Putusan Pemidanaan verorrdeling Bentuk Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Korupsi 1. Putusan Bebas

66

3. Putusan Pemidanaan verorrdeling

Putusan pemidanaan dalam tindak pidana korupsi dapat terjadi apabila perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan maka majelis hakim akan menjatuhkan pidana Pasal 193 ayat 1 KUHAP. Pengadilan dalam menjatuhakan putusan pemidanaan, jika terhadap terdakwa itu tidak dilakukan penahanan, dapat deperintahkan oleh majelis hakim supaya terdakwa tersebut ditahan, apabila tindak pidana yang dilakukan diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih, atau apabila tindak pidana yang dilakukan diatur dalam Pasal 21 ayat 4 huruf b KUHAP dan terdapat cukup alasan untuk itu. Dalam aspek terdakwa dilakukan suatu penahanan maka pengadilan dapat menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan atau membebaskannya, apabilan terdapat cukup alasan untuk itu Pasal 193 ayat 2 KUHAP. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, jenis penjatuhan pidana terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut: a. Pidana mati Dapat dipidana mati setiap kepada orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau koorporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perokonomian negara sebagaimana ditentukan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undangang nomor 31 Tahun 1999 jo Undang- Undang 20 Tahun 2001 yang dilakukan dalam “keadaan tertentu”. Adapun yang Universitas Sumatera Utara 67 dimaksud dengan “keadaan tertentu” adalah pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan udang-undang yang berlaku, pada waktu terjadi bencana nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada saat negara dalam keadaan krisis ekonomi moneter b. Pidana penjara 1 Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singakat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah bagi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau koorporasi yang dapat merugikan keuangan negara. Pasal 2 ayat 1 2 Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara pailing singkat 1 satu tahun danatau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah bagi setiap orang yang dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu koorporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perokonomian negara Pasal 3 110 110 Evi Hartanti, Op. Cit. hlm. 12. Universitas Sumatera Utara 68 3 Pidana penjara seumur hidup danatau pidana penjara pidana 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun danatau denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, Pasal 435 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pasal 12. 4 Pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 209 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pasal 5 5 Pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun danatau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 tujuh ratus lima juta rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana yang dimaksud dalam Pasal 210 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pasal 6 6 Pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 7 tujuh tahun danatau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 350.000.000,00 tiga ratus lima puluh juta rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana Universitas Sumatera Utara 69 dimaksud dalam Pasal 387 atau Pasal 388 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pasal 7 Dan seterusnya dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23, Pasal 24, Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. c. Pidana tambahan 1. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau bergerak tidak bergerak yang digunakan untuk dan diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pulan dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut. 2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. 3. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 satu tahun. 4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat deberikan oleh pemerintah kepada terpidana. 5. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. 6. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang Universitas Sumatera Utara 70 lamanya tidak memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan. Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan pemeriksaan di sidang pengadilan, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penuntut umum segera menyerahkan salinan berkas acara sidang tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata kepada ahli warisnya. 111 111 Ibid. hlm. 13-15. Universitas Sumatera Utara 71

BAB III ANALISIS KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI ATAS PUTUSAN

BEBAS DALAM PREKPEKTIF HUKUM PIDANA A. Kasus

1. Kasus Posisi

Terdakwa Drs. H. Rahudman Harahap, MM, Umur 54 tahun selaku Pj. Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tapanuli Selatan Nomor: 821.22209K2001 tanggal 20 Juli 2001 bertindak sendiri maupun bersama-sama dengan Amrin Tambunan Alias Amrin selaku Pemegang Kas pada Sekretariat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan SK Bupati Tapanuli Selatan Nomor : 954593.AK2004 tanggal 27 Desember 2004. Amrin telah di vonis dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam perkara ini Terdakwa Drs. H. Harahap, MM, dituduh melakukan atau turut serta melakukan, secara melawan hukum melakukan perbauatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu\korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, Yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Terdakwa Drs. H. Rarudman Harahap, MM. pada tanggal 20 Juli Tahun 2001, diangkat sebagai Pj. Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan pada tanggal 27 Desember 2004 ditunjuk sebagai Atasan Langsung Pemegang Kas. Sedangkan Amrin Tambunan ditunjuk sebagai Pemegang Kas di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Universitas Sumatera Utara 72 Pada tanggal14 Desember 2004 terdakwa Drs. H. Rahudman Harahap, MM. dan Amrin Tambunan, mengajukan permintaan pembayaran kekurangan dana Tunjangan Penghasilan Aparat Pemerintah Desa TPAPD Triwulan IV tahun 2004 sebesar Rp.480.870.000,- empat ratus delapan puluh juta delapan ratus tujuh puluh ribu rupiah, atas permintaan pembayaran tersebut telah dicairkan dana sebesar Rp.480.870.000,- empat ratus delapan puluh juta delapan ratus tujuh puluh ribu rupiah yang bersumber dari rekening kas daerah, kemudian dana tersebut disalurkan kepada Bagian Pemerintahan Desa atau Perangkat Desa. 2. Pada tanggal 6 Januari 2005 terdakwa Drs. H. Rahudman Harahap, MM. dan Amrin Tambunan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran SPP tanpa nomor sebesar Rp.3.059.033.050,- tiga milyar lima puluh sembilan juta tiga puluh tiga ribu lima puluh rupiah termasuk didalamnya dana TPAPD Triwulan I sebesar Rp.1.035.720.000,- satu milyar tiga puluh lima juta tujuh ratus dua puluh ribu rupiah, dan atas permintaan dana tersebut, maka telah dicairkan dana tersebut dengan cek giro 538312 tanggal 06 Januari 2005. Pengajuan permintaan pembayaran dana TPAPD Triwulan I tahun 2005 dilakukan sebelum APBD TA. 2005 disahkan, dan permintaan dana tersebut tidak didasarkan pada adanya permohonan dari Bagian Pemerintahan Desa selaku yang membidangi penyaluran dana TPAPD, bahkan dana TPAPD Triwulan I yang telah dicairkan tidak diserahkan kepada Kepala Bagian Pemerintahan Desa atau Perangkat Desa. Universitas Sumatera Utara 73 3. Pada tanggal 13 April 2005 terdakwa Drs. H. Rahudman Harahap, MM. dan Amrin Tambunan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran SPP Nomor : 28SPPR2005 tanggal 13 April 2005 sebesar Rp.3.352.033.050,- tiga milyar tiga ratus lima puluh dua juta tiga puluh tiga ribu lima puluh rupiah termasuk di dalamnya dana TPAPD Triwulan II sebesar Rp.1.035.720.000,- satu milyar tiga puluh lima juta tujuh ratus dua puluh ribu rupiah, atas permintaan tersebut maka dana tersebut telah dicairkan dengan cek giro 628650 tanggal 04 Mei 2005. Pengajuan permintaan pembayaran dana TPAPD Triwulan II tahun 2005 dilakukan sebelum APBD TA. 2005 disahkan, dan permintaan dana tersebut tidak didasarkan pada adanya permohonan dari Bagian Pemerintahan Desa, juga tidak diserahkan kepada Kepala Bagian Pemerintahan Desa atau Perangkat Desa. Berdasarkan Surat Permintaan Pembayaran SPP tanggal 06 Januari 2005 dan 13 April 2005 yang diajukan terdakwa Drs. H. Rahudman Harahap, MM. dan Amrin Tambunan, maka terdapat dana TPAPD Triwulan I dan II yang tidak disalurkan sebesar Rp.2.071.440.000,- dua milyar tujuh puluh satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah. 4. Akibat perbuatan terdakwa Drs. H. Rahudmana Harahap, MM. dan Amrin Tambunan selaku Pemegang Kas pada Sekretariat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, telah merugikan keuangan negara cq. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar Rp.2.071.440.000,- dua milyar tujuh puluh satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah atau setidak-tidaknya sebesar Rp.1.590.944.500,- satu milyar lima ratus sembilan puluh juta Universitas Sumatera Utara 74 sembilan ratus empat puluh empat ribu lima ratus rupiah atau setidak- tidaknya sekitar jumlah itu sebagaimana Laporan Hasil Perhitungan Kerugian Keuangan Negara Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Propinsi Sumatera Utara Nomor : R-2922PW.0252006 tanggal 22 Agustus 2006.

