Perencanaan No Asuhan Keperawatan pada dengan prioritas masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi di Komunitas

3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penyakit berat akibat kerusakan mobilitas ditandai dengan ketidakmampuan klien melakukan ambulasi sesering mungkin, yang mengakibatkan kulit tertekan. Masalah utamanya adalah Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi sebagai akibat kerusakan neurovaskuler.

4. Perencanaan No

Dx Perencanaan Keperawatan Dx. 1 Tujuan: a. Rentang pergerakan sendi dengan gerakan atas inisiatif sendiri b. Kemampuan bergerak untuk maksud tertentu Kriteria Hasil: a. Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tak adanya kontraktur, footdrop b. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi c. Mendemonstrasikan teknikperilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas d. Mempertahankan integritas kulit. Intervensi Rasional 1. Kaji TTV klien 2. Kaji kemampuan secara fungsionalluasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur. 3. Ubah posisi minimal setiap 2 jam satu kali telentang, miring, dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu 4. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas. Anjurkan melakukan latihan seperti quadrisepgluteal, meremas bola karet, 1. Untuk mengetahui kondisi klien secara umum, dan kesiapan untuk melakukan aktivitas 2. Mengidentifikasi kekuatan kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan. 3. Menurunkan terjadinya traumaiskemia jaringan. Daerah yang terkena mengalami perburukansirkulasi yang lebih jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan kerusakan pada kulit dekubitus. 4. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur. Menurunkan risiko terjadinya hiperkalsuria dan osteoporosis jika masalah utamanya adalah pendaharaan. melebarkan jari-jari dan kakitelapak 5. Gunakan penyangga lengan ketika klien berada dalam posisi tegak, sesuai indikasi. 6. Bantu dalam mengembangkan keseimbangan duduk seperti meninggikan bagian kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur, biarkan pasien menggunakan kekuatan tangan untuk menyokong berat badan dan kaki yang kuat untuk memindahkan kaki yang sakit; meningkatkan waktu duduk dan keseimbangan dalam berdiri seperti letakkan sepatu yang datar, sokong bagian belakang bawah klien dengan tangan sambil meletakkan lutut penolong diluar lutut klien, bantu menggunakan alat pegangan parallel dan walker 7. Observasi daerah yang terkena warna, edema, atau tanda lain gangguan sirkulasi. 8. Inspeksi kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol secara teratur. Lakukan masase secara hati-hati pada daerah kemerahan dan berikan alat bantu seperti bantalan lunak kulit sesuai kebutuhan. 9. Alasi kursi duduk dengan busa atau balon air dan bantu klien memindahkan berat badan dengan interval yang teratur. 10. Susun tujuan dengan klienorang terdekat untuk berpartisipasi dalam aktivitaslatihan dan mengubah posisi. 11. Anjurkan klien untuk membantu pergerakan dan 5. Selama paralisis flaksid, penggunaan penyangga dapat menurunkan risiko terjadinya subluksasio lengan dan sindrom bahu-lengan. 6. Membantu dalam melatih kembali jaras saraf, meningkatkan respons proprioseptik dan motorik. 7. Jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami trauma dan penyembuhannya lambat. 8. Titik-titik tekanan pada daerah yang menonjol berisiko untuk terjadinya penurunan perfusi iskemia stimulasi sirkulasi dan memberikan bantalan membantu mencegah kerusakan kulit dan berkembangnya dekubitus. 9. Mencegahmenurunkan tekanan koksigealkerusakan kulit. 10. Meningkatkan harapan terhadap perkembanganpeningkatan dan memberikan perasaan kontrolkemandirian. 11. Dapat berespon dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit untuk menyokongmenggerakkan daerah tubuh yang mengalami kelemahan. terganggu dan memerlukan dorongan serta latihan aktif untuk ”menyatukan kembali” sebagai bagian dari tubuhnya sendiri.

