21
BAB III METODOLOGI
C. A. ALAT DAN BAHAN
Penelitian ini menggunakan bahan berupa rimpang lengkuas merah segar Alpinia purpurata K. Schum berusia 11 bulan yang diperoleh dari
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Cibinong, Bogor. Bahan kimia yang digunakan, yaitu : etil asetat 60 persen, maltodekstrin, sodium lauryl eter
sulfhate SLES, cocoamidoproyl betain, NaCl, parfum, asam sitrat, DEA, bronidox, air deionisasi, dan alkohol. Media untuk uji mikrobiologi adalah
Sabouraud Agar , dengan komposisi pepton, media agar, dan air.
Peralatan yang digunakan adalah : IKA RW 47 D Pengaduk Telemechanique, pengering tipe rak, grinder, pipet pasteur, inkubator, jarum
ose, Buchi Rotavapor R.114, Snijders Scientific Freeze Dryer, Christ Alpha 1- 2 LD Freeze Dryer, Buchi Mini Spray Dryer B-191, Welch GEM 1.0 Vacum
Pump, Samsung SRG-259 Freezer and refrigerator, L-C Incubatorlab-line Instrument, Hot plate Sybron Thermoline, vortex Thermoline Type 37600
mixer. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam analisa, yaitu : tanur, Brookfield Rheometer, pH-meter 301 Hanna instrument, dan alat-alat gelas.
D. B. METODE PENELITIAN
B.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 1.1
Pengolahan Simplisia Lengkuas
Penanganan rimpang lengkuas setelah panen merupakan tahap awal yang menentukan mutu rimpang lengkuas dalam proses pengolahan
berikutnya. Proses penanganannya dibagi menjadi 5 lima tahap Wardana, et al., 2002, yaitu :
1.1.1. Sortasi basah Penyortiran basah dilakukan dengan membersihkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing yang menempel pada rimpang lengkuas, seperti akar, kerikil, tanah dan rumput.
22 1.1.2.
Pencucian Pencucian rimpang lengkuas menggunakan air mengalir. Pada
proses ini, perlu memperhatikan banyaknya pembilasan. Selama rimpang lengkuas masih terlihat kotor, maka pencucian atau
pembilasan perlu diulangi sekali atau dua kali lagi. Proses pencucian dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
1.1.3. Perajangan
Perajangan rimpang lengkuas dilakukan dengan menggunakan pisau, dengan tebal perajangan sekitar 5-7 mm sehingga akan
diperoleh ketebalan ideal simplisia kering, sekitar 3-5 mm. 1.1.4.
Pengeringan Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan mesin
pengering tipe rak. Simplisia disusun dalam suatu wadah dengan ketebalan tumpukan sekitar 1-2 cm. Proses pengeringan
menggunakan suhu 50-60 C selama ± 12 jam, sampai rimpang
lengkuas memiliki tingkat kekeringan yang cukup. 1.1.5.
Penggilingan Lengkuas hasil pengeringan digiling halus dengan menggunakan
mesin penggiling yang dilengkapi ayakan berdiameter 0,25 mm 50 mesh. Hasil gilingan berupa lengkuas bubuk akan dianalisa
untuk mengetahui karakteristiknya dan hasilnya dapat dijadikan sebagai parameter kualitas ekstrak dan produk sampo yang dibuat
dengan campuran ekstrak lengkuas merah. Metode analisis bubuk lengkuas dapat dilihat pada Lampiran 2.
1.2 Ekstraksi
Ekstraksi bubuk lengkuas dilakukan dengan metode maserasi berulang dengan proses pengadukan selama 3 jam dan menggunakan
pelarut etil asetat 60 persen. Tahapan ekstraksi bubuk lengkuas dapat dilihat pada Gambar 6. Rasio bubuk dan pelarut yang digunakan 1:10
berdasarkan pada hasil trial error selama proses ekstraksi. Penggunaan rasio pelarut yang kurang dari 1:10 mengakibatkan proses ekstraksi
23 berjalan kurang optimal. Hal ini dipengaruhi oleh sifat bubuk lengkuas
yang mudah menyerap pelarut, sehingga dibutuhkan volume yang cukup besar untuk mengoptimalkan proses maserasi dengan pengadukan.
