Hubungan persepsi pengelolaan kelas dan motivasi belajar IPS di SMK Lingga kencana Sawangan Depok

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Railla Rafika

NIM. 106018200776

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

HUBUNGAN PERSEPSI PENGELOLAAN KELAS DAN MOTIVASI

BELAJAR IPS DI SMK LINGGA KENCANA SAWANGAN DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : Railla Rafika

Di bawah Bimbingan :

Dra. Manerah Nip: 196803231994032002

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(3)

(4)

(5)

(6)

SMK Lingga Kencana Sawangan Depok. Skripsi, Jakarta: Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Juni 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara Pengelolaan Kelas dan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di SMK Lingga Kencana Sawangan Depok. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Desember sampai dengan April 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMK Lingga Kencana dan sampel yang diambil yaitu seluruh siswa kelas XI SMK Lingga Kencana yang berjumlah 52 orang responden. Perhitungan koefisien korelasi yang dilakukan dengan rumus Product Moment menghasilkan rxy sebesar 0,297, ini berarti hubungan antara variabel Pengelolaan Kelas dan variabel Motivasi Belajar rendah. Karena rhitung > rtabel, maka dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antar kedua variabel tersebut. Dan dari hasil perhitungan determinasi menghasilkan KD sebesar 8,86.

Hasil temuan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang rendah antara Pengelolaan Kelas dan Motivasi Belajar IPS di SMK Lingga Kencana.

Kata Kunci : Pengelolaan Kelas, Motivasi Belajar


(7)

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Maha pemberi rahmat dan karunia kepada seluruh makhluk hidup sehingga penulis dapat kemudahan dan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Hubungan Persepsi Pengelolaan Kelas dan Motivasi Belajar IPS di SMK Lingga Kencana Sawangan Depok.” Salawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, seorang suri tauladan yang mulia dan beserta keluarga, sahabat, serta umatnya yang setia kepada ajarannya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan, Jurusan Kependidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil., Ketua Jurusan Kependidikan Islam 3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan

4. Dra. Manerah,M.Pd, Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan bimbingan materi dan metodologi dalam mengerjakan skripsi kepada penulis hingga skripsi ini selesai serta selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk terus berusaha menghasilkan skripsi yang berkualitas.

5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Kependidikan Islam yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan hingga akhirnya skripsi ini selesai.

6. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan andil besar dalam menyediakan bahan pustaka guna terselesaikannya penulisan skripsi ini.


(8)

mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Semoga SMK Lingga Kencana tetap menjadi SMK yang terbaik sehingga dapat menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas. 8. Bapak (Sairih), Ibu (Zuhaeriyah), dan adikku (Agung, Zundy, Citra), yang telah

memberikan do’a dan terus memotivasi penulis baik secara moril maupun secara materil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

9. Untuk kakak ku tersayang (Ridwan Munandar, S.Pd), yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyususn skripsi. Semoga selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan..amien

10.Rekan-rekan Mahasiswa, khususnya Program Studi Manajemen Pendidikan angkatan 2006 (Nur Khomsah, Siti Roiyah, Mardiyah, Saidah) yang selalu berbagi dalam suka dan duka. Sukses untuk kita semua..amien.

11.Semua pihak yang ikut membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. amien..

Jakarta, 16 Juni 2011

(Railla Rafika)


(9)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian………... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Motivasi Belajar IPS ……… 7

1. Pengertian Motivasi ... 7

2. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 8

3. Macam-macam Motivasi Belajar ... 10

4. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran ... 11

5. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial………. 12

6. Manfaat Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.………. 13

B. Persepsi Pengelolaan Kelas ……… ... 13

1. Pengertian Persepsi ... 13

2. Jenis Persepsi ………. 14

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi ……….. 14

4. Pengertian Pengelolaan Kelas ……… 17

5. Tujuan Pengelolaan Kelas... 21

6. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas ... 22

7. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas ... 23

8. Keterampilan Pengelolaan Kelas ………... 25

9. Masalah Pengelolaan Kelas ………... 33

10. Pengelolaan Kelas yang Efektif ……… . 34 iv


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Uji Coba Instrumen 1. Validitas Instrumen ... 39

2. Reliabilitas Instrumen ... 40

F. Instrumen Penelitian 1. Variabel Pengelolaan Kelas (X) ... 41

2. Variabel Motivasi Belalar Siswa (Y) ... 44

G. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 47

2. Uji Linieritas ... 47

H. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum tentang SMK Lingga Kencana Depok 1. Sejarah Singkat SMK Lingga Kencana ... 51

2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Lingga Kencana ... 52

3. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) ……….. 53

4. Jumlah Guru dan Siswa SMK Lingga Kencana ... 54

5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Lingga Kencana ... 57

B. Deskripsi Data 1. Data Pengelolaan Kelas (Variabel X) ... 59

2. Data Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y) ... 63

C. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Linearitas ... 67

D. Pengujian Hipotesis ... 68

E. Pembahasan... 72


(11)

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ………... 76

LAMPIRAN


(12)

Halaman

Tabel 1 : Kegiatan Penelitian di SMK Lingga Kencana ... 37

Tabel 2 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengelolaan Kelas ... 42

Tabel 3 : Skala Pengelolaan Kelas ……… 44

Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa ... 45

Tabel 5 : Skala Motivasi Belajar Siswa ……… 46

Tabel 6 : Jumlah Guru SMK Lingga Kencana Tahun Ajaran 2010-2011 …… 54

Tabel 7 : Jumlah Siswa Kelas XI SMK Lingga Kencana Tahun Ajaran 2010- 2011... 55

Tabel 8 : Sumber Daya Fisik dan Fasilitas SMK Lingga Kencana ………….. 57

Tabel 9 : Skoring Hasil Angket Pengelolaan Kelas (Variabel X) ……… 59

Tabel 10: Distribusi Frekuensi Hasil Angket Pengelolaan Kelas ………. 61

Tabel 11: Skoring Hasil Angket Motivasi Belajar (Variabel Y) ………... 63

Tabel 12: Distribusi Frekuensi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa ……….. 65

Tabel 13: Skor Angket Responden Variabel X dan Variabel Y ……… 69


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat penting dalam peradaban manusia dan dapat memajukan masyarakatnya. Karena dengan pendidikan subyek pembangunan (manusia) dididik, dibina, dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan tujuan terbentuknya subyek-subyek pembangunan yang berkepribadian utuh sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang tertuang dalam UUSPN no.20 tahun 2003, yaitu: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Salah satu unsur yang menunjang dan sekaligus terpenting dalam proses pendidikan adalah guru. Guru merupakan orang yang paling dominan terlibat langsung dengan anak didik. Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya

1

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan . (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2008) .h, 285


(14)

setiap adanya inovasi pendidikan , khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.

