanyakan kembali materi pembelajaran yang lalu.

7. Siswa berdiskusi hanya pada saat mengerjakan latihan soal.

8. Siswa yang duduk dibarisan depan terlihat antusias, sedangkan sebagian siswa lainnya menunjukkan ekspresi biasa saja.

9. Jumlah siswa yang hadir pada saat observasi berjumlah 19 siswa.

10.Guru mengkaitkan materi pelajaran dengan realita dalam kehidupan sehari-hari. 11.Guru menegur siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.


Dokumen yang terkait

Efektivitas pemanfaatan media audio visual vidio pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah (penelitian kelas di SMP Bina Sejarah Depok)

2 9 235

Pengaruh Penggunaan Media Gambar Kartun Terhadap Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas Viii Smp Al-Amanah, Setu Tangerang Selatan

2 23 191

Perbandingan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Media Video Versus Media Gambar di SMK Lingga Kencana Sawangan Depok

0 5 142

Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi (Penelitian Quasi Eksperimen Pada Kelas X di SMAN 8 Kota Tangerang Selatan)

2 28 299

Pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak lurus: kuasi eksperimen di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan

1 8 273

Hubungan persepsi pengelolaan kelas dan motivasi belajar IPS di SMK Lingga kencana Sawangan Depok

2 15 104

Penggunaan media visual gambar untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa di Kelas IV MI Yapia Parung

1 12 134

PERBANDINGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DENGAN MEDIAVIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATAPELAJARAN Perbandingan Antara Penggunaan Media Gambar dengan Media Video Terhadap Hasil Belajar Siswa Matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Padasiswa Kelas IV SD

0 1 15

PERBANDINGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DENGAN MEDIA VIDIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA Perbandingan Antara Penggunaan Media Gambar dengan Media Video Terhadap Hasil Belajar Siswa Matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pada

0 2 10

Kata Kunci: Gambar Bergerak, Gambar Diam, Hasil Belajar PENDAHULUAN - PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERGERAK DENGAN GAMBAR DIAM

0 0 10