Hipotesis Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisa Data Kesimpulan

2.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah : Terdapat hubungan antara asupan vitamin D, gaya hidup dan indeks massa tubuh terhadap kadar 25OHD serum. Universitas Sumatera Utara BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, bersifat studi deskriptik- analitik yang menganalisis hubungan anatara asupan vitamin D, gaya hidup dan indeks massa tubuh terhadap kadar 25OHD serum pada perempuan usia 20-50 tahun.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PKK Desa Aman Damai, Kecamatan Serapit, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli- Agustus 2015.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok wanita tani yang bernaung dibawah pembinaan Unit PKK Desa Aman Damai yang berlokasi di Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

4.3.1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah wanita tani yang memiliki rentang umur 20-50 tahun di Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkaunya adalah wanita tani yang memiliki rentang umur 20- 50 tahun yang bernaung dibawah Unit PKK Desa Aman Damai di Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat pada Bulan Oktober 2015. Universitas Sumatera Utara

4.3.3. Kriteria Inklusi

1. Subjek sehat secara jasmani dan rohani 2. Subjek bersedia menjadi subjek penelitian

4.3.4. Kriteria Eksklusi

1. Penderita diabetes mellitus 2. Penderita penyakit jantung

4.3.5. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus besar sampel analitis kategorik tidak berpasangan Madiyono et al. , 2014; Dahlan, 2013 Z α = deviat baku alfa Z β = deviat baku beta P 2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya Sari DK, 2014 Q 2 = 1 – P 2 P 1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti Q 1 = 1 – P 1 P 1 – P 2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P = proporsi total = P 1 + P 2 2 Q = 1 – P Universitas Sumatera Utara Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data diperoleh melalui data primer dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan untuk menilai asupan vitamin D dan gaya hidup, dilakukan penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan untuk menilai indeks massa tubuh dan pengambilan sampel darah untuk melihat kadar 25OHD serum kepada wanita tani di unit PKK Desa Aman Damai di Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat yang menjadi subjek penelitian. Pengumpulan data menggunakan metode consecutive sampling.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dari hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science SPSS. Analisis asupan vitamin D menggunakan program Nutrisurvey 2007. Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi. Data yang disajikan dalam bentuk presentase dan tabel. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Chi-Squarekai-kuadrat atau uji Fisher bila tidak memenuhi kriteria. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. HASIL PENELITIAN 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di unit Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PKK Desa Aman Damai, Kecamatan Serapit, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini merupakan desa percontohan di Kabupaten Langkat yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Gambar 5.1. Peta Kabupaten Langkat Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3° 14’–4°13’ Lintang Utara. Seperti umumnya daerah-daerah lain yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Langkat termasuk daerah yang beriklim tropis. Sehingga daerah Universitas Sumatera Utara ini memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

5.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah wanita berusia 20-50 tahun yang tergabung dalam unit PKK Desa Aman Damai yang bekerja sebagai petani. Pengumpulan data menggunakan metode consecutive sampling yang dilakukan pada bulan Oktober 2015 di Desa Aman Damai, didapatkan 45 wanita yang memenuhi kriteria inklusi sebagai subjek penelitian. Karakteristik subjek penelitian dalam penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Rentang Usia Frekuensin Persentase 20-29 tahun 2 4,4 30-39 tahun 9 20 40-50 tahun 34 75,6 Total 45 100 Berdasarkan tabel diatas, jumlah subjek penelitian yang berusia 40-50 tahun memiliki persentase lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berusia 20-39 tahun, yaitu sebesar 75,6. Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensin Persentase Tidak Sekolah 29 64,4 SD 11 24,4 SMP 4 8,9 SMA 1 2,2 Total 45 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa sebesar 29 dari total 41 subjek penelitian tidak bersekolah dan hanya satu orang subjek penelitian yang memiliki pendidikan terakhir paling tinggi, yaitu SMA. Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan Vitamin D Asupan Vitamin D Frekuensin Persentase Cukup 1 2,2 Kurang 44 97,8 Total 45 100 Berdasarkan tabel di atas, 97,8 subjek penelitian memiliki asupan vitamin D yang kurang, dan hanya satu subjek penelitian yang memiliki asupan vitamin D ≥15 mcg per hari. Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Paparan Sinar Matahari Paparan Frekuensin Persentase Cukup 36 80 Kurang 9 20 Total 45 100 Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup, yaitu lebih dari 1 jam paparan empat kali lebih banyak dibandingkan dengan subjek penelitian yang kurang paparan sinar matahari. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pemakaian Sunblock Sunblock Frekuensin Persentase Tidak 35 77,8 Ya 10 22,2 Total 45 100 Berdasarkan tabel 5.5. distribusi frekuensi subjek penelitian yang tidak memakai sunblock ketika keluar rumah memiliki persentase lebih banyak dibandingkan dengan subjek penelitian yang meggunakan sunblock saat keluar rumah yaitu sebesar 77,8. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pemakaian Hijab Hijab Frekuensin Persentase Tidak 21 46,7 Ya 24 53,3 Total 45 100 Berdasarkan tabel 5.6. distribusi frekuensi subjek penelitian yang memakai hijab ketika keluar rumah lebih banyak daripada subjek penelitian yang tidak meggunakan hijab saat keluar rumah yaitu sebesar 24 subjek. Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Indeks Massa Tubuh IMT Frekuensin Persentase Normal 19 42,2 Overweight 13 28,9 Obesitas 13 28,9 Total 45 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 5.7. subjek penelitian yang memiliki berat badan normal memiliki persentase terbesar yaitu 42,2, sedangkan subjek penelitian yang memiliki berat badan berlebih overweight dan obesitas memiliki presentase yang sama. Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar 25OHD Serum Kadar 25OHD Serum Frekuensin Persentase Sufisiensi 1 2,2 Defisiensi-Insufisiensi 44 97,8 Total 45 100 Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa hampir keseluruhan subjek penelitian mengalami defisiensi-insufisiensi 25OHD dalam serum, dan hanya satu subjek penelitian dari total 45 subjek penelitian yang masuk dalam kategori sufisiensi kadar 25OHD serum yaitu dengan nilai ≥ 30 ngmL.