Guru juga merupakan aktor dan desainer pembelajaran siswa dengan salah satunya menciptakan kelas untuk belajar dan membimbing siswa untuk saling belajar membelajarkan serta membawa dampak lahirnya masukan bagi guru. Oleh karena itu, pengelolaan kelas memiliki pengertian mewujudkan sistem perencanaan pengajaran dalam setting pembelajaran nyata, dengan evaluasi yang terkontrol secara sistematik dan memberi timbal balik secara langsung.

Guru pun bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial didalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan siswa.2

Keterampilan pengelolaan kelas secara praktis berkaitan dengan usaha mempertahankan kondisi kelas dan mengembangkan iklim kelas agar tetap kondusif. Teknik mempertahankan kondisi kelas dapat dilakukan dengan cara menunjukan sikap tanggap. Sikap tanggap dapat dilakukan dengan cara membagi pandangan guru secara merata dan adil, mendekati siswa agar memberi kehangatan dan persahabatan, memberi pernyataan atau pengakuan serta menunjukan sikap tegas pada gangguan yang terjadi di kelas. Sedangkan mengembangkan iklim kelas memiliki arti menata ulang kondisi kelas yang kurang akseptabel. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui modifikasi perilaku siswa. Modifikasi perilaku siswa berarti memperbaiki cara berfikir, gaya mengekspresikan perasaan dan cara mewujudkan perilaku siswa. Terutama berkenaan dengan cara merespon masalah dan teknik pemecahan masalah yang lebih permanen.

2

Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006) . H, 10


(15)

Guru pada saat mengajar harus memiliki kemampuan dalam menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Kemampuan itu diwujudkan dalam membuka dan menutup pelajaran, mengelola kelas, menjelaskan materi pelajaran, memberikan penguatan serta mengadakan variasi pembelajaran.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dapat diwujudkan dengan pengelolaan kelas yang berorientasi pada siswa artinya guru harus memberi penekanan dan pengalaman secara langsung serta merancang proses belajar mengajar di kelas yang memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajari.

Adapun keberhasilan belajar siswa dapat juga ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung prestasinya pun akan tinggi pula, sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau semangat seseorang untuk beraktifitas. Dan tentu saja tinggi rendahnya semangat akan menentukan hasil yang diperoleh.

Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak ada motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai tujuan. Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan terutama memenuhi kebutuhan siswa.


(16)

Dari hasil penelitian yang diperoleh penulis, tampak bahwa kemampuan guru dalam mengelola kelas di SMK Lingga Kencana belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana yang diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Hal tersebut terlihat dari masih rendahnya keterampilan guru dalam mengelola kelas, khususnya dalam proses pembelajaran. Terbatasnya metode pembelajaran yang guru miliki, dan belum maksimalnya upaya guru dalam menciptakan kelas yang kondusif. 3

Di SMK Lingga Kencana masih ada guru dalam mengelola kelas belum mempunyai keterampilan pedagogik yang baik. Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru di SMK Lingga Kencana tidak begitu semangat dalam menjelaskan materi pelajaran, tidak menggunakan metode yang bervariatif dan hanya terpaku pada buku. Oleh sebab itu, siswa pun tidak begitu semangat dalam belajar. Ada juga ketika dalam proses pembelajaran, murid hanya diberikan tugas, kemudian guru itu pergi ke luar kelas. Seharusnya guru tetap ada didalam kelas untuk mengawasi siswanya dalam mengerjakan tugas.

Sebelum melakukan pembelajaran di kelas, guru diharuskan untuk membuat perencanaan pembelajaran,seperti silabus dan RPP. Di SMK Lingga Kencana masih ada guru yang belum membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ketika melakukan proses pembelajaran di kelas. Adapun yang membuat tetapi uraian materinya tidak dicantumkan di dalam RPP. Yang penulis lihat yaitu salah satu guru mata pelajaran IPS yang masih belum membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ketika melakukan proses pembelajaran. Kemudian belum maksimalnya upaya guru dalam menciptakan kelas yang kondusif, karena yang penulis lihat ketika siswa yang gaduh di kelas, guru tidak memperdulikannya. Dan masih rendahnya juga motivasi siswa disebabkan kurang efektifnya pengelolaan kelas.

Rencana Pelaksanann Pembelajaran (RPP) harus disusun oleh setiap guru yang akan melakukan proses pembelajaran di kelas. Karena pembelajaran tidak akan berhasil bila tidak ada rancangan sebelumnya. Bila setiap guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, maka di dalam

3


(17)

proses pembelajaran akan lancar, karena sudah jelas apa yang akan dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di kelas.

Motivasi belajar siswa siswi di SMK Lingga Kencana kurang bagus di karenakan guru-gurunya tidak memberikan motivasi kepada peserta didiknya. Seharusnya guru-guru memberikan motivasi agar siswa-siswinya semangat dalam belajar. Motivasi yang di berikan guru bisa dalam bentuk penghargaan bagi siswa yang berprestasi. Karena bisa jadi siswa akan menjadi giat dalam belajar. Oleh sebab itu, guru tidak hanya menguasai keterampilan dalam mengelola kelas, tetapi juga harus memberikan motivasi kepada peserta didiknya dalam pembelajaran

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk mengangkat persoalan ini dalam bentuk skripsi dengan judul “HUBUNGAN PERSEPSI PENGELOLAAN KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR IPS

studi kasus di SMK Lingga Kencana, Sawangan-Depok

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kemampuan guru IPS dalam mengelola kelas

2. Masih rendahnya kesadaran guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3. Belum optimalnya peran guru IPS sebagai mediator dalam proses pembelajaran

4. Kurangnya kemampuan guru IPS dalam menguasai keterampilan mengajar (pedagogik)

5. Belum maksimalnya upaya guru IPS dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif

6. Rendahnya motivasi belajar siswa yang disebabkan kurang efektifnya pengelolaan kelas.


(18)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas tidak seluruhnya dikaji, tetapi penulis membatasi dalam penelitian ini yaitu: Hubungan persepsi siswa antara pengelolaan kelas dan motivasi belajar IPS.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang akan diajukan adalah

1. Bagaimana Persepsi Siswa tentang Pengelolaan Kelas di SMK Lingga Kencana?

2. Bagaimana Tingkat Motivasi Belajar siswa SMK Linga Kencana? 3. Apakah terdapat hubungan persepsi siswa antara pengelolaan kelas dan

motivasi belajar IPS di SMK Lingga Kencana?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan persepsi siswa tentang pengelolaan kelas di SMK Lingga Kencana

2. Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar siswa SMK Lingga Kencana 3. Mendeskripsikan hubungan persepsi siswa antara pengelolaan kelas dan

motivasi belajar IPS di SMK Lingga Kencana.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau manfaat bagi:

1. Seluruh guru yang ada di SMK Lingga Kencana dalam melakukan pengelolaan kelas khususnya dalam proses pembelajaran dan memotivasi peserta didik dalam belajar.

