Dakwaan Subsider Analisis Kasus

102 Dalam peraturan perundang-undangan secara formil, tidak ditemukan perbuatan-perbuatan yang dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat yang dilakukan oleh Terdakwa dalam perkara ini, dan hal tersebut juga tidak terbukti dari pembuktian yang diajukan oleh Penuntut Umum dipersidangan. Bahwa berdasarkan rangkaian pertimbangan tersebut terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi.

2. Dakwaan Subsider

Oleh karena Dakwaan Primair tidak terbukti maka akan dipertimbangkan Dakwaan Subsidiair, yakni Terdakwa telah didakwa melakukan perbuatan yang melanggar Pasal 3 jo. Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidanayang menurut perumusan deliknya mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1. Setiap orang 2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi 3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan 4. Dapat merugikan keuangan negara, atau perekonomian negara 5. Orang yang melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan Universitas Sumatera Utara 103 Ad. 1. Unsur pertama Setiap orang Unsur “setiap orang” yang dimaksudkan dalam Pasal 3 UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No.20 Tahun 2001 ini adalah Kata “setiap orang” sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 3 UU No.31 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau termasuk korporasi dimana dalam Pasal 2 UU No.31 Tahun 1999, tidak ditentukan adanya suatu syarat yang menyertai kata ‘setiap orang’ tersebut, oleh karenanya sesuai dengan pengertian yang diberikan dalam Pasal 1 angka 3 di atas, maka subjek pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ini dapat berupa ‘orang perorangan’danatau ‘korporasi’, sedangkan pengertian ‘korporasi’ itu sendiri adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang berorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum sama dengan pengertian Unsur Setiap Orang yang terdapat dalam Pasal 2 UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, yang mana unsur tersebut telah dinyatakan bahwa yang dimaksud setiap orang di sini adalah terdakwa Drs. H. Rahudman Harahap, MM. Ad. 2. Unsur kedua Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi Istilah “dengan tujuan” dalam perumusan Pasal 3 UU No.31 Tahun 1999 ini mengandung pengertian sebagai niat, kehendak atau maksud, sehingga makna dari unsur kedua ini adalah kehendak untuk menguntungkan diri sendiri, menguntungkan orang lain, atau menguntungkan suatu korporasi. Dalam konteks perkara tindak pidana korupsi sebagaimana didakwakan kepada Terdakwa in casu, pelaksanaan niat, kehendak atau maksud untuk menguntungkan diri sendiri, menguntungkan orang lain, atau menguntungkan suatu korporasi tersebut, haruslah dilakukan secara aktif, yang bermakna adanya Universitas Sumatera Utara 104 ‘kesengajaan’, dengan kata lain, untuk dapatnya dinyatakan terbukti unsur kedua dalam Dakwaan Subsidair Penuntut Umum ini, haruslah ada keuntungan pada diri Terdakwa, atau ada orang lain yang diuntungkan, atau ada suatu korporasi yang diuntungkan, hal ini sebagai konsekuensi dari pelaksanaan niat, kehendak atau maksud menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau korporasi sebagaimana dimaksud dalam pasal Dakwaan Subsidair Penuntut Umum a quo. Pengertian ‘menguntungkan’ adalah memperoleh untung atau keuntungan dan tidak harus dilihat dari bertambahnya kekayaan atau harta benda Terdakwa secara signifikan atau berlebihan, tetapi cukup dengan bertambahnya sedikit saja kekayaan atau harta benda terdakwa atau orang lain atau suatu korporasi, sudah dapat diartikan menguntungkan, bahkan fasilitas yang bersifat non finansialpun dapat diartikan dan dikategorikan sebagai pengertian menguntungkan tersebut, dan dalam kaitannya dengan unsur kedua ini maka “menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi” cukup dinilai dari kenyataan yang terjadi dan dihubungkan dengan perilaku Terdakwa sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya, karena jabatan atau kedudukannya. Sebagaimana dalam Dakwaan Primair di atas bahwa Terdakwa tidak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, sehingga apabila Terdakwa ikut menandatangani Formulir SPP-PK dan daftar Perincian Pengguna Anggaran Belanja tertanggal 6 Januari 2005, hal tersebut karena Terdakwa selaku Pengguna Anggaran yang harus mengetahui aliran pengeluaran anggaran dalam SKPD-nya, dan pembubuhan tandatangan itu karena sudah ditentukan dalam form Lampiran XXIV Kepmendagri No.29 Tahun 2002 tersebut, sehingga apabila dikaitkan Universitas Sumatera Utara 105 dengan pengertian ‘dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi’ tersebut di atas, maka tidak ada niat atau kehendak Terdakwa untuk menguntungkan Amrin Tambunan karena apa yang dilakukan Amrin Tambunan memang sudah tupoksinya dan apabila Amrin Tambunan tidak melakukan tupoksinya menyalurkan anggaran kepada Bagian Pemdes, maka Amrin Tambunan harus mempertangung jawabkannya dalam batas kewenanganya. Berdasarkan rangkaian pertimbangan diatas dapat dikatakan Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi. Oleh karena unsur kedua Dakwaan Subsidair tidak terbukti dan terpenuhi, maka unsur-unsur yang lain tidak perlu dipertimbangkan lagi dan Terdakwa harus dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Subsider dan oleh karena itu Terdakwa harus dibebaskan dari Dakwaan Subsidair tersebut.

3. Dakwaan lebih subsider

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering

2 118 103

Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Bebas Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor 51/Pid. Sus.K/2013/Pn.Mdn)

5 112 126

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas (vrijspraak) terhadap Terdakwa dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.51/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn)

2 101 101

Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Bersyarat (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 5.089/Pid.B/2006/PN.Medan)

2 139 75

Tinjauan Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Tindak Pidana Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Jabatan (Studi Putusan No.465/PID.SUS/2010/PN.Psp)

0 68 154

Analisis Yuridis Putusan Bebas (Vrijspraak) Dalam Tindak Pidana Narkotika (Putusan Nomor 279/PID.B/2011/PN.PLG)

1 10 9

Analisis Yuridis Putusan Hakim Kasasi dalam Tindak Pidana Penganiayaan (Putusan Nomor 2183/K.Pid/2011)

0 3 11

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering

0 0 19

BAB II DIMENSI PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTIMBANGANYA A. Landasan Hukum Tindak Pidana Korupsi di Indonesia 1. Perkembangan Landasan Hukum Tindak Pidana Korupsi - Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan

0 0 47

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Bebas Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor 51/Pid. Sus.K/2013/Pn.Mdn)

0 0 23