2. Dakwaan

Terhadap perbuatan terdakwa sebagaiman posisi kasus diatas maka Jaksa Penuntut Umum pada Pengadilan Negeri Medan mengajukan terdakwa kepersidangan dengan dakwaan sebagai berikut : a. Dakwaan Primer Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 5 ayat 1 ke 1 KUH Pidana. b. Dakwaan Subsider Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Universitas Sumatera Utara 75 c. Dakwaan Lebih Subsider Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 5 1 KUH Pidana.

3. Fakta-Fakta Hukum

Selama proses persidangan terdapat fakta-fakta hukum yang menjadi dasar pertimbangan Hakim. Fakta hukum tersebut antara lain :

a. Keterangan saksi 1. Saksi Amrin Tambunan

Saksi adalah Bendahara dan Pemegang Kas di Sekretariat Kabupaten Tapanuli Selatan sejak tahun 2002 sampai tanggal 22 Desember 2005. Saksi mengetahui ada dana TPAPD di Sekretariat Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2004 dan 2005 dan TPAPD adalah tunjangan yang diberikan kepada para Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Kaur-kaur Ada kekurangan dana TPAPD di tahun 2004 sebesar Rp 480 juta dan kekurangan dana tersebut sudah ditampung di APBD tahun 2005 dan kekurangan dana TPAPD sebesar Rp 480 juta di tahun 2004 tersebut sudah dibayar di bulan Desember 2004. Untuk tahun 2005, TPAPD triwulan I dicairkan pada bulan Maret 2005, triwulan II dicairkan di bulan Juni 2005, namun besarnya saksi lupa dan untuk Universitas Sumatera Utara 76 triwulan III cair tetapi hanya untuk sebagian, ada dua Kecamatan yang tidak dapat tunjangan TPAPD sedangkan untuk triwulan IV tidak ada pencairan karena dananya tidak ada. Saksi pernah melarikan diri ke Banyuasin Sumatera Selatan berkaitan dengan tidak cairnya dana TPAPD triwulan IV karena saksi takut dicari-cari para aparat desa. Saksi terakhir kerja sebagai Pemegang Kas adalah tanggal 22 Desember 2005. Saksi sudah diadili berkaitan dengan dana TPAPD tersebut dengan hukuman 4 tahun denda 200 juta subsider 4 bulan. Selain hukuman tersebut ada juga penghukuman untuk membayar uang pengganti sebesar Rp 1,5 milyar dan uang pengganti tersebut sudah dibayar, tetapi darimana uang tersebut saksi tidak tahu. Menurut saksi, tiadanya dana TPAPD tersebut karena telah diminta oleh Bupati, Wakil Bupati dan Sekda untuk perjalanan dinas, yang waktunya tidak tentu, namun untuk itu sudah tidak ada buktinya lagi.