2. Bagi penulis, agar bisa memahami dan menerapkan pengelolaan kelas dalam kaitannya dengan motivasi belajar siswa.


(19)

7 BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A.Motivasi Belajar IPS

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak.1

Menurut pendapat Mc.Donald sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik dalam buku Proses Belajar Mengajar, mendefinisikan motivasi adalah “perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”.2

Sedangkan Drs Ali imron,M.Pd dalam buku Belajar dan Pembelajaran, mendefinisikan motivasi sebagai “keadaan diri seseorang yang mendorong seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan yang di inginkan”.3 Dalam hal ini peran interaksi dan guru sangat penting untuk memotivasi siswa dalam belajar. Sedangkan motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam

1

Ali Imron. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996) .h,87

2

Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001) .h, 158

3


(20)

diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.4 Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan masalah.

Menurut Sardiman, motivasi belajar adalah “faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,merasa senang dan semangat untuk belajar”.5

Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar tidak hanya suatu energi menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu usaha yang mengarahkan kegiatan siswa kepada tujuan belajar.

2. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatar belakangi oleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mengapa mereka itu melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.

Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Adapun fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik dalam buku Proses Belajar Mengajar, yaitu:6

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

4

H.Martinis Yamin. Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia. (Jakarta:Gaung Persada Press, 2006) .h,173

5

Sardiman. A.M. “Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”. Penerbit: PT Raja Grafindo

Persada. 2003. Jakarta. Hal,74-75

6


(21)

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Motivasi juga dapat berfungsi sebagai “pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar”.7

Menurut Wina Sanjaya dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran,Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ada dua fungsi motivasi dalam pembelajaran, yaitu:

a. Mendorong siswa untuk beraktifitas

Maksudnya adalah guru memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan suatu kegiatan guna memperoleh nilai maksimal. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu dan besar kecilnya semangat seseorang untuk bekerja atau beraktifitas sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi orang yang bersangkutan.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah

Tingkah laku yang ditunjukan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka motivasi bukan hanya dapat menggerakkan seseorang untuk beraktifitas tetapi melalui motivasi juga orang tersebut akan mengarahkan aktifitasnya secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu.8

7

Sardiman. A.M. “Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”. Penerbit: PT Raja Grafindo Persada. 2003. Jakarta. Hal,84-86

8

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran,Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) .h,251-253


(22)

Dari fungsi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, meningkatkan motivasi belajar merupakan salah satu tugas guru yang sangat penting.

Dari keterangan di atas penulis menyimpulkan bahwa motivasi sangat penting dalam peningkatan perolehan belajar. Karena dengan adanya motivasi, suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang akan menghasilkan prestasi yang baik. Sebaliknya jika tanpa ada motivasi yang tinggi dari dalam diri seseorang, suatu pekerjaan tidak akan memperoleh hasil yang baik.

3. Macam-Macam Motivasi Belajar

Motivasi dapat di bedakan menjadi dua, yaitu:9 a. Motivasi Intrinsik.

Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar. Kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi dengan perasaan senang, dorongan tersebut mengalir dalam diri seseorang akan kebutuhan belajar. Pada intinya motivasi intrinsik adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan satu-satu jalan adalah belajar. Dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri subyek belajar.

b. Motivasi Ekstrinsik.

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi ini tumbuh diakibatkan oleh dorongan dari luar diri seseorang seperti dorongan dari orang lain dan sebagainya.

9

H.Martinis Yamin. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) .h,178-180


(23)

Ada beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik diantaranya adalah:10

1)Belajar demi memenuhi kewajiban

2)Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan 3)Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan 4)Belajar demi meningkatkan gengsi

5)Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru.

6)Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi seseorang dapat diperoleh dari dalam dirinya (Intrinsik) dan bisa juga oleh dorongan dari luar dirinya atau orang lain (Ekstrinsik).

Adapun macam-macam motivasi dilihat dari pembentukannya, yaitu:11

a.Motif-motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir. Jadi,motivasi itu ada tanpa dipelajari. Contohnya, dorongan untuk makan. Motif ini sering kali disebut motif yang disyaratkan secara biologis.

b.Motif-motif yang dipelajari

Yang dimaksud dengan motif yang dipelajari yaitu yang timbul karena dipelajari. Contohnya, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini sering kali disebut dengan motif yang disyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.

10

H.Martinis Yamin. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia…hal, 178-180

11


(24)

4. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan prilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain: (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ketekunan belajar.12

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.13

5. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial (social studies) adalah sekelompok disiplin ilmu yang secara akademis mempelajari tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.14 Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metode kuantitatif

12

H.Hamzah B.Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya, analisis di bidang pendidikan…h,27-28

13

H.Hamzah B.Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya, analisis di bidang pendidikan…h,27-28

14

Wikipedia, ”Ilmu Pengetahuan Sosial”, artikel diakses pada 12 Februari 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial


(25)

dan kualitatif. Istilah tersebut juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia di masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.

6. Manfaat Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Peran dan kedudukan pembelajaran IPS sangat strategis. Tidak saja bagi siswa tetapi juga bagi sekolah. Mata pelajaran IPS menjadi strategis karena mengkaji seluruh aspek kehidupan sosial. Di dalamnya bisa dipelajari kehidupan sosial dari dimensi sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, sosiologi, filsafat, dan psikologi sosialnya.15 Dengan pelajaran IPS, siswa diharapkan dapat mengambil nilai-nilai dari kehidupan sosial. Selain itu juga diharapkan siswa dapat memiliki kecerdasan sosial, pemikiran yang rasional dan tidak emosional dalam menyikapi permasalahan sosial yang ada di lingkungannya, serta aktif dalam mengembangkan kegiatan di sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya.