5.1.3. Hasil Analisis

Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti, maka diperoleh analisis hubungan asupan vitamin D, gaya hidup dan indeks massa tubuh dengan kadar 25OHD serum. Hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Analisis Hubungan Asupan Vitamin D dengan Kadar 25OHD Serum Asupan Vitamin D Kadar 25OHD Serum Total n p-value PR 95 C.I Sufisiensi Defisiensi- Insufisiensi n n min max Cukup 1 2,2 1 1,000 1,02 0,98 1,07 Kurang 1 2,2 43 95,6 44 TB f Total 45 Keterangan: TB= Tidak Bermakna; f = uji Fisher Tabel 5.9. menunjukkan hasil analisis hubungan asupan vitamin D dengan kadar 25OHD serum. Didapati hanya satu subjek yang memiliki asupan vitamin D yang cukup dan subjek tersebut termasuk dalam kelompok defisiensi-sufisiensi, sedangkan pada subjek yang memiliki kadar 25OHD serum yang ≥30ngmL memiliki asupan vitamin D yang kurang. Berdasarkan analisis tersebut, didapatkan p-value sebesar 1,000 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin D dengan kadar 25OHD serum. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Analisis Hubungan Gaya Hidup dengan Kadar 25OHD Serum Gaya Hidup Kadar 25OHD Serum Total n p- value PR 95 C.I Sufisiensi Defisiensi- Insufisiensi n n min Max Paparan Cukup 1 2,2 35 77,8 36 1,000 0,97 0,92 1,02 Kurang 9 20 9 TB f Sunblock Tidak 1 2,2 34 75,6 35 1,000 0,97 0,92 1,03 Ya 10 22,2 10 TB f Hijab Tidak 1 2,2 20 44,4 21 0,467 0,95 0,87 1,05 Ya 24 53,3 24 TB f Keterangan: TB= Tidak Bermakna; f = uji Fisher Tabel 5.10. menunjukkan hubungan gaya hidup dengan kadar 25OHD serum. Dalam penelitian ini, gaya hidup terdiri dari paparan sinar matahari, pemakaian sunblock dan pemakaian hijab. Dari data tersebut didapati satu subjek yang memiliki kadar 25OHD serum dalam kategori sufisiensi memiliki paparan sinar matahari yang cukup, tidak memakai sunblock ketika keluar rumah dan tidak menggunakan hijab. Secara keseluruhan hasil analisis didapati nilai p pada paparan sinar matahari sebesar 1,000 , nilai p pada pemakaian sunblock sebesar 1,000 dan nilai p pada pemakaian hijab sebesar 0,467, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara gaya hidup dengan kadar 25OHD serum pada penelitian ini dikarenakan nilai p 0,05. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11. Analisis Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar 25OHD Serum Indeks Massa Tubuh Kadar 25OHD Serum Total n p-value PR 95 C.I Sufisiensi Defisiensi- Insufisiensi n n min Max Normal 1 2,2 18 40 19 0,422 0,48 0,85 1,05 Overweigh- Obesitas 26 57,8 26 TB f Total 45 Keterangan: TB= Tidak Bermakna; f = uji Fisher Tabel 5.11. menunjukkan hubungan antara indeks massa tubuh dengan kadar 25OHD serum. Terdapat satu subjek yang memiliki kadar 25OHD serum yang tergolong dalam kategori sufisiensi memiliki indeks massa tubuh yang normal, sedangkan 26 subjek yang memiliki indeks massa tubuh dalam kategori overweight dan obesitas termasuk dalam kategori defisiensi- insufisiensi kadar 25OHD serum. Berdasarkan data tersebut, peneliti melakukan analisis dengan Fisher’s Exact Test dikarenakan data tidak memenuhi syarat dari uji statistik Chi-square sehingga didapatkan nilai p= 0,422, karena p 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar 25OHD serum.