2. Saksi Ali Amri Siregar, S.Sos

Saksi sebagai Pelaksana Tugas Plt Kabag. Keuangan pada Sekretariat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan dari tanggal 16 Desember 2004 sampai dengan 11 Februari 2005 dan Sekdanya saat itu adalah Terdakwa Rahudman Harahap. Saksi tahu TPAPD adalah Tunjangan yang diberikan kepada Aparat Desa yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan 3 tiga orang Kepala Urusan Kaur yang dikelola oleh Bagian Pemdes. Universitas Sumatera Utara 77 Dana TPAPD tahun 2005 sebesar Rp.5.955.390.000,- lima milyar sembilan ratus lima puluh lima juta tiga ratus sembilan puluh ribu rupiah ditambah biaya operasional sebesar Rp.119.139.050,- seratus sembilan belas juta seratus tiga puluh sembilan ribu lima puluh rupiah. Saksi pernah 1 kali memproses pencairan TPAPD Triwulan I yaitu tanggal 6 Januari 2005 sebesar Rp.1.035.720.000,- satu milyar tiga puluh lima juta tujuh ratus dua puluh ribu rupiah yang pada saat pengajuan itu Kasubbag Perbendaharaan menyerahkan 1 satu set SPMU yang diminta untuk saksi tandatangani dan sudah diparaf Kasubbag Perbendaharaan dan dengan melampirkan SKO yang sudah ditandatangani Bupati H.M. Saleh Harahap dan sudah ditandatangani Amrin Tambunan dan Kepala SKPD yaitu Rahudman Harahap, dan kemudian Daftar Rincian Anggaran yang ditandatangani Amrin Tambunan dan Rahudman Harahap, dan Surat Pengantar SPP yang ditandatangani Amrin Tambunan, maka SPMU tersebut saksi tandatangani, setelah itu SPMU diserahkan kepada Amrin Tambunan selaku Pemegang Kas melalui Kasubbag Perbendaharaan selanjutnya Pemegang Kas berhubungan dengan BUD untuk mencairkan uangnya dan setelah cair Pemegang Kas-lah yang mencairkan uang tersebut ke Bagian Pemdes.

3. Saksi Ali Sultan Siregar, S.Sos.

Bahwa saksi sebagai Kasubbag Anggaran di Setdakab Tapanuli Selatan sejak tanggal 02 Januari 2002 sampai dengan Juni 2006. Saksi mengetahui di Universitas Sumatera Utara 78 Setdakab Tapanuli Selatan ada pos TPAPD, yang setiap tahun ada karena ditegaskan dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No.29 tahun 1989 tanggal 23 Oktober 1989 yang intinya supaya KabupatenKota menganggarkan pos ini untuk peningkatan disiplin Aparatur Desa yang besarnya tergantung kemampuan daerah. Anggaran TPAPD tahun 2004 sebesar Rp.4.142.000.000, empat milyar seratus empat puluh dua juta rupiah dan untuk tahun 2005 sebesar Rp.5.955.390.000,- lima milyar sembilan ratus lima puluh lima juta tiga ratus sembilan puluh ribu rupiah perbedaan ini terjadi karena Bagian Pemdes salah hitung jadi ada kekurangan TPAPD di tahun 2004 sebesar Rp.480.870.000,- empat ratus delapan puluh juta delapan ratus tujuh puluh ribu rupiah. Kekurangan tersebut seharusnya ditampung di P-APBD tahun 2004, dan itu sudah diusulkan namun tidak dibahas tetapi tidak ada penolakan dari DPRD, kemudian diusulkan kembali supaya ditampung di APBD tahun 2005 dan akhirnya pada APBD tahun 2005 kekurangan TPAPD sebesar Rp.480.870.000,- empat ratus delapan puluh juta delapan ratus tujuh puluh ribu rupiah tersebut termasuk yang ditujui DPRD. Dana TPAPD tersebut tanpa permintaan dari Bagian Pemdes bisa juga dimintakan pencairan, karena jatahnya sudah ada berarti sudah tersedia uang di Kas daerah Bahwa pengeluaran SKO setelah ditetapkan APBD tahun 2005 ada 3 SKO yang definitif yaitu SKO pertama tanggal 14-07-2005 sebesar Rp.2.737.262.500,- dua milyar tujuh ratus tiga puluh tujuh juta dua ratus enam puluh dua ribu lima ratus rupiah SKO kedua tanggal 19-08-2005 sebesar Rp.1.488.847.500,- satu milyar empat ratus delapan puluh delapan juta delapan Universitas Sumatera Utara 79 ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus rupiah dan SKO ketiga tanggal 31-10- 2005 sebesar Rp.1.488.847.500,- satu milyar empat ratus delapan puluh delapan juta delapan ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus rupiah Bahwa sebelum ditetapkan APBD pernah dikeluarkan SKO, dan karena ini menyangkut belanja rutin maka dikeluarkanlah SKO sementara yang diterbitkan tanggal 6-01-2005. Dan SKO sementara didefinitifkan setelah APBD tahun 2005 disahkan artinya sudah disetujui oleh DPRD dan Pemerintah. Untuk pencairan dana TPAPD yang lalu pernah dilakukan pembayaran pertriwulan pernah perenam bulan, pernah juga perempat bulan, bisa diminta perbulan, sesuai ketentuan SKO dibuat perenam bulan nanti Pemegang Kas meminta perbulan silakan, jadi apakah dana TPAPD dicairkan perbulan, pertriwulan, per-empat bulan atau per-enam bulan, itu hanya teknis pembayaran tetapi seharusnya perbulan. Bahwa permintaan pencairan dana TPAPD tidak harus permintaan dari Kabag Pemdes karena sesuai Kepmendagri yang berwenang meminta uang ke Kas Daerah adalah Pengguna Anggaran.

4. Saksi M. Ingawan Dalimunthe

Bahwa saksi adalah Camat Sayurmatinggi sejak April 2003 – Desember 2005 dan saksi mengetahui dana TPAPD dan sejak tahun 2003 dana tersebut sudah ada. Untuk tahun 2005, seingat saksi dana TPAPD untuk Kades sebesar Rp 100 ribu perbulan, Sekdes Rp 75 ribu perbulan dan Kaur Rp 65 ribu perbulan. Proses pencairan dana TPAPD, saksi selaku Camat diberitahu oleh Bagian Pemdes untuk Universitas Sumatera Utara 80 menerima, lalu melalui Kas Pemerintahan Kecamatan dana tersebut disalurkan kepada para Kades, Sekdes dan Kaur. Saksi pernah menyalurkan untuk Triwulan I dan II di tahun 2005 pada bulan Juli 2005, sedangkan untuk Triwulan III dan IV saksi tidak pernah menerima penyaluran dari Bagian Pemdes hingga saksi pindah.