B.Persepsi Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Persepsi

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya16. Menurut M. Alisuf Sabri “Persepsi adalah pengamatan sebagai aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia menenali ransangan-ransangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya, dengan kemampuan ini memungkinkan manusia atau individu mengenali lingkungan hidupnya”17. Sedangkan menurut Bimo Walgito persepsi adalah proses diterimanya

15

Wikipedia, ”Ilmu Pengetahuan Sosial”, artikel diakses pada 12 Februari 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) Cet 4, h.863

17

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi umum dan Perkembangannya,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. Ke-1, h.45


(26)

stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris18

Menurut Sarlito Wirawan menyebutkan bahwa” Persepsi adalah kemampuan untuk membedakan atau mengelompokkan, memfokuskan objek-objek”19.Sedangkan menurut Ikhwan Luthfi, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan20.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pengamatan terhadap suatu objek atau informasi yang masuk melalui otak manusia dimana individu dapat mengenali, membedakan dan memberi tanggapan terhadap objek yang dilihat.

2. Jenis Persepsi

Bimo Walgito (dalam Ikhwan Luthfi) membagi persepsi berdasarkan pada objek persepsi. Yang terdiri dari 2 hal, yaitu:

a. Things perception/persepsi benda atau barang. Yaitu persepsi terhadap objek yang bukan manusia.

b. Social perception/persepsi sosial. Yaitu persepsi dimana objek persepsinya adalah manusia atau orang. Bimo Walgito memisahkan antara persepsi terhadap diri sendiri (self perception) dengan social perception. Persepsi sosial sendiri meliputi persepsi terhadap orang lain dan persepsi terhadap interaksi sosial21.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Setiap orang dapat memiliki persepsi berbeda sekalipun terhadap objek yang sama.

18

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset,2004), h. 87-88

19

Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi,(Jakarta: Bulan Bintang,1991), Cet Ke-6, h.39

20

Ihwan Luthfi DKK, Psikologi Sosial,(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009) h.25

21


(27)

Menurut Sondang P. Siagian menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah:

a. Diri orang yang bersangkutan

Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi apa yang dilihat, hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan minat, pengalaman dan harapan.

b. Sasaran persepsi tersebut

Sasaran itu bisa berupa orang, benda atau peristiwa. Sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.

c. Siatuasi

Persepsi harus dilihat secara kontektual, yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul22.

Menurut Sarlito Wirawan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:

a. Perhatian

Memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja, perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

b. Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda, akan menyebabkan pula perbedaan persepsi.

d. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika Serikat menunjukan

22

Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya,( Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.101-105


(28)

bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.

e. Ciri kepribadian

Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi. Misalnya A dan B yang bekerja dalam satu kantor yang sama dibawah pengawasan satu orang atasan. A yang pemalu dan penakut, akan mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan, sedangkan B yang percaya diri, menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.

f. Gangguan kejiwaan

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi23.

Persepsi setiap individu atas suatu benda berbeda-beda. Hal ini karena ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek atau benda. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap orang lain pada dasarnya sama dengan persepsi pada umumnya, perbedaan utama terletak pada objek yang dipersepsikan. Dalam hal ini orang yang dipersepsikan juga dapat mempersepsikan, di mana persepsi masing-masing mempengaruhi interaksi yang terjadi di antara individu tersebut. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi bagaimana seseorang akan memberikan perhatian pada suatu situasi dan bagaimana individu menginterpretasikan suatu keadaan, adalah dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan respon yang diberikan.

Persepsi guru tentang komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan tanggapan atau pengamatan guru mengenai komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru. Guru mengamati bagaimana penguasaan kepala sekolah terhadap komunikasi yang diterapkannya, tujuan komunikasi

23


(29)

tersebut, sikap kepala sekolah kepada guru, interaksi antara guru dan kepala sekolah.

Dengan demikian persepsi guru terhadap komunikasi interpersonal adalah interpretasi suatu objek melalui indra di mana objek tersebut adalah proses komunikasi interpersonal yang dilakukan kepala sekolah.

4. Pengertian Pengelolaan Kelas

Secara etimologi, pengelolaan kelas dapat diartikan secara terpisah, yaitu kata pengelolaan dan kata kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.

Adapun pengertian kelas menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Syaiful Bahri Dzamarah dan Aswan Zain dalam buku Strategi Belajar Mengajar adalah “suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto pengertian umum mengenai kelas yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama”.24

Dari kedua pendapat di atas, kelas dapat didefinisikan sebagai tempat atau ruang belajar kelompok siswa, dimana siswa tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar pada waktu yang sama dan mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama.

Menurut Hadari Nawawi dikutip oleh Syaiful Bahri Dzamarah dan Aswan Zain dalam buku Strategi Belajar Mengajar, memandang kelas dari dua sudut,yaitu:

24

Syaiful Bahri Dzamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) .h,196


(30)

a. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokkan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.

b. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengajar yang kreatif untuk untuk mencapai suatu tujuan.25

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kelas dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah ruangan yang digunakan oleh suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah untuk mengikuti proses belajar mengajar sebagai suatu kesatuan yang terorganisir.

Ada empat jenis kelas yang dapat kita amati yaitu sebagai berikut:26

a. Jenis kelas yang selalu gaduh. Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan ancaman sering diabadikan dan hukuman tampaknya tidak efektif.

b. Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif. Guru mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan dan kegiatan yang menyenangkan, membaca cerita, serta menyelenggarakan kegiatan kesenian dan pameran kerajinan siswa.

c. Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah menciptakan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipatuhi.

25

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…h.197-198

26

Radno Harsanto. Pengelolaan Kelas Yang Dinamis. (Yogyakarta: Penerbit Karnisius, 2007) .h,41-42


(31)

d. Jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya. Guru menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin.

Empat jenis kelas seperti di atas selalu ditemukan hampir disemua sekolah. Pengelolaan kelas sangat tergantung pada kemampuan, pengetahuan dan sikap guru terhadap proses pembelajaran.

Sedangkan didalam didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas, yaitu “sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama”.27

Selanjutnya akan dituliskan beberapa pengertian pengelolaan kelas. Menurut Raka Joni yang dikutip oleh Drs. Ade Rukmana, Asep Suryana dalam buku Pengelolaan Kelas menyatakan bahwa “pengelolan kelas adalah segala kegiatan guru di kelas yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar”.28 Dari definisi pengelolaan kelas menurut Drs. Ade Rukmana,Asep Suryana, dapat ditarik kesimpulan bahwa selain guru memberikan materi pelajaran kepada siswanya di kelas, guru pun harus menciptakan kondisi kelas yang optimal dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya dalam buku Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi “pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran”.29

Pendapat lain menurut Hadari Nawawi yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam buku Startegi Belajar Mengajar, bahwa “kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan

27

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, sebuah pendekatan evaluatif. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) .h,17

28

Ade Rukmana, Asep Suryana “Pengelolaan Kelas. (Bandung: UPI PRESS, 2006) h.29

29

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, edisi pertama, cetakan ke dua, Maret 2006), h.174


(32)

dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid”.30

Dari definisi pengelolaan kelas menurut Hadari Nawawi di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih kreatif dalam melakukan kegiatan di kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa.

Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Syaiful Bahri Dzamarah dalam buku Strategi Belajar Mengajar berpendapat bahwa “pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan”.31

Dari definisi pengelolaan kelas menurut Suharsimi Arikunto di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru dengan tujuan agar terjadi suatu proses belajar mengajar dengan situasi dan kondisi yang efektif, kondusif dan menyenangkan bagi guru dan siswa, sehingga tercapai suatu pembelajaran yang optimal dan menghasilkan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Dalam pengertian yang lain, dikemukakan oleh Pupuh Fathurrohman dalam buku Strategi Belajar Mengajar, bahwa “pengelolaan kelas merupakan suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggung jawab kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi”.

Secara operasional, Pupuh Fathurrohman mendefinisikan pengelolaan kelas “merupakan penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa yang berlangsung pada lingkungan sosial, emosional dan intelektual anak dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang membelajarkan. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, tercapainya suasana kelas yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, nyaman, dan penuh semangat sehingga terjadi

30

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…h,198 31


(33)

perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa”.32

Dari beberapa pengertian pengelolaan kelas yang dikemukakan di atas, penulis mendefinisikan pengelolaan kelas sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru dan siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan atau persiapan mengajar.

5. Tujuan Pengelolaan Kelas

Menurut Usman dalam buku Menjadi Guru Profesional, pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.

b. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.33 Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.

Suharsimi Arikunto dalam buku Pengelolaan Kelas dan Siswa, sebuah pendekatan evaluatif berpendapat bahwa “tujuan pengelolaan

32

Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar, strategi mewujudkan pembelajaran bermakna melalui penanaman konsep umum dan konsep islami. (Bandung: PT Refika Aditama, 2007) h.103-104

33

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, edisi ke empat belas, 2002) ,h.10


(34)

kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien”.34

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga siswa dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan.

6. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam buku Strategi Belajar Mengajar, prinsip-prinsip pengelolaan kelas yaitu:35

a. Hangat dan antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias kepada tugasnya atau kepada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

c. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik.

34

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, sebuah pendekatan evaluatif. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1996) .h,68

35

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) .h,207-208


(35)

d. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif

e. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif.

f. Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

Jika kita melihat prinsip-prinsip yang ada disini menunjukan bahwa kreatifitas dan produktifitas guru sangat dibutuhkan demi terciptanya pengelolaan kelas yang baik.

7. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara berkelompok maupun secara individual. Keharmonisan hubungan guru dengan anak didik, tingginya kerjasama diantara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi


(36)

yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.

Mungkin sekali pendekatan terbaik dalam mengelola kelas itu berupa pembuatan keputusan-keputusan yang direncanakan, bukan keputusan-keputusan spontan yang diambil dalam keadaan darurat. Dasar dari pendekatan ini yaitu bahwa perilaku yang baik di kelas sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau bahkan tidak.36

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam buku Strategi Belajar Mengajar, pendekatan dalam pengelolaan kelas yaitu:37

a. Pendekatan kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik

b. Pendekatan ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.

c. Pendekatan kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja, dari mana saja.

d. Pendekatan resep

Pendekatan resep ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam reaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.

e. Pendekatan pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah

36

Sumardi, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis. (Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius, 1981) .h,120

37

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) .h, 201-205


(37)

tingkah laku anak didik dan memecahkan masalah itu. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.

f. Pendekatan perubahan tingkah laku

Sesuai dengan namanya pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik.

g. Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial

Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dari suasana sosial di dalam kelas sebagai kelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan)

h. Pendekatan proses kelompok

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, di mana proses kelompok merupakan yang paling utama. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.

i. Pendekatan elektis atau pluralistik

Pendekatan elektis ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif wali / guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.

8. Keterampilan Pengelolaan Kelas

Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas, menguasai materi, pemilihan metode yang tepat, penggunaan sarana dan evaluasi yang tepat. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah timbulnya perilaku subyek didik yang mengganggu jalannya proses belajar mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya.


(38)

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan maupun melakukan kegiatan remedial.38

Keterampilan mengelola kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu “keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal”.39

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif). Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:40

1) Sikap tanggap 2) Membagi perhatian

3) Pemusatan perhatian kelompok

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengelola kelas berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, yang meliputi sikap tanggap terhadap siswa, memberi perhatian yang efektif, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas kepada siswa, meenegur siswa yang melakukan pelanggaran di kelas dan memberikan penguatan kepada siswa.

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat

38

J.JHasibuan, Dip.Ed dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) .h,82

39

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) .h, 209


(39)

mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

Bukanlah kesalahan professional guru apabila ia tidak dapat menangani setiap masalah anak didik dalam kelas. Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi ini adalah:

1) Modifikasi tingkah laku

2) Pendekatan pemecahan masalah kelompok

3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.41

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan pengembalian kondisi belajar yang optimal berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

Pada umumnya pengelolaan kelas dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengelolaan kelas secara akademik dan pengelolaan kelas secara non akademik. Pengelolaan kelas secara akademik meliputi kegiatan perencanaan pembelajaran sampai kegiatan evaluasi pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas secara non akademik meliputi pengelolaan siswa, pengelolaan fasilitas dan kedisiplinan siswa dalam belajar.

a. Pengelolaan kelas secara akademik sebagai berikut: 1) Perencanaan pembelajaran

Yang termasuk dalam kegiatan perencanaan pembelajaran adalah: a) Menyusun rancangan pembelajaran

b) Menyiapkan materi pelajaran

c) Memilih metode yang akan digunakan dalam mengajar d) Memilih media yang akan digunakan dalam mengajar.42


(40)

2) Pelaksanaan pembelajaran, meliputi: b. Membuka pelajaran

Membuka pelajaran merupakan usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental dan perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan, sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan.43 Jadi, membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.

Dalam setiap memulai pelajaran guru harus menjelaskan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan manfaatnya bagi kehidupan siswa. Pada tahap ini juga guru harus mampu mengaitkan isi pembelajaran yang akan dibahas dengan pembelajaran terdahulu yang telah dipelajari. Proses mengaitkan dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas sangat membantu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.44

c. Kegiatan inti pembelajaran

Kegiatan inti pembelajaran adalah kegiatan yang paling berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Baik buruknya keterampilan guru dalam kegiatan inti, menunjukan baik buruknya hasil belajar siswa.45 Komponen-komponen kegiatan inti pembelajaran meliputi menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, menjelaskan materi disertai dengan contoh, menggunakan metode dan media dalam mengajar sesuai dengan materi pelajaran, memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya yang belum jelas.

42

E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006). h, 98

43

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2008) .h,42

44

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) .h,18

45


(41)

d. Menutup Pelajaran

Menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.46

Komponen-komponen menutup pelajaran terdiri dari menarik kesimpulan, memberikan umpan balik kepada siswa, memberikan evaluasi kepada siswa.

b) Evaluasi Pembelajaran

Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan, maka seorang guru dituntut untuk mampu mengadakan evaluasi.

Kegiatan evaluasi pembelajaran meluputi: “Melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level) dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. Dengan dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran, maka akan dapat memahami kelemahan-kelemahan strategi pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian, evaluasi sekaligus juga menjadi salah satu teknik untuk memperbaiki program pembelajaran”47

b. Pengelolaan Kelas secara non akademik. 1) Pengelolaan Siswa

Pengaturan orang atau siswa adalah bagaimana mengatur dan menempatkan siswa di kelas sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan emosionalnya. Siswa diberikan kesempatan untuk

46

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi… h, 43 47


(42)

memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya.48

Pengelolaan siswa meliputi: a) Pengorganisasian siswa

“Untuk melatih siswa dalam berorganisasi dan dalam rangka menciptakan ketertiban kelas, perlu kiranya dibentuk organisasi siswa di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal untuk melatih dan membina siswa dalam hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggung jawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk sederhana yang personelnya meliputi ketua kelas, wakil ketua kelas, bendahara, sekretaris, dan beberapa buah seksi sesuai dengan keperluan”.49

b) Pengelompokan siswa

Pengelompokan siswa menurut Conny Semiawan, yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam buku Strategi Belajar Mengajar sebagai berikut:50

a. Pengelompokan menururt kesenangan bermain b. Pengelompokkan menurut kemampuan

c. Pengelompokkam menurut minat. c) Disiplin Kelas

“Secara umum, disiplin dapat diartikan sebagai ketaatan pada aturan yang ditetapkan. Disiplin kelas dapat diartikan sebagai tingakat ketaatan siswa terhadap aturan kelas dan teknik yang digunakan guru untuk memebangun atau memelihara keteraturan dalam kelas. Disiplin kelas merupakan keadaan tertib dimana guru dan siswa yang tergabung dalam suatu kelas tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Suasana tertib didalam kelas merupakan salah satu syarat penting bagi berjalannya proses belaajr mengajar yang efektif”.51

Disiplin kelas perlu diajarkan atau ditanamkan pada siswa karena alasan berikut:

48

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta) .h,228-234

49

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar…,h. 228-234

50 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…h. 233-234 51

Saduran bebas Crow & crow, Pengantar Ilmu Pendidikan. (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990). Cet.ke2. hal.114


(43)

a) Agar siswa mampu mendisiplinkan diri sendiri

b) Disiplin merupakan pusat berputarnya kehidupan sekolah. c) Disiplin yang tinggi akan menuju kepada terciptanya iklim belajar yang kondusif

d) Tingkat ketaatan yang rendah akan menjurus kepada tidak terjadinya belajar yang diharapkan.

e) Jumlah siswa dalam satu kelas umumnya banyak.

f) Kebiasaan berdisiplin di sekolah diharapkan menghasilkan kebiasaan berdisiplin di masyarakat.

g) Tingkat ketaatan siswa atau disiplin siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang cukup kompleks dan saling berkaitan, yang dapat dibedakan atas faktor fisik, sosial dan psikologis.52

Pembahasan di atas menunjukan bahwa pengelolaan kelas berkaitan dengan guru dan siswa. Guru hendaknya mengenal dan memahami perbedaan masing-masing siswa. Sifat dan pembawaan siswa yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku siswa di dalam kelas, termasuk dalam hal kedisiplinan kelas. Perilaku siswa yang berbeda-beda tersebut membutuhkan cara penanganan yang berbeda pula. Pemahaman dan pengetahuan tentang siswa dapat dijadikan dasar dalam menangani masing-masing siswa sesuai dengan sifat dan kemampuan siswa. Pemahaman ini akan membantu guru dalam mengelola interaksi antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas.

2) Pengelolaan Fasilitas (Pengelolaan Fisik)

Pengaturan fasilitas adalah kegiatan yang harus dilakukan siswa, sehingga seluruh siswa dapat terfasilitasi dalam aktivitasnya di dalam kelas. Pengaturan fisik kelas diarahkan untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa sehingga siswa merasa senang, nyaman, aman, dan belajar dengan baik. Pengelolaan fisik meliputi:

a) Pengaturan tempat duduk

Dalam belajar siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduknya bagus,

52


(44)

tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan belajar dengan tenang. 1. Pengaturan Ventilasi dan Cahaya

a. Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas b. Pengaturan cahaya perlu diperhatikan

c. Cahaya yang masuk harus cukup

d. Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan

2. Kelengkapan media pengajaran, meliputi: a. Alat-alat peraga media pengajaran b. Papan tulis

c. Papan presensi siswa

3. Pengaturan keindahan dan kebersihan kelas, meliputi:

a. Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya burung garuda, teks proklamasi, slogan pendidikan, para pahlawan, peta dan globe.

b. Penempatan lemari c. Pemeliharaan kebersihan.

Hal-hal yang harus dihindari guru dalam mengelola kelas, yaitu:53 a. Campur tangan yang berlebihan.

Perbuatan ini ditandai dengan komentar verbal guru yang berlebihan, yang memaksakan dirinya masuk atau mencampuri secara tidak dihendaki dalam kegiatan siswa.

b. Kelenyapan

Perbuatan yang menunjukkan adanya kelenyapan dilihat pada tingkah laku guru yang gagal dalam melengkapi suatu instruksi, petunjuk atau komentar, sehingga penyajiannya menjadi terhenti untuk beberapa saat yang sifatnya menjadi mengganggu.

53


(45)

c. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan.

Kekeliruan ini timbul bilamana guru memulai suatu aktifitas tanpa mengakhiri secara tuntas aktifitas sebelumnya.

d. Penyimpangan

Penyimpangan terjadi karena guru sedemikian asyik membicarakan suatu kegiatan yang keluar dari tujuan pelajaran.

e. Bertele-tele.