5.2. Pembahasan

Rendahnya kadar 25OHD serum pada perempuan banyak dilaporkan di negara bermusim dan akhir- akhir ini semakin banyak laporan bahwa hal ini juga terjadi pada negara beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Hal ini ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sari et al.2014 pada 156 wanita di Sumatera Utara menunjukkan bahwa 95 dari subjek penelitian memiliki kadar 25OHD serum yang termasuk dalam kategori defisiensi-insufisiensi dengan kadar rata rata 17,71 ngmL. Universitas Sumatera Utara Berbagai faktor resiko bisa menyebabkan kurangnya kadar 25OHD serum pada perempuan di daerah tropis, antara lain asupan vitamin D yang kurang, perubahan gaya hidup perempuan yang cenderung menghindari matahari, dan indeks massa tubuh yang umumnya berada pada kategori overweight- obesitas pada perempuan.

5.2.1. Karakteristik Demografi

Karakteristik demografi berdasarkan lokasi penelitian didapati lokasi penelitian yaitu Kabupaten Langkat berada pada 3° 14’–4°13’ Lintang Utara yang berarti paparan sinar matahari pada daerah tersebut maksimal karena dekat dengan garis ekuator 0°. Dalam hal ini peneliti berharap subjek penelitian mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup. Akan tetapi, dalam hasil penelitian ini, walaupun 96 subjek penelitian mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup yaitu paparan lebih dari 1 jam, sebesar 97,8 subjek penelitian mengalami defisiensi- insufisiensi kadar 25OHD serum. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nimitphong dan Holick 2013, di Delhi pada 404 subjek di segala usia termasuk balita, anak-anak usia sekolah, ibu hamil dan laki laki dewasa dan 48 subjek penelitian memiliki status ekonomi menengah kebawah, berada pada daerah 28,38° Lintang Utara yang mendapatkan paparan matahari sepanjang tahun menyatakan bahwa 91 dari subjek penelitian mengalami defisiensi vitamin D dengan kadar rata-rata 25OHD serum yang tidak jauh berbeda antara kelompok ekonomi memengah ke atas dan kelompok ekonomi menengah kebawah, yaitu sebesar 13,6 ngmL dan 11,6 ngmL. Hasil yang tidak jauh berbeda didapatkan dari penelitian pada 1137 relawan yang sehat di Mumbai, daerah India bagian barat yang terletak pada 18,56° Lintang Utara yang menyatakan bahwa 70 subjek penelitian mengalami defisiensi vitamin D dengan kadar rata-rata 25OHD serum 17,6 ngmL dan prevalensi 79 terbanyak pada perempuan. Secara umum, daerah yang berada pada garis ekuator lebih mendapatkan paparan matahari sepanjang tahun, hal ini merupakan faktor pendukung untuk sintesis vitamin D. Akan tetapi, paparan sinar matahari yang berlebih pada daerah Universitas Sumatera Utara ekuator menyebabkan suhu lingkukan tinggi dan menyebabkan perubahan pola hidup masyarakat yang tinggal di sekitar ekuator. Sebagai contoh adalah penggunaan sunblock, pemakaian topi atau payung, berlindung di tempat teduh dan menggunakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga menyebabkan kurangnya paparan sinar matahari yang di dapatkan. Hal ini menjadi faktor terjadinya defisiensi vitamin D pada masyarakat yang tinggal di daerah ekuator Nimitphong dan Holick, 2013. Berdasarkan karakteristik demografi subjek penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, sebesar 75,6 subjek penelitian berusia 40-50 tahun, ini merupakan usia yang rentang terhadap resiko defisiensi kadar 25OHD serum dikarenakan pada usia tersebut kebanyakan perempuan memiliki masalah gizi dikarenakan sindroma pre-menopause dan juga penurunan fungsi organ tubuh sehingga sintesis vitamin D tidak optimal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Moan et al.2009 dalam Shirazi et al.2013 menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara usia dan kadar 25OHD serum. Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut terjadi penurunan produksi vitamin D pada kulit, berkurangnya proses absorbsi pada sistem pencernaan dan karena menurunnya fungsi ginjal pada lansia. Namun, menurut penelitian yang diakukan oleh Sari 2014 secara umum, defisiensi dan insufisiensi dapat terjadi di berbagai kelompok usia, tidak ada hubungan usia lanjut seperti 50 tahun atau usia muda 20 tahun, semua kelompok usia mempunyai resiko untuk mengalami defisiensi vitamin D. Karakteristik subjek berdasarkan pendidikan yaitu sebesar 64,4 subjek tidak bersekolah, hal ini dapat mempegaruhi pengetahuan subjek mengenai sumber makanan yang mengandung vitamin D dan pola pemilihan menu makanan yang dikonsumsi oleh subjek sehari hari. Menu makanan yang kurang bervariasi dan kurangnya konsumsi sumber makanan yang mengandung vitamin D dapat dilihat ketika peneliti melakukan analisis food recall 2x24 jam. Universitas Sumatera Utara