5. Saksi Ikhsan Nasution

Saksi adalah Kepala Desa Panobasan Lombang Kecamatan Angkola Barat Kab. Tapanuli Selatan sejak tahun 2000 sampai dengan Sekarang. Bahwa tahun 2004 dan tahun 2005 ada tunjangan TPAPD dan yang berhak menerima dana TPAPD adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan 3 tiga orang Kepala Urusan. Untuk TPAPD tahun 2004 tidak ada masalah, sedangkan tunjangan TPAPD tahun 2005 untuk Triwulan I dan II saksi terima pada bulan Juli 2005 tanggalnya lupa melalui rekening masing-masing di Kantor Pos, sedangkan untuk Triwulan III dan IV bulan Januari 2007 dan untuk tahun 2005 besaran tunjangan adalah : Kepala Desa sebesar Rp.100.000,- seratus ribu rupiah Sekretaris Desa sebesar Rp.75.000,- tujuh puluh lima ribu rupiah dan 3 tiga orang Kepala Urusan masing-masing sebesar Rp.65.000,- enam puluh lima ribu rupiah.

6. Keterangan Saksi Ahli

Selain saksi-saksi tersebut, dalam persidangan Penuntut Umum telah mengajukan 2 dua orang ahli, yang memberikan pendapatnya dengan bersumpah dipersidangan, yang pada pokoknya sebagai berikut :

1. Ahli Simson Girsang, S.E.

Universitas Sumatera Utara 81 Ahli adalah Auditor Madya pada BPKP Sumatera Utara. Ahli pernah ditunjuk oleh Pimpinan untuk menjadi Ketua Timuntuk mengaudit TPAPD Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan permintaan Polres Tapanuli Selatan tanggal 17 Juli 2006. Ahli melakukan pemeriksaan ke Polres Tapsel dan ke Sekretariat Kabupaten Tapsel, dan meminta dokumen melalui Penyidik Polres Tapsel. Bahwa setelah dokumen didapat, ahli menghitung kerugian Negara berdasarkan dokumen dimaksud. Dan penghitungan dilakukan di Polres Tapsel selama 6 hari kemudian dilanjutkan di kantor BPKP Sumatera Utara. SPP No.18-SPP-L2005 tanggal 27 Juli 2005 sebesar Rp.2.977.695.000,- dua milyar sembilan ratus tujuh puluh tujuh juta enam ratus sembilan puluh lima ribu rupiah yang ditandatangani Pemegang Kas dan Sekda benar sudah dicairkan karena sudah dicatat di Buku Kas Umum. SPP 19-8-2005 : Rp 1.488.847.500,- satu milyar empat ratus delapan puluh delapan juta delapan ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus rupiah, SPMU 671-TS2005.198.2005 nilai yang sama, SPP 29-7-2005 : Rp.2.977.695.000,- dua milyar sembilan ratus tujuh puluh tujuh juta enam ratus sembilan puluh lima ribu rupiah SPMU No.489 TS2005, penerimaan 19-8-2005, dan SPP No.51-SPMU No.973 TS2005, 31-10-2005 nilai Rp 1.488.847.500,- satu milyar empat ratus delapan puluh delapan juta delapan ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus rupiah, tanggal 31-10-2005 nilai sama dicatat dalam kolom penerimaan 14-11-2005 jumlah yang sama, sehingga total SPP dan SPMU = Rp 5.955.390.000,- lima milyar sembilan ratus lima puluh lima juta tiga ratus sembilan puluh ribu rupiah sama dengan yang dianggarkan di APBD. Universitas Sumatera Utara 82 Tim Pemeriksa menemukan data bahwa uang TPAPD yang seharusnya disalurkan ke Pemdes 2005 adalah Rp.5.955.390.000,- lima milyar sembilan ratus lima puluh lima juta tiga ratus Sembilan puluh ribu rupiah tetapi secara data yang telah disalurkan dan diserahkan kepada Pemdes, Rp.4.364.445.500,- empat milyar tiga ratus enam puluh empat juta empat ratus empat puluh lima ribu lima ratus rupiah dengan 3 kali penyerahan : yaitu tanggal 29-7-2005 sebesar Rp.480.000.000,- empat ratus delapan puluh juta rupiah, tanggal 20-9-2005 sebesar Rp.2.737.262.500,- dua milyar tujuh ratus tiga puluh tujuh juta dua ratus enam puluh dua ribu lima ratus rupiah dan tanggal 23-12-2005 sebesar Rp.1.147.183.000,- satu milyar seratus empat puluh tujuh juta seratus delapan puluh tiga ribu rupiah, Jumlah : Rp.4.364.445.500,- empat milyar tiga ratus enam puluh empat juta empat ratus empat puluh lima ribu lima ratus rupiah dan ada selisih sebesar Rp.1.590.944.000,- satu milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu rupiah. TPAPD 2004 ada kekurangan yang belum dibayarkan ditampung di tahun 2005, lalu dikeluarkan Rp 480 juta untuk membayar kekurangan 2004, sepanjang disetujui DPRD maka dapat dibayarkan dalam APBD 2005. TPAPD menurut ahli tidak sama dengan gaji, karena merupakan bantuan keuangan kepada pemerintah desa. Dan untuk TPAPD Tahun 2005, Triwulan I dan II sudah disalurkan dan ada bukti pendukung. Dan sesuai dengan Kepmendagri No.29 Tahun 2002, dilarang menggunakan APBD sebelum APBD disahkan. Dari hasil pemeriksaan ahli dari dana TPAPD tahun 2005 sebesar Rp.5.955.390.000,- lima milyar sembilan ratus lima puluh lima juta tiga ratus Universitas Sumatera Utara 83 sembilan puluh ribu rupiah terdapat dana sebesar Rp.1.590.944.000,- satu milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu rupiah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

2. Ahli Dra. Marisi Parulian, M.Si. tidak hadir dipersidangang,

keterangannya dibacakan oleh JPU Ahli adalah Kepala Seksi Wilayah II pada Subdit Pembinaan Kinerja dan Kapasitas Pengelolaan Keuangan Daerah Ditjen Keuangan Daerah Kementrian Dalam Negeri. Segala kebijakan yang dikeluarkan oleh Pengguna Anggaran sesuai dengan kewenangannya atas pelaksanaan anggaran yang dalam penguasaannya harus dipertanggungjawabkan secara formal dan materiil kepada Bupati selaku Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah yang mendelegasikan kewenangannya kepada Pengguna Anggaran, yakni secara formal adalah sesuai Pasal 49 Kepmendagri No. 29 Tahun 2002, sedangkan sacara materiil adalah kebenaran dalam pelaksanaan dan peruntukkannya. Setiap pengeluaran kas dari kas umum daerah didasarkan pada SPM yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, hal ini berlaku baik terhadap pengeluaran kas sebelum APBD ditetapkan maupun setelah APBD ditetapkan, sehingga pengeluaran kas dari kas daerah kepada Satuan Pemegang Kas tidak dikenal istilah panjar, istilah panjar tersebut berlaku penyerahan uang dari Satuan Pemegang Kas kepada Pembantu Pemegang Kas, bukan panjar dari kas daerah kepada Pemegang Kas. Yang wajib mempertanggung jawabkan dengan SPJ terhadap uang yang digunakan atau diminta melalui panjar adalah pejabat yang Universitas Sumatera Utara 84 menerima uang tersebut sesuai dengan mekanisme pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penasihat Hukum Terdakwa juga mengajukan 3 tiga orang ahli yang memberikan pendapatnya dengan bersumpah dipersidangan, yang pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

1. Ahli HASIHOLAN PASARIBU, S.E, MPKP

Bahwa ahli masuk Departemen Dalam Negeri tahun 1981, tahun 1983 ahli di keuangan daerah dan ahli mengawasi keuangan daerah di Departemen Dalam Negeri sampai tahun 2008, berbagai rumusan kebijakan di Keuangan Daerah adalah tanggungjawab unit kerja yang ahli tempati sampai ahli terakhir menjabat sebagai Direktur Administrasi Anggaran Daerah, kemudian tahun 2009 ahli pindah pada sisi perencanaan setelah ditata sisi pengeluarannya maka ahli menjabat sebagai Direktur Perencanaan Keuangan Daerah. Dalam Kepmendagri No.29 Tahun 2002 terjadi penataan dengan memisahkan kewenangan-kewenangan Kepala SKPD, tidak boleh campur mengenai pengelolaan keuangan daerah, oleh karenanya dibentuk Pemegang Kas disitu, Pemegang Kas mengelola Keuangan yang terjadi disetiap SKPD. Dalam aturan yang baru, Kepala SKPD consent kepada pencapaian kinerja itu yang dulu dikenal dengan LAKIP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, sedangkan semua tindakan pembayaran adalah Pemegang Kas, maka disebut di Kepmendagri No.29 unit Pemegang Kas SKPD dia adalah secara fungsional bertanggungjawab ke BUD tidak bertanggung jawab kepada Kepala SKPD karena Universitas Sumatera Utara 85 ini adalah akuntasni yang menerima, menyimpan, mengeluarkan berdasarkan apa yang diajukan kepala SKPD kepada Kepala Daerah melalui Bendahara Umum Daerah. Belanja Pegawai kalau PNS diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah, ada tunjangan, ada gaji pokok, tunjangan beras termasuk belanja-belanja personil, pegawai, aparatur, maka belanja di Kepmendagri No.29 itu adalah belanja aparatur administrasi umum, aparatur sama belanja publik, yang disebut Belanja Pegawai di Pasal 3 disebut dalam rangka statistik keuangan daerah Pemerintah Daerah menyusun Laporan Keuangan dengan mengelompokkan mana sifatnya untuk aparatur, personil baik itu yang formasi ditetapkan, formasi ditetapkan itu luas bisa formasi yang ditetapkan dengan pengangkatan tadi. Bahwa yang disebut belanja Pegawai adalah uang yang dibayarkan kepada seseorang yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemerintahan misalnya : Gaji, tunjangan, uang representasi, tunjangan keluarga, tunjangan kedinasan. Yang di maksud dengan ‘formasinya telah ditetapkan’ adalah jika di Pemerintahan Desa itu adalah Penetapan dari Kepala Desa siapa yang terlibat dalam menjalankan roda pemerintahan di Desa, kalau di KabupatenKota ada 2 yaitu PNS dan DPRD ini tentu ada SK nya kenapa sejenis karena SK itu ditentukan besaran yang ditetapkan dalam SK pengangkatan itu begitu juga Dewan ada uang reprentasinya Kepala Desa yang bukan sebagai pegawai negeri tercakup dalam kelompok belanja pegawai karena uang yang diberikan dari KabupatenKota itu akan dikelompokkan secara akuntansi total case untuk belanja personil digunakan dari dana ini. Universitas Sumatera Utara 86 Bahwa dengan berlakunya Permendagri No.13 Tahun 2006, maka Pasal 49 Kepmendagri No.29 Tahun 2002 sudah tercover di PP No.58 Tahun 2005, termasuk jika terjadi keterlambatan pengesahan APBD itu urusan politik lokal, dan keterlambatan ini menurut PP No.58 disebutkan apabila tanggal 31 Desember tidak disahkan maka menggunakan pagu tahun sebelumnya. Pemegang Otorisasi Pengelolaan Keuangan artinya Kepala Daerah sebagai yang memegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sepanjang tertulis dibuat dalam satu lembar apapun itu sudah otoritas pengertiannya Tujuan diterbitkannya Kepmendagri No.29 Tahun 2002 adalah ringkasnya 1 rupiah uang Negara yang dikelola atau digunakan harus dipertanggungjawabkan kepada sasaran dan tujuan fungsi pemerintahan jelas siapa yang bertanggungjawab dan pemisahan tanggungjawab pengelolaan keuangan daerah itu tidak bisa disatu tangan. Bahwa ‘tidak harus berformat SKO’ berarti artinya bukan persoalan SKO, SKO itu Surat Keputusan Otorisasi formatnya bisa macam-macam dan yang berhak untuk mengajukan permintaan dana pengisian kas dilingkungan Sekretariat Daerah sesuai dengan kepmendagri No.29 tahun 2002 adalah Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran berdasarkan otorisasi yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah. Sesuai dengan ketentuan, Kepala SKPD hanya menerbitkan SPP untuk mencairkan uang dari BUD ke Pemegang Kas, sedangkan penyimpanan, pembukuan, pembayaran semua itu di tangan Pemegang Kas, tidak ada kewenangan Kepala SKPD memerintahkan untuk membayar, maka di Undang- Universitas Sumatera Utara 87 undang Perbendaharaan itu Bendahara berhak menolak perintah siapapun sepanjang perintah itu tidak sesuai peruntukan. Pemegang Kas bertanggungjawab secara fungsional ke BUD, bukan kepada Pimpinan SKPD, siapa yang bertanggungjawab mengelola, yang mengelola itu adalah Pemegang Kas, sesuai dengan mata anggaran yang ada. 2. Ahli Prof. Dr. Zudan Arif Fakurulah, S.H. MH Ahli adalah ahli di bidang Hukum Administrasi Negara. Bahwa Kepmendagri No.29 Tahun 2002 itu ide induknya adalah di Undang-undang No.22 Tahun 1999, kekuasaan pemerintahan itu banyak diserahkan kepada Pemerintah Daerah termasuk pengelolaan keuangan di dalam pengelolaan keuangan itu sudah dilakukan desentralisasi, desentralisasi ada mengatur dan mengurus 2 dua aspek ini kemudian dijabarkan di dalam PP No.105 di mana dalam PP itu kalau sudah desentralisasi itu delegasi diberikan penuh kepada daerah, kekuasaan penuh pengelolaan keuangannya jadi pengelolaan keuangan sudah dilimpahkan kepada Kepala Daerah. PP No.105 menganut prinsip Pertanggungjawaban dalam batas kewenangan, maka PP No.105 dan Kepmendagri No.29 itu mengatur 5 lima tahap pengelolaan keuangan, pertama Perencanaan, kedua Pelaksanaan Anggaran, ketiga Penatausahaan Anggaran yang keempat Pertanggungjawaban Anggaran yang kelima Pengawasan Anggaran baik BPK maupun Inspektorat. Dalam hukum admnistrasi negara, pertanggungjawaban dalam batas kewenangan artinya perbuatan apa, dalam kurun waktu apa, dan yurisdiksi di mana, siapa saja pejabatnya, uang itu dimanfaatkan secara tujuan atau tidak. Universitas Sumatera Utara 88 Dari sisi keuangan administrasi Negara seorang Pengguna Anggaran secara umum tanggungjawabnya adalah makro karena nanti teknisnya ada pada masing-masing Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang akan melaksanakan kegiatan itu misalnya Kasubbag, karena itu tugas sebagai seorang Pengguna Anggaran adalah Pengawasan secara makro yaitu bahwa kebijakan itu sudah dilaksanakan atau belum. Yang harus bertanggungjawab adalah siapa pelakunya di level jabatan mana terjadi dan kapan waktunya, karena apa bisa terjadi, dilakukan oleh siapa, jadi pada siapa perbuatan hukum itu dilakukan disitulah prinsip pertanggungjawaban dalam batas kewenangan Seorang Pengguna Anggaran bertanggungjawab kepada Kepala Daerah, karena tanggungjawab akhir pengelolaan keuangan di Pemerintahan Daerah ada pada Kepala Daerah, jadi aspek ini adalah aspek administratif dan jika terjadi kesalahan, hanya diberikan sanksi administrasi dan Kepala Daerah memberikan laporan pertanggungjawaban kepada DPRD itulah pengawasan secara administrasi. Untuk mengetahui kewenangan pejabat yang berhak mengajukan permohonan pencairan keuangan negaradaerah, harus dilihat dulu kepada siapa delegasi itu diberikan oleh pemegang otoritas. Kepala Daerah sebagai Pemegang Otoritas Keuangan mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan perintah pembayaran kegiatan-kegitan rutin untuk menjaga pelayanan publik tetap terlaksana Universitas Sumatera Utara 89 Dalam pengelolaan anggaran, uang harus digunakan sesuai peruntukannya dan uang juga harus dicek, uang yang diajukan oleh Pejabat yang lalu, pertama harus diperiksa sesuai dengan peruntukan atau tidak, maka tanggungjawab dilakukan oleh pejabat yang melaksanakan, jadi di dalam Hukum Administrasi Negara pejabat yang melaksanakan anggaran itu tidak bisa melepaskan diri dari aspek penatausahaan atau pertanggungjawaban dalam sistem administrasi keuangan, jadi siapa yang sedang menjabat pada saat itu maka yang bertanggungjawab adalah orang yang sedang menduduki jabatan pada saat pelaksanaan dan tanggungjawab sudah beralih dari pejabat yang lama kepada pejabat definitif. Dari sisi Hukum Administrasi Negara, apabila APBD belum disahkan maka Kepala Negara mempunyai diskresi untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar tidak terjadi stagnasi pemerintahan. Azas kontinuitas dalam penyelenggaraan Pemerintahan, prinsipnya adalah Pemerintahan tidak boleh berhenti dengan bergantinya pejabat dan pada saat serah terima jabatan ada Berita Acara Serah Terima Jabatan, dalam praktek selalu dimuat apa saja yang sudah dilakukan karena terkait anggaran, berapa yang sudah diambil dan dari pos mana, itu biasanya yang dilakukan dalam praktek di Pemerintahan.