Gambar 6. Diagram Alir Ekstraksi Simplisia Lengkuas Merah Hezmela, 2006
Setelah proses ekstraksi, ekstrak lengkuas merah dianalisa nilai pH, sisa pelarut dengan metode oven vakum, dan kelarutan dalam etanol
80 persen. Metode analisa proksimat ekstrak lengkuas merah dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tahap selanjutnya adalah proses pengeringan ekstrak menggunakan pengering semprot spray dryer tipe Buchi. Pengeringan
ini bertujuan untuk membentuk ekstrak lengkuas merah bubuk sehingga mempermudah proses pencampuran ekstrak dalam formulasi sampo.
Bubuk Lengkuas
Ekstraksi Bubuk : etil asetat 60 = 1 : 10
Pengadukan ; 3 jam, 200 rpm Penyaringan
Filtrat
Penguapan : Rotavapor, suhu 77
C Ekstrak Lengkuas merah
Residu bubuk lengkuas
Pelarut
24 Untuk mengoptimalkan hasil pengeringan ekstrak, digunakan bahan
pengisi maltodekstrin yang dilarutkan dalam air dan etil asetat 96 persen. Rasio yang digunakan adalah 12 gram maltodekstrin dalam 100 gram
ekstrak. Hal ini berdasarkan trial error yang dilakukan pada konsentrasi 10 persen dan 15 persen. Pada konsentrasi 10 persen, ekstrak serbuk yang
diperoleh sangat higroskopis, sedangkan pada konsentrasi 15 persen, aroma khas lengkuas sudah tertutupi aroma komponen gula dari
maltodekstrin. Penggunaan maltodekstrin didasarkan pada sifatnya yang dapat memperbaiki mutu fisik dari suatu produk Schenk dan Hebeda,
1992. Selain itu, menurut Mc Donald 1984, maltodekstrin juga tidak mempengaruhi warna dari prosuk yang dihasilkan. Roper 1996
menyatakan bahwa tampilan dan sifat-sifat organoleptik produk dengan bahan pengisi maltodekstrin dapat diterima dan memiliki konsistensi
produk akhir yang cukup tinggi.
B. 2. PENELITIAN UTAMA 1. Pembuatan Sampo Antijamur
Formulasi sampo dibuat berdasarkan pada formula yang telah dibuat oleh Ismayanti 2002.
Pada penelitian ini dilakukan beberapa modifikasi konsentrasi bahan, terutama untuk bahan-bahan yang
diperkirakan akan mempengaruhi kualitas sampo setelah dicampur dengan ekstrak. Sampo yang dibuat diberikan penambahan ekstrak dengan
berbagai tingkat konsentrasi sebesar 0,5 persen, 1 persen, 2 persen, dan 3 persen. Formulasi sampo antijamur dengan berbagai tingkat konsentrasi
ekstrak disajikan pada Tabel 4, dan tahapan pembuatan sampo pada Gambar 7.
Tabel 4. Formulasi Sampo dengan Ekstrak Lengkuas Merah Modifikasi Ismayanti, 2002
25
Bahan Konsentrasi
Formula Dasar
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Dietanolamida 2
2 2
2 2
Sodium Lauryl Eter Sulfate 20
20 20
20 20
Cocoamidopropyl Betain
5 5
5 5
5 NaCl
0,8 0,8
0,8 0,8
0,8 Ekstrak Lengkuas
Merah
0,5 1
2 3
Bronidox 0,2
0,2 0,2
0,2 0,2
Parfum 0,2
0,2 0,2
0,2 0,2
Air qs
qs qs qs qs
:
0,8 persen NaCl + 10 persen air
20 persen Natrium Lauryl
Eter Sulfate
Sediaan 1 Pencampuran : 2 persen
Dietanolamida DEA + i
Pemanasan hingga suhu 65-70
o
C
Sediaan 2
Pengadukan hingga homogen 5 persen
Cocoamidopropyl betain
Saat suhu campuran 35
o
C, masukkan 0,2 persen Bronidox dan 0,2 persen pewangi
Saat suhu campuran 60
o
C, masukkan ekstrak lengkuas yang sudah dilarutkan dalam 10
persen air
Sediaan Sampo Lengkuas Merah
26 Gambar 7. Diagram Alir Pembuatan Sampo Lengkuas Merah
Alpinia purpurata K. Schum Modifikasi Ismayanti, 2002
2. Analisa Karakteristik Shampo Antijamur
Analisa terhadap shampo antijamur meliputi pH, viskositas, kadar air, alkali bebas, dan stabilitas emulsi. Tata cara analisa karakter
shampo dapat dilihat pada Lampiran 3.