Kesalahan ini terjadi karena guru selalu mengulang-ulang hal tertentu, memperpanjang keterangan, mengubah suatu teguran yang sederhana menjadi ocehan yang berkepanjangan.

f. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu.

Kekeliruan ini ditandai oleh kegiatan guru yang membagi petunjuk secara terpisah dalam setiap kelompok, yang sebenarnya petunjuk tersebut dapat diberikan secara klasikal.

Melihat sedemikian kompleknya keterampilan mengelola kelas, maka penguasaan atau pemahaman komponen dan keterampilan menggunakannya harus dikerjakan dan dilatihkan secara intensif.

9. Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas

Menurut Made Pidarta sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam buku Strategi belajar Mengajar,masalah pengelolaan kelas,yaitu:54

a. Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.

b. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya rebut,bercakap-cakap, pergi kesana kemari dan sebagainya.

c. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya rebut, bermusuhan, mengucilkan dan sebagainya.

d. Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru.

54


(46)

e. Mudah mereaksi negatif atau terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya.

f. Moral rendah, permusuhan, agresif. Misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan uang dan sebagainya. g. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah,

seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru dan sebagainya.

Menurut Made Pidarta, variasi perilaku tersebut muncul karena ada factor-faktor lain, seperti adanya pengelompokan (pandai, sedang, bodoh), kelompok akan menjadi sumber negatif, perilaku atau afatis. Dari karakteristik individual misalnya kemampuan kurang membuat tidak puas atau dari latar belakang ekonomi yang rendah yang menghalangi kemampuannya dan sebagainya.

10. Pengelolaan Kelas Yang Efektif

Pengelolaan kelas yang efektif adalah berusaha menghilangkan atau memperkecil permasalahan-permasalahan yang terkait dengan semua problem pengelolaan kelas.

Untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:55

a. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasikan untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru. b. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu

tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok.

c. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu. d. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada

anggota-anggota.

e. Praktek guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa.

55


(47)

f. Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis, masa bodo atau bermusuhan.

C. Kerangka Berfikir

Pengelolaan kelas sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam berbagai macam aktifitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan kreatif dan terarah. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat yang kritis bagi kegiatan instruksional yang efektif. Agar seorang guru berhasil mengelola kelas hendaklah ia mampu mengantisipasi tingkah laku siswa yang salah dan mencegah tingkah laku demikian agar tidak terjadi.

Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat diwujudkan dengan pengelolaan kelas yang berorientasi pada siswa artinya guru harus memberi penekanan dan pengalaman secara langsung serta merancang proses belajar mengajar di kelas yang memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajarinya. Apabila pengelolaan kelas mempengaruhi motivasi belajar siswa, maka seorang guru harus berusaha membuat siswanya nyaman dan semangat dalam belajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa yang baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapan. Dengan demikian seorang guru ditutut untuk memiliki keterampilan pengelolaan kelas yang baik sehingga siswa akan memiliki sikap belajar yang positif atau baik ketika proses pembelajaran berlangsung.


(48)

Dengan demikian diduga terdapat korelasi positif dan kuat antara pengelolaan kelas dengan motivasi belajar siswa. Karena semakin efektif pengelolaan kelas yang dilakukan guru, maka akan semakin tinggi motivasi belajar siswa. Sebaliknya semakin tidak efektif pengelolaan yang dilakukan oleh guru, maka semakin rendah motivasi belajar siswa.

D. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun kegunaan hipotesis yaitu:

1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.

2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.

3. Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.56

Berdasarkan deskripsi teori di atas dan kerangka berfikir, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

Ha : Hipotesis alternatif, terdapat hubungan antara pengelolan kelas dan motivasi belajar siswa di SMK Lingga Kencana

H0 :Hipotesis nol, tidak terdapat hubungan antara pengelolaan kelas dan motivasi belajar siswa diSMK Lingga Kencana

56


(49)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Lingga Kencana yang beralamat di Jalan Raya Sawangan Depok, No.47 Kecamatan Pancoran Mas Depok 16434. Adapun waktu penelitiannya berlangsung pada bulan Desember 2010 s.d. bulan April 2011. Berikut perincian kegiatan penelitian di sekolah tersebut:

Tabel 1

Kegiatan Penelitian di SMK Lingga Kencana

Tanggal Kegiatan

28 Desember 2010 Izin penelitian di SMK Lingga Kencana

5 Januari 2011 Meminta data-data sekolah yang terkait dengan penelitian

24 Maret 2011 Uji coba instrumen penelitian (angket)

13 April 2011 Menyebarkan angket yang sudah diuji ke sampel penelitian

Kegiatan penelitian dimulai pada tanggal 28 desember 2011. Penulis meminta izin kepada Kepala Sekolah SMK Lingga Kencana untuk meneliti tentang pengelolaan kelas dan motivasi belajar siswa pada mata


(50)

pelajaran IPS. Seminggu kemudian, tepatnya tanggal 5 Januari 2011, penulis meminta data-data sekolah yang terkait dengan penelitian, seperti; data guru yang mengajar, data siswa kelas XI SMK Lingga Kencana, dan profil sekolah.

Pada tanggal 24 Maret 2011, penulis menguji coba instrumen penelitian kepada siswa/i SMK Lingga Kencana dengan jumlah sampel uji coba sebanyak 10 orang responden. Pada tanggal 13 April 2011, setelah instrumen melewati proses uji coba, instrumen yang valid disebar ke sampel penelitian sebanyak 52 orang responden.

B.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif berupa penelitian survey dengan metode korelasional, yaitu suatu penelitian yang berusaha mengetahui kemampuan guru dalam mengelola kelas dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa.

Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam ilmu sosiologi. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan pendekatan ini sudah terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif juga bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya.1

C.Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah semua siswa SMK Lingga Kencana. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu siswa kelas XI yang berjumlah 52 orang, dengan pertimbangan karena siswa kelas XI lebih mengetahui bagaimana guru IPS dalam mengelola pembelajaran di kelas dibandingkan dengan kelas X.

1


(51)

Penulis tidak mengambil kelas XII dikarenakan kelas XII sudah jarang ke sekolah dan ingin melaksanakan ujian nasional.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini menggunakan :

1. Observasi. Metode observasi yang di gunakan untuk mengamati seluruh kegiatan pembelajaran di SMK Lingga Kencana, serta memperoleh secara langsung data tentang bentuk-bentuk pengelolaan kelas.