5.2.2. Asupan Vitamin D

Pada hasil penelitian ini, didapati nilai rata- rata asupan vitamin D sebesar 3,40 mcg per hari. Hal ini menunjukkan asupan vitamin D pada subjek sangat jauh dari angka kecukupan gizi AKG harian yang dianjurkan dalam PERMENKES RI 2013 sebesar 15mcg perhari. Sebanyak 97,8 subjek memiliki asupan vitamin D yang kurang. Asupan vitamin D tertinggi pada penelitian ini sebesar 15mcg per hari dan asupan terendah sebesar 0mcg per hari. Data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal. Pada analisis hubungan pada penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan vitamin D dengan kadar 25OHD serum p-value= 1,000; PR= 1,02. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari 2014 pada perempuan usia 20- 50 tahun di Kota Medan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara antara asupan vitamin D dengan kadar 25OHD serum p-value= 0,012; PR= 5,44 dan probabilitas seseorang mengalami defisiensi- insufisiensi dengan asupan vitamin D kategori kurang adalah sebesar 85. Penelitian yang dilakukan oleh Shirazi et al.2013 juga menunjukkan adanya hubungan dengan asupan vitamin D baik sehari hari dan asupan vitamin D yang bersumber dari sumplementasi memiliki hubungan dengan tingginya kadar 25OHD serum yang diteliti pada 727 orang perempuan di Swedia p=0,001. Sumber utama dari vitamin D selain paparan sinar matahari adalah asupan vitamin D, meskipun hubungan antara asupan vitamin D dan kadar 25OHD serum belum diteliti secara lanjut. Paparan sinar matahari dan diet mungkin dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan gaya hidup, misalnya rendahnya tingkat vitamin D, telah banyak dicatat terjadi pada kelompok yang berpenghasilan rendah Jaaskelainen et al., 2013. Kelemahan dalam penilaian asupan vitamin D dari penelitian ini adalah bias pada metode food recall 2x24 jam, karena kebanyakan subjek lupa atau tidak melaporkan hal yang sebenarnya. Kurangnya variasi dalam konsumsi makanan sehari- hari juga merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya asupan vitamin D pada subjek. Kebanyakan subjek mengkonsumsi sayuran yang sama dalam satu Universitas Sumatera Utara hari dan sumber vitamin D kebanyakan pada subjek hanya kuning telur, karena kuning telur cukup mudah didapat dan terjangkau secara ekonomi. Selain itu, sumber vitamin D yang dapat digolongkan susah untuk didapat di daerah pedesaan, misalnya daging, ikan, jamur, susu dan secara ekonomis tergolong mahal merupakan salah satu penyebab kurangnya asupan vitamin D pada subjek penelitian.