3. Pengujian Aktivitas Antijamur Brock dan Madigan, 1991
Pengujian aktivitas sampo dilakukan untuk mengetahui besarnya daya hambat sampo akibat penambahan ekstrak lengkuas merah pada
beberapa taraf konsentrasi. Penentuan aktivitas antijamur sampo dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumur. Metode difusi sumur merupakan
metode penentuan daya antijamur suatu zat antijamur terhadap jenis jamur tertentu. Prinsip kerja metode ini berdasarkan pada kemampuan difusi zat
antijamur pada bidang sumur yang telah diinokulasi pada jamur uji. Daya antijamur suatu zat dilihat dari terbentuk atau tidaknya zona hambat yang
terbentuk di sekeliling sumur yang berisi zat. Dengan metode ini dapat terlihat daya hambat sampo terhadap jamur melalui munculnya zona bening di daerah
sekeliling contoh sumur yang berisi sampo antijamur Brock dan Madigan, 1991.
Biakan jamur uji diambil dari agar miring menggunakan jarum ose secara aseptik dan diremajakan dalam media cair. Selanjutnya disiapkan agar
Sabouraud di dalam cawan petri dan masing-masing biakan digoreskan di atas agar. Kemudian dibuat sumur-sumur menggunakan pipet pasteur. Diameter
sumur yang dibuat sebesar 5 mm. Sampo yang akan diujikan dimasukkan ke
27 dalam lubang hingga kedalaman lubang terisi sempurna. Agar yang sudah
berisi bahan diinkubasikan dengan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jamur uji. Suhu inkubator sesuai dengan suhu ruang, yaitu 37
C selama 5 hari. Aktivitas antijamur dari sampo dihitung dengan mengurangi diameter total
zona bening dengan diameter sumur. Sistematika penyiapan kultur uji dan tahap pengujian antijamur sampo dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.
1. Persiapan Kultur Uji Siswadi, 2002
Gambar 8. Bagan Persiapan Kultur Uji Siswadi, 2002 2. Pengujian Antijamur Metode Difusi Agar Siswadi, 2002.
Kultur Uji Kultur uji siap digunakan
Kultur murni jamur uji Inokulasi ke dalam 10 ml media Nutrient
Broth NB
Inkubasi pada suhu optimal pertumbuhan 37
o
C selama 5 lima hari
Dituangkan 20 ml Nutrient Agar Inokulasi 0.2 persen ke dalam cawan petri
steril
Dibuat 3 sumur menggunakan pipet pasteur, dengan diameter masing-
masing 5 mm, Dibekukan
28 Gambar 9. Pengujian Antijamur Metode Difusi Agar Siswadi, 2002
4. Uji Kesukaan Konsumen
Pengujian kesukaan konsumen dilakukan melalui uji kesukaan hedonik secara organoleptik pada sampo. Panelis diminta untuk menilai
kesukaan mereka terhadap beberapa karakter sampo, yaitu penampakan, aroma, kekentalan, banyaknya busa, dan kesan setelah pemakaian. Uji
kesukaan dilakukan oleh 30 orang panelis di lingkungan mahasiswa IPB. Prosedur pengujian organoleptik sampo ekstrak lengkuas merah dapat
dilihat pada Lampiran 16. Lembar uji kesukaan sampo ekstrak lengkuas merah dapat dilihat pada Lampiran 15. Penghitungan hasil uji organoleptik
menggunakan perhitungan dengan analisis nonparametrik Friedman.
5. Uji Stabilitas Penyimpanan
Uji stabilitas dilakukan untuk mengetahui umur simpan produk emulsi dan kestabilan emulsi produk selama penyimpanan. Uji stabilitas
dilakukan di masa awal proses produksi produk untuk mengatasi masalah yang timbul sebelum uji akhir.
Metode yang digunakan dalam uji stabilitas produk selama penyimpanan adalah metode akselerasi. Metode ini dilakukan dengan
mengatur waktu dan suhu penyimpanan produk. Kondisi penyimpanan produk yang diuji diatur di luar kondisi normal, sehingga produk dapat
lebih cepat rusak dan proses penentuan umur simpