Ekstraksi B. METODE PENELITIAN

22 1.1.2. Pencucian Pencucian rimpang lengkuas menggunakan air mengalir. Pada proses ini, perlu memperhatikan banyaknya pembilasan. Selama rimpang lengkuas masih terlihat kotor, maka pencucian atau pembilasan perlu diulangi sekali atau dua kali lagi. Proses pencucian dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. 1.1.3. Perajangan Perajangan rimpang lengkuas dilakukan dengan menggunakan pisau, dengan tebal perajangan sekitar 5-7 mm sehingga akan diperoleh ketebalan ideal simplisia kering, sekitar 3-5 mm. 1.1.4. Pengeringan Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan mesin pengering tipe rak. Simplisia disusun dalam suatu wadah dengan ketebalan tumpukan sekitar 1-2 cm. Proses pengeringan menggunakan suhu 50-60 C selama ± 12 jam, sampai rimpang lengkuas memiliki tingkat kekeringan yang cukup. 1.1.5. Penggilingan Lengkuas hasil pengeringan digiling halus dengan menggunakan mesin penggiling yang dilengkapi ayakan berdiameter 0,25 mm 50 mesh. Hasil gilingan berupa lengkuas bubuk akan dianalisa untuk mengetahui karakteristiknya dan hasilnya dapat dijadikan sebagai parameter kualitas ekstrak dan produk sampo yang dibuat dengan campuran ekstrak lengkuas merah. Metode analisis bubuk lengkuas dapat dilihat pada Lampiran 2.

1.2 Ekstraksi

Ekstraksi bubuk lengkuas dilakukan dengan metode maserasi berulang dengan proses pengadukan selama 3 jam dan menggunakan pelarut etil asetat 60 persen. Tahapan ekstraksi bubuk lengkuas dapat dilihat pada Gambar 6. Rasio bubuk dan pelarut yang digunakan 1:10 berdasarkan pada hasil trial error selama proses ekstraksi. Penggunaan rasio pelarut yang kurang dari 1:10 mengakibatkan proses ekstraksi 23 berjalan kurang optimal. Hal ini dipengaruhi oleh sifat bubuk lengkuas yang mudah menyerap pelarut, sehingga dibutuhkan volume yang cukup besar untuk mengoptimalkan proses maserasi dengan pengadukan. Gambar 6. Diagram Alir Ekstraksi Simplisia Lengkuas Merah Hezmela, 2006 Setelah proses ekstraksi, ekstrak lengkuas merah dianalisa nilai pH, sisa pelarut dengan metode oven vakum, dan kelarutan dalam etanol 80 persen. Metode analisa proksimat ekstrak lengkuas merah dapat dilihat pada Lampiran 2. Tahap selanjutnya adalah proses pengeringan ekstrak menggunakan pengering semprot spray dryer tipe Buchi. Pengeringan ini bertujuan untuk membentuk ekstrak lengkuas merah bubuk sehingga mempermudah proses pencampuran ekstrak dalam formulasi sampo. Bubuk Lengkuas Ekstraksi Bubuk : etil asetat 60 = 1 : 10 Pengadukan ; 3 jam, 200 rpm Penyaringan Filtrat Penguapan : Rotavapor, suhu 77 C Ekstrak Lengkuas merah Residu bubuk lengkuas Pelarut 24 Untuk mengoptimalkan hasil pengeringan ekstrak, digunakan bahan pengisi maltodekstrin yang dilarutkan dalam air dan etil asetat 96 persen. Rasio yang digunakan adalah 12 gram maltodekstrin dalam 100 gram ekstrak. Hal ini berdasarkan trial error yang dilakukan pada konsentrasi 10 persen dan 15 persen. Pada konsentrasi 10 persen, ekstrak serbuk yang diperoleh sangat higroskopis, sedangkan pada konsentrasi 15 persen, aroma khas lengkuas sudah tertutupi aroma komponen gula dari maltodekstrin. Penggunaan maltodekstrin didasarkan pada sifatnya yang dapat memperbaiki mutu fisik dari suatu produk Schenk dan Hebeda, 1992. Selain itu, menurut Mc Donald 1984, maltodekstrin juga tidak mempengaruhi warna dari prosuk yang dihasilkan. Roper 1996 menyatakan bahwa tampilan dan sifat-sifat organoleptik produk dengan bahan pengisi maltodekstrin dapat diterima dan memiliki konsistensi produk akhir yang cukup tinggi.

B. 2. PENELITIAN UTAMA 1. Pembuatan Sampo Antijamur

Dokumen yang terkait

Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Dengan Monosodium Glutamat (MSG)

12 118 94

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata K. Schum) dan LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga L.) PADA MENCIT JANTAN

10 58 20

Uji efektivitas ekstrak lengkuas merah (Alpina purpurata K.Schum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli dengan metode disc diffusion.

4 24 70

Pemanfaatan lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) sebagai bahan antijamur dalam sampo

0 10 116

Daya Antijamur Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) dalam Sediaan Salep

8 55 96

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaman Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum)

0 12 78

Aktivitas Antimikroba Minyak Esensial Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Pangan

3 16 11

Perbandingan Efektivitas Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K Schum) dan Lengkuas Putih (Alpinia Galanga) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 6

Efektivitas Air Rebusan dan Air Perasan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K.schum) dalam Menghambat Pertumbuhan Trichophyton rubrum Jamur Penyebab Kutu Air (Tinea pedis)

0 0 7

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 91