2. Angket atau kuesioner. Teknik angket dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pendapat atau pandangan responden mengenai pengelolaan kelas dan motivasi belajar siswa.

E. Uji Coba Instrumen

a. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut telah sesuai mengukur apa yang hendak diukur.

Selain itu untuk mendapatkan instrumen yang valid dilakukan dengan uji coba. Dari hasil uji coba instrumen diperoleh harga koefisien korelasi antara jumlah skor setiap item (X), dengan jumlah skor keseluruhan item (Y) dengan menggunakan rumus produk moment:

rxy = { ( ) }{ ( ) }

) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N           Keterangan :

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment N : Number of Cases (Jumlah data)


(1)

DAFTAR REFERENSI Nama : Railla Rafika

Judul : Hubungan Pengelolaan Kelas dan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di SMK Lingga Kencana Sawangan-Depok

Pembimbing : Dra. Manerah

No BAB Nomor

Footnote

Halaman Skripsi

Referensi Halaman

Referensi

Paraf Pembimbing 1

I

1 1 Hasbullah, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan”.

(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2008) 285

2 2 2

Drs. Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006).

10

3

II

1 7

Drs.Syaiful Bahri Dzamarah dan Drs.Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)

196

4 2 8

Drs.Syaiful Bahri Dzamarah dan Drs.Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)

197-198

5 3 8

Drs. Radno Harsanto,M.Si. Pengelolaan Kelas Yang Dinamis.(Yogyakarta:Penerbit

Karnisius,2007) 41-42

6 4 9

Dr.Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, sebuah pendekatan evaluatif.(Jakarta:PT


(2)

7 5 9 Drs. Ade Rukmana, Asep Suryana “Pengelolaan

Kelas.(Bandung: UPI PRESS,2006).h,29 29

8 6 10

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, edisi pertama, cetakan ke dua, Maret 2006)

174

9 7 10

Drs.Syaiful Bahri Dzamarah dan Drs.Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)

198

10 8 10

Drs.Syaiful Bahri Dzamarah dan Drs.Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)

198

11 9 11

Prof.Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry Sutikno,M.Pd. Strategi Belajar Mengajar, strategi mewujudkan pembelajaran bermakna melalui penanaman konsep umum dan konsep islami. (Bandung:PT Refika Aditama,2007)

103-104

12 10 11

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru

Profesional,(Bandung:PT, Remaja Rosdakarya, edisi ke empat belas,2002)

10

13 11 12

Dr.Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, sebuah pendekatan evaluatif.(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1996)

68

14 12 12

Drs.Syaiful Bahri Djamarah dan Drs.Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)

207-208

15 13 14

Drs Sumardi,M.Ed, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis. (Yogyakarta:Penerbit Yayasan


(3)

16 14 14

Drs.Syaiful Bahri Djamarah dan Drs.Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)

201-205

17 15 16

Drs.J.JHasibuan,Dip.Ed dan Drs.Moedjiono. Proses Belajar Mengajar.(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1995)

82

18 16 16

Drs.Syaiful Bahri Djamarah dan Drs.Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)

209

19 17 16

Drs.Syaiful Bahri Djamarah dan Drs.Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)

209

20 18 17

Drs.Syaiful Bahri Djamarah dan Drs.Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)

209

21 19 18 E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional.

(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006). 98

22 20 18

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta:Kencana,2008)

42

23 21 18 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif

Kontemporer.(Jakarta:PT Bumi Aksara,2009) 18

24 22 19 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif

Kontemporer.(Jakarta:PT Bumi Aksara,2009) 18

25 23 19

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta:Kencana,2008)

43

26 24 19 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif

Kontemporer.(Jakarta:PT Bumi Aksara,2009) 20

27 25 20

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)


(4)

28 26 20

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)

228-234

29 27 20

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)

233-234

30 28 21

Saduran bebas Crow & crow, Pengantar Ilmu Pendidikan.(Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990). Cet.ke2

114

31 29 21

Saduran bebas Crow & crow, Pengantar Ilmu Pendidikan.(Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990). Cet.ke2

114

32 30 22

Drs.J.JHasibuan,Dip.Ed dan Drs.Moedjiono. Proses Belajar Mengajar.(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1995)

85-86

33 31 23

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)

218

34 32 24

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)

238-239

35 33 25

Drs.Ali Imron,M.Pd. Belajar dan Pembelajaran.(Jakarta:PT Dunia Pustaka Jaya,1996)

87

36 34 25 Prof.Dr.Oemar Hamalik. Proses Belajar

Mengajar.(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2001) 158

37 35 25

Drs.Ali Imron,M.Pd. Belajar dan Pembelajaran.(Jakarta:PT Dunia Pustaka Jaya,1996)

87

38 36 26

Drs.H.Martinis Yamin,M.Pd. Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia. (Jakarta:Gaung Persada Press,2006)


(5)

39 37 26

Sardiman. A.M. “Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003)

74-75

40 38 26 Prof.Dr.Oemar Hamalik, Proses Belajar

Mengajar.(Jakarta:PT Bumi Aksara,2001) 161

41 39 27

Sardiman. A.M. “Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2003) 84-86

42 40 27

Dr.Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran,Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2008)

251-253

43 41 28

Drs.H.Martinis Yamin,M.Pd. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia.(Jakarta:Gaung Persada Press,2007)

178-180

44 42 29

Drs.H.Martinis Yamin,M.Pd. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia.(Jakarta:Gaung Persada Press,2007)

178-180

45 43 29

Sardiman. A.M. “Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003)

86

46 44 30 Dr.H.Hamzah B.Uno,M.Pd. Teori Motivasi dan

Pengukurannya, analisis di bidang pendidikan 27-28

47 45 30 Dr.H.Hamzah B.Uno,M.Pd. Teori Motivasi dan

Pengukurannya, analisis di bidang pendidikan 27-28

48 46 31

Wikipedia, ”Ilmu Pengetahuan Sosial”, artikel diakses pada 12 Februari 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial


(6)

49 47 31

Wikipedia, ”Ilmu Pengetahuan Sosial”, artikel diakses pada 12 Februari 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial

50

III

1 35 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006) 191 51 2 44 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006) 77

52 3 45

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. ke-4

193-195

Untuk mengetahui validasi skripsi yang berjudul Hubungan Pengelolaan Kelas dan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di SMK Lingga Kencana Sawangan – Depok, maka perlu pengujian daftar referensi untuk mengetahui sumber data yang diperoleh.

Jakarta, 16 Juni 2011

Dra. Manerah 196803231994032002