3. Ahli Dr. Mahmud Mulyadi, S.H. M.Hum.

Ahli adalah staf pengajar pada Fakultas Hukum USU, Pengajar Program Pascasarjana Ilmu Hukum USU, Ilmu Hukum UMU, Ilmu Hukum UDA dan Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Batam, dan ahli di bidang hukum pidana. Universitas Sumatera Utara 90 Di dalam hukum pidana terdapat dua azas yaitu Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Dan ketika ada dugaan tindak pidana, unsur dalam setiap pasal harus ada pembuktian, dan harus ada peraturan perundang-undangan, tempus delicti, apakah daluarsa, bisakah dipertanggungjawabkan secara objektif dan subjektif. Administrasi manajemen ada tupoksinya yang memerlukan wewenang, bukan sembarangan, yang harus dicari adalah di mana titik apinyatitik lobangnya, siapa yang berbuat dia yang bertanggungjawab. Pertanggungjawaban pidana, sejak mulai penyidikan sangat tergantung dengan aturan yang mengatur, menurut ahli administrasi, ahli keuangan daerah, kalau tidak ada pertanggungjawaban disitu maka kemungkinan besar ada perbuatan melawan hukum, sangat tergantung pada ahli yang lain. Bahwa jika perbuatan hukum pidana itu terjadi, siapa yang berbuat dia yang bertanggungjawab. Dan dalam pembuktian hukum pidana adalah satu saksi bukan saksisatu saksi bukan alat bukti Unus testis nulus testis. Tentang delik formil harus sesuai Pasal 2 dan Pasal 3 dan potensi kerugian bisa dihitung dan harus jelas, sekian, tidak boleh pakai asumsi, bukan sesuatu menghayal. Sebab hukum pidana itu selalu terukur dan harus terukur, maka sejak proses penyidikan harus mengakumulasi aspek-aspek lain diluar hukum pidana yang berkaitan dengan pelanggaran atau kejahatan.

4. Tuntutan Pidana Jaksa Penuntut Umum

Pada persidangan 18 Juli 2013, Jaksa Penuntut Umum menunutut agar terdakwa dijatuhi hukuman yang amar bunyinya sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 91 1. Menyatakan terdakwa Drs. Rahudman Harahap, MM. terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Turut serta melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 jo. Pasal 18 Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP, dalam dakwaan Primair 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. H. Rahudman Harahap, MM. dengan pidana penjara selama 4 empat tahun dengan perintah supaya Terdakwa ditahan dan denda sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah Subsidair 6 enam bulan kurungan 3. Menghukum Terdakwa Drs. H. RAHUDMAN HARAHAP, MM. membayar uang pengganti sebesar Rp 2.071.440.000,- dua milyar tujuh puluh satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, dengan ketentuan bahwa dalam perkara yang sama atas nama terdakwa Amrin Tambunan telah ada pembayaran uang pengganti sebesar Rp 1.590.944.500,- satu milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu lima ratus rupiah dan telah disetor ke Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga uang pengganti yang dibebankan kepada terdakwa Drs. H. Rahudman Harahap, MM. sebesar Rp 2.071.440.000,- dua milyar tujuh puluh satu juta empat ratus empat puluh Universitas Sumatera Utara 92 ribu rupiah dikurangi Rp 1.590.944.500,- satu milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu lima ratus rupiah, yaitu sebesar Rp 480.495.500,- empat ratus delapan puluh juta empat ratus sembilan puluh lima ribu lima ratus rupiah, dan jika Terdakwa tidak membayar uang pengganti tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan paling lama 1 satu bulan setelah putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka ditambah dengan pidana penjara selama 2 dua tahun. 4. Menyatakan barang bukti barang bukti yang dihadirkan 1-127 5. Menyatakan Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.10.000,- sepuluh ribu rupiah