5.2.3. Gaya Hidup

Hasil analisis hubungan gaya hidup dengan kadar 25OHD serum menghasilkan nilai p= 1,000 untuk paparan sinar matahari dan pemakaian sunblock ; p=0,467 untuk pemakaian hijab. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup dengan kadar 25OHD serum pada subjek di penelitian ini. Hasil penelitian untuk pemakaian sunblock dan pemakaian hijab ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari 2014 pada 156 perempuan sehat berusia 20- 50 tahun yang bekerja di lingkungan indoor dan outdoor di kota Medan, menyakatakan bahwa tidak ditemukannya hubungan antara pemakaian tabir surya dengan terjadinya defisiensi- insufisiensi p= 0,680 dalam penelitian yang dilakukan oleh Sari 2014 menyatakan bahwa tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara cara berpakaian pemakaian hijab dengan terjadinya defisiensi-insufisiensi p= 1,000 dengan menggunakan analisis uji statistik Fisher . Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Binkey et al. 2007 pada 93 laki-laki dan perempuan di Honolulu, Hawai menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara paparan sinar matahari pada subjek yang tidak memakai sunblock dan paparan sinar matahari per minggu terhadap padar 25OHD serum p= 0,18; r 2 = 0,02. Untuk hasil penelitian paparan sinar matahari dengan kadar 25OHD serum, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joh et al. 2015 pada 3.450 laki-laki dan perempuan sehat berusia 18- 29 tahun di Jepang bahwa paparan sinar matahari sebesar ≥ 30 menit per hari tidak terlalu berpengaruh moderate terhadap kadar 25OHD serum pada tubuh p = 0,032 ; β=0,37. Sedangkan Universitas Sumatera Utara menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari et al.2013 tidak sejalan dengan penelitian ini, pada penelitian yang dilakukan pada 156 perempuan sehat pada musim kemarau di Indonesia menyatakan bahwa paparan matahari di musim kemarau lebih dari 60 menit per hari sangat berpengaruh terhadap kadar 25OHD serum pada perempuan p= 0,007; r= 0,739. Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiati 2008 pada 74 perempuan berusia 60- 90 tahun yang tinggal di 4 panti werda di Jakarta dan Bekasi menunjukkan bahwa paparan matahari selama 25 menit tiga kali seminggu pada jam 09.00 WIB dapat memperbaiki vitamin D, hal ini terbukti dengan peningkatan kadar 25OHD pada kelompok yang dipajan meningkat secara bermakna p= 0,00. Hasil pada penelitian ini memiliki bias, karena pengukuran lamanya paparan sinar matahari berdasarkan berapa lama subjek berada pada di luar rumah, bukan merupakan hasil pemantauan dari pajanan sinar matahari langsung pada daerah tertentu seperti wajah, telapak tangan dan lengan seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Setiati 2008. Banyak faktor yang mempengaruhi bias ini, antara lain pemakaian hijab sehingga bagian tubuh yang terpapar matahari dari subjek hanya bagian wajah dan telapak tangan, pemakaian sunblock yang mengurangi penyerapan dari sinar UV pada subjek, juga perilaku menghindar dari matahari pada perempuan, seperti berteduh dan menggunakan payung atau topi ketika akan terpapar sinar matahari langsung. Berlidung di tempat yang teduh dan menghindari sinar matahari dapat mengurangi sinar UV sebesar 50. Penggunaan sunblock pada perempuan dapat mengurangi sintesis vitamin D3 sebesar 92,5-99 Hossein-nezhad dan Holick, 2013. Pada hasil penelitian ini 77,8 subjek tidak menggunakan sunblock akan tetap mereka tetap mengalami defisiensi-insufisiensi, hal ini memungkinkan bahwa walaupun subjek tidak menggunakan sunblock akan tetapi mereka tetap berusaha mengurangi paparan matahari dengan cara berlindung di tempat yang teduh ataupun menggunakan topi ketika pergi ke sawah sehingga mengurangi paparan sinar UV sebesar 50. Orang dengan warna kulit gelap, memiliki daya proteksi terhadap paparan sinar matahari dari melamin yang terkandung pada kulit mereka dan memiliki Universitas Sumatera Utara kemampuan untuk memproduksi vitamin D 90 lebih rendah daripada orang berkulit putih Manicourt dan Devogelaer, 2008. Pada penelitian ini, didapati 20 subjek yang tidak menggunakan hijab mengalami defisiensi-insufisiensi. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan populasi pada penelitian termasuk ras mongoloid yang sebagian besar memiliki kulit sawo matang, sehingga memungkinkan pigmen kulit sebagai faktor pelindung sinar matahari. Secara keseluruhan, paparan sinar matahari saja tidak cukup untuk memenuhi kadar 25OHD serum pada tubuh, tetapi juga harus diimbangi dengan asupan vitamin D yang adekuat, mengubah gaya hidup yang cenderung menghindari paparan sinar matahari serta dibutuhkan suplementasi vitamin D untuk memenuhi kebutuhan harian Binkey et al., 2007.