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktik di Komunitas pada tanggal 18-22 Mei 2015, mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada klien Ny. D. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1. 1. Biodata Seorang klien perempuan, bernama Ny. D, berusia 83 tahun, sudah menikah, beragama Islam beralamat di Jl. Panca Karya No 816, dengan kondisi saat ini klien mengalami stroke, klien anak tunggal, klien tidak bekerja dengan pendidikan terakhir adalah SD. klien memiliki 14 anak dan masing-masing sudah berkeluarga, dan klien tinggal bersama anak yang 7 di rumah klien dan ada beberapa orang lagi anak klien yang tinggal dekat tempat tinggal klien. 2. Keluhan Utama Pada saat pengkajian klien mengatakan sangat terganggu dengan kondisinya. Karena klien tidak lagi dapat beraktivitas seperti dulu, sekarang semua aktivitasnya tergantung kepada anggota keluarga yang lain yaitu anak klien, klien mengalami stroke sejak 6 bulan lalu. Saaat dilakukan pengkajian klien mengatakan bahwa ia sering merasa kebas dibagian ekstremitas, seperti kesemutan, nyeri di bagian ekstremitas, klien juga memiliki riwayat hipertensi, dan sampai saat ini pun klien masih mengalami hipertensi, namun saat ini klien dan anggota keluarga sudah dapat mengontrol hipertensi yang dialami klien, dengan cara mengikuti saran dari dokter, dan diet rendah natrium. Klien tidak lagi dapat memenuhi aktivitasnya secara mandiri, semuanya sekarang ini tergantung kepada orang lain. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Sebelum mengalami stroke klien mengatakan bahwa klien menderita hipertensi, dengan tekanan darah mencapai 200130 mmHg. Hal yang dapt memperbaiki keadaan adalah klien tiap pagi berjemur, klien berdoa, dan berusaha tetap menjalankan shalat 5 waktu dan membaca alquran, beristirahat. Perasaan yang dirasakan klien tidak menentu, lokasi terjadinya stroke adalah pada bagian ekstremitas sinistra, dan pada saat nyeri terasa menyebar ke seluruh tubuh. 4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Penyakit yang sebelumnya dialami klien adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi, dan sebelumnya klien juga sudah pernah di rawat di rumah sakit sembiring ± selama 1 minggu dan pernah rawat jalan di rumah sakit silalahi, klien tidak ada alergi, dan imunisasi klien tidak lengkap. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan, dan kedua orang tua klien tidak ada yang menderita hipertensi, juga saudara yang lain. 6. Pemeriksaan fisik Keadaan umum composmentis, TTV: suhu tubuh37,0ºC, tekanan darah 16090 mmHg, nadi 75kalimenit, pernafasan 20kalimenit, skala nyeri 3-6 nyeri ringan-sedang, tinggi badan 155 cm, berat badan 45kg, bentuk kepala bulat, ubun-ubun normal, kulit kepala kurang bersih, penyebaran dan keadaan rambut merata, bau rambut klien berbau keringat, warna kulit kepala putih, warna kulit wajah sawo matang, struktur wajah normal, kelengkapan dan kesimetrisan mata lengkap dan simetris, palpebra normal, konjungtiva dan sclera normal dan tidak ikterik, pupil positif terhadap cahaya, cornea dan iris normal, visus -, tidak ada tekanan bola mata, tulang hidung dan posisi septum nasi normal, lubang hidung lengkap dan simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk telinga normal dan sejajar dengan mata, ukuran telinga normal, lubang telinga normal, ketajaman pendengaran normal, keadaan bibir normal, keadaan gusi dan gigi tidak pucat, dan gigi agak kuning, keadaan lidah normal, orofaring normal, posisi trachea normal, tyroid tidak ada pembengkakan, suara jernih, normal, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembengkakan vena jugularis, denyut nadi karotis teraba, kebersihan kulit bersih, akral hangat, warna kulit sawo matang, turgor kulit 2 detik, kelembaban kurang baik. 7. Pola Kebiasaan Hidup Sehari-hari Frekuensi makan 3 kali dalam sehari, nafsu atau selera makan baik, tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada alergi, tidak ada mual muntah, waktu pemberian makan pagi jam 08.00 siang jam 13.30, malam jam 19.00, jumlah dan jenis makanan bubur dengan porsi 1 cangkir kecil, pemberian minum 3 cangkir besar kadang lebih dalam sehari, tidak ada kesulitan dalam menelan dan minum, pasien mandi dibantu keluarga 1 kali sehari, kebesihan gigi dan mulut kurang, kebersihan kuku dan tangan baik, pola eliminasi, BAB 1-2 kali sehari, karakter feses biasa, tidak ada riwayat perdarahan, tidak ada penggunaan laksatif, pola BAK normal, karakter urin kunig, tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada riwayat penyakit ginjal, 8. Mekanisme Koping Adaptif yaitu bicara dengan orang lain.

2. Analisa Data