Asupan Vitamin D Pembahasan

5.2.2. Asupan Vitamin D

Pada hasil penelitian ini, didapati nilai rata- rata asupan vitamin D sebesar 3,40 mcg per hari. Hal ini menunjukkan asupan vitamin D pada subjek sangat jauh dari angka kecukupan gizi AKG harian yang dianjurkan dalam PERMENKES RI 2013 sebesar 15mcg perhari. Sebanyak 97,8 subjek memiliki asupan vitamin D yang kurang. Asupan vitamin D tertinggi pada penelitian ini sebesar 15mcg per hari dan asupan terendah sebesar 0mcg per hari. Data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal. Pada analisis hubungan pada penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan vitamin D dengan kadar 25OHD serum p-value= 1,000; PR= 1,02. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari 2014 pada perempuan usia 20- 50 tahun di Kota Medan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara antara asupan vitamin D dengan kadar 25OHD serum p-value= 0,012; PR= 5,44 dan probabilitas seseorang mengalami defisiensi- insufisiensi dengan asupan vitamin D kategori kurang adalah sebesar 85. Penelitian yang dilakukan oleh Shirazi et al.2013 juga menunjukkan adanya hubungan dengan asupan vitamin D baik sehari hari dan asupan vitamin D yang bersumber dari sumplementasi memiliki hubungan dengan tingginya kadar 25OHD serum yang diteliti pada 727 orang perempuan di Swedia p=0,001. Sumber utama dari vitamin D selain paparan sinar matahari adalah asupan vitamin D, meskipun hubungan antara asupan vitamin D dan kadar 25OHD serum belum diteliti secara lanjut. Paparan sinar matahari dan diet mungkin dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan gaya hidup, misalnya rendahnya tingkat vitamin D, telah banyak dicatat terjadi pada kelompok yang berpenghasilan rendah Jaaskelainen et al., 2013. Kelemahan dalam penilaian asupan vitamin D dari penelitian ini adalah bias pada metode food recall 2x24 jam, karena kebanyakan subjek lupa atau tidak melaporkan hal yang sebenarnya. Kurangnya variasi dalam konsumsi makanan sehari- hari juga merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya asupan vitamin D pada subjek. Kebanyakan subjek mengkonsumsi sayuran yang sama dalam satu Universitas Sumatera Utara hari dan sumber vitamin D kebanyakan pada subjek hanya kuning telur, karena kuning telur cukup mudah didapat dan terjangkau secara ekonomi. Selain itu, sumber vitamin D yang dapat digolongkan susah untuk didapat di daerah pedesaan, misalnya daging, ikan, jamur, susu dan secara ekonomis tergolong mahal merupakan salah satu penyebab kurangnya asupan vitamin D pada subjek penelitian.

5.2.3. Gaya Hidup