5. Pembelaan Terdakwa

Menimbang, bahwa setelah mendengar pembacaan Nota Pembelaan oleh Tim Penasihat Hukum Terdakwa di depan persidangan tanggal 23 Juli 2013, yang pada pokoknya sebagai berikut ; 1. Dana Tunjangan Penghasilan Aparat Pemerintahan Desa TPAPD adalah merupakan tunjangan yang diberikan oleh Pemerintah RI kepada seluruh Aparat Pemerintah Desa untuk melaksanakan tugas-tugas dalam menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. sebagaimana diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 1989 jo. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Universitas Sumatera Utara 93 2. Tujuan diberikannya tunjangan TPAPD adalah untuk memberikan pembinaan dan peningkatan penghasilan bagi para Aparat Pemerintahan Desa, dan tunjangan TPAPD ini hanya diberikan kepada para Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan Pembangunan. Kepala Urusan Kemasyarakatan serta Kepala Urusan Pemerintahan, yang bukan merupakan Pegawai Negeri Sipil ataupun ABRI, oleh karenanya tunjangan TPAPD tersebut termasuk ke dalam kategori gaji dan merupakan beban tetap, dan sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 1989 maka kepada seluruh Kepala Pemerintahan Daerah Tingkat I maupun Tingkat II diwajibkan untuk tetap menganggarkan dan memberikan tunjangan TPAPD ini secara rutin pada setiap tahun anggaran. 3. Sesuai dengan ketentuan Pasal 49 ayat 1 dan 2 Keputusan Menteri Dalam Negeri Kepmendagri No.29 Tahun 2002 dan keterangan Ahli yang didengar di depan persidangan perkara ini menyatakan bahwa tunjangan TPAPD tersebut termasuk belanja pegawai dan dapat dikeluarkan terlebih dahulu sebelum APBD disahkan dan ditetapkan dalam Lembaran Daerah. 4. Berdasarkan uraian tersebut maka permintaan dana TPAPD yang diajukan oleh Amrin Tambunan selaku Pemegang Kas Sekretariat Daerah dan Terdakwa selaku Pengguna Anggaran pada tanggal 6 Januari 2005 dan tanggal 13 April 2005, dibenarkan oleh peraturan yang berlaku. 5. Dari dana TPAPD Tahun Anggaran TA 2005 yang telah disahkan dalam APBD sebesar Rp 5.955.390.000,- lima milyar sembilan ratus lima puluh lima juta tiga ratus sembilan puluh ribu rupiah telah dicairkan kepada Amrin Universitas Sumatera Utara 94 Tambunan, namun Amrin Tambunan hanya menyalurkan dana tersebut kepada Kabag Pemdes sebesar Rp 4.364.445.500,- empat milyar tiga ratus enam puluh empat juta empat ratus empat puluh lima ribu lima ratus rupiah dan dikembalikan ke Kas Daerah sebesar Rp 1.665.500,- satu juta enam ratus enam puluh lima ribu lima ratus rupiah, sehingga dana TPAPD tahun 2005 untuk sebagian Triwulan III dan keseluruhan Triwulan IV yang tidak disalurkan oleh Amrin Tambunan sebesar Rp 1.590.944.500,- satu milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu lima ratus rupiah sebagaimana dinyatakan oleh Ahli dari BPKP sebagai angka kerugian Negara. 6. Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Padang Sidempuan yang mengadili Amrin Tambunan sebagai terdakwa dalam perkara No.553Pid.Sus2010PN.Psp., Amrin Tambunan telah mengakui seluruh perbuatannya yakni telah mempergunakan atau menyalahgunakan dana TPAPD TA 2005 untuk sebagian Triwulan III dan keseluruhan Triwulan IV sebesar Rp 1.590.944.500,- satu milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu lima ratus rupiah untuk kepentingan dirinya sendiri dan di depan persidangan Amrin Tambunan telah menyerahkan uang pengganti sebagai kerugian Negara sebesar Rp 1.590.944.500,- satu milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu lima ratus rupiah dan dalam perkara tersebut Amrin Tambunan telah dihukum dan dinyatakan bersalah karena telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana ‘turut serta melakukan korupsi’, dan putusan Universitas Sumatera Utara 95 tersebut telah berkekuatan hukum tetap setelah diperiksa kembali di Pengadilan Tinggi Sumatera Utara dengan No.224PID2011PT-MDN. dan Mahkamah Agung No.1511 KPID.SUS2011 ; 7. Dalam putusan-putusan tersebut telah terbukti tidak ada keterlibatan Terdakwa Drs. H. RAHUDMAN HARAHAP, MM. dalam perkara itu dan bukan sebagaimana yang sering diulang-ulang oleh Penuntut Umum di dalam Surat Dakwaan maupun Surat Tuntutannya. 8. Karena tidak ada keterlibatan Terdakwa dalam perkara ini maka semua unsur dalam dakwaan-dakwaan Penuntut Umum juga tidak terbukti, oleh karenanya Penasihat Hukum Terdakwa berkesimpulan bahwa Terdakwa Drs. H. Rahudman Harahap, MM. tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang telah diuraikan oleh Penuntut Umum di dalam dakwaannya, baik dalam Dakwaan Primair, Subsidair ataupun Lebih Subsidair, sehingga Terdakwa harus dibebaskan dari segala dakwaan Penuntut Umum tersebut dan memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya, dan membebankan biaya perkara kepada Negara.

6. Putusan Pengadilan

1. Menyatakan terdakwa Drs. H. RAHUDMAN HARAHAP, MM. tersebut di atas, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum dalam Dakwaan Primair, Dakwaan Subsidiar maupun Dakwaan Lebih Subsidair. 2. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari semua dakwaan tersebut. Universitas Sumatera Utara 96 3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya. 4. Memerintahkan agar barang bukti seperti yang disebutkan diatas dikembalikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. 5. Membebankan biaya perkara kepada Negara.

B. Analisis Kasus

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering

2 118 103

Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Bebas Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor 51/Pid. Sus.K/2013/Pn.Mdn)

5 112 126

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas (vrijspraak) terhadap Terdakwa dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.51/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn)

2 101 101

Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Bersyarat (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 5.089/Pid.B/2006/PN.Medan)

2 139 75

Tinjauan Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Tindak Pidana Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Jabatan (Studi Putusan No.465/PID.SUS/2010/PN.Psp)

0 68 154

Analisis Yuridis Putusan Bebas (Vrijspraak) Dalam Tindak Pidana Narkotika (Putusan Nomor 279/PID.B/2011/PN.PLG)

1 10 9

Analisis Yuridis Putusan Hakim Kasasi dalam Tindak Pidana Penganiayaan (Putusan Nomor 2183/K.Pid/2011)

0 3 11

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering

0 0 19

BAB II DIMENSI PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTIMBANGANYA A. Landasan Hukum Tindak Pidana Korupsi di Indonesia 1. Perkembangan Landasan Hukum Tindak Pidana Korupsi - Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan

0 0 47

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Bebas Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor 51/Pid. Sus.K/2013/Pn.Mdn)

0 0 23