5.2.4. Indeks Massa Tubuh

Pada penelitian yang telah dilakukan, didapati nilai P dari uji analisis Fisher pada hubungan indeks massa tubuh IMT dengan kadar 25OHD serum sebesar 0,422, karena nilai p 0,05 maka dapat disimpulkan pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh IMT dengan kadar 25OHD serum. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Woersman et al. 2000 pada 19 subjek dengan IMT normal dan 19 subjek dengan IMT obesitas di Philadelphia menunjukkan bahwa IMT tidak berpengaruh terhadap kadar 25OHD serum, terbukti pada perlakuan dengan memberikan suplementasi oral kepada 2 kelompok subjek dengan IMT normal dan obesitas, didapati peningkatan kadan 25OHD serum yang signifikan pada kelompok obesitas, terutama setelah mendapatkan paparan sinar matahari p= 0,003; r= 0,55. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari et al.2014 pada 156 perempuan sehat selama musim kemarau di Indonesia menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara BMI dan kadar 25OHD serum p= 0,700. Namun, penelitian ini tidak sejalan pada penelitian yang dilakukan oleh Saliba et al. 2012 pada subjek yang berusia ≥ 20 tahun di Israel menunjukkan hasil korelasi negatif antara kadar 25OHD serum dan IMT r 2 = 0,63; p 0,01. Universitas Sumatera Utara Penelitian yang dilakukan oleh Greenfield et al.2012 pada subjek dengan rentang usia 12 sampai 79 tahun di Kanada menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan rendahnya kadar 25OHD serum p 0,0001. Hal ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari, DK 2014 pada 156 perempuan berusia 20- 50 tahun yang bekerja di lingkungan outdoor dan indoor di kota Medan menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna pada kadar lemak tubuh dengan terjadinya defisiensi- insufisiensi vitaminD p= 0,003 dengan menggunakan analisis uji statistik chi-square. Perbedaan yang terjadi pada penelitian ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain rendahnya asupan makanan yang mengandung vitamin D dikarenakan tidak adanya asupan suplemen yang mengandung vitamin D, susahnya mendapatkan bahan makanan yang mengandung vitamin D, kurangnya paparan sinar matahari, sumber bahan makanan vitamin D yang tergolong mahal dan sulit dijangkau untuk kalangan ekonomi bawah dan adanya perubahan gaya hidup perempuan seperti menghindari paparan sinar matahari, pemakaian sunblock ketika keluar rumah, dan pemakaian hijab. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Sebaran subjek penelitian berdasarkan usia dan pendidikan adalah 34 subjek 75,6 berusia 40-50 tahun dan 29 subjek 64,4 tidak sekolah. 2. Sebaran subjek penelitian berdasarkan asupan vitamin D adalah 44 subjek 97,8 memiliki asupan vitamin D yang kurang. 3. Sebaran subjek penelitian berdasarkan gaya hidup adalah 36 subjek 80 mendapatkan paparan sunar matahari yang cukup, 35 subjek 77,8 tidak menggunakan sunblock dan 24 subjek 53,3 menggunakan hijab. 4. Sebaran subjek penelitian berdasarkan indeks massa tubuh adalah 26 subjek 57,8 mengalami overweight-obesitas. 5. Sebaran subjek penelitian berdasarkan kadar 25OHD serum adalah 44 subjek 97,8 mengalami defisiensi-insufisiensi. 6. Hasil analisis hubungan antara asupan vitamin D dengan kadar 25OHD dengan perempuan usia 20-50 tahun menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan vitamin D dengan kadar 25OHD dengan perempuan usia 20-50 tahun p= 1,000 7. Hasil analisis hubungan gaya hidup dengan kadar 25OHD dengan perempuan usia 20-50 tahun menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup dengan kadar 25OHD dengan perempuan usia 20-50 tahun p paparan sinar matahari= 1,000; p penggunaan sunblock 1,000; p penggunaan hijab=0,467. 8. Hasil analisis hubungan indeks massa tubuh dengan kadar 25OHD dengan perempuan usia 20-50 tahun menjunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar 25OHD dengan perempuan usia 20-50 tahun p=0,422. Universitas Sumatera Utara

6.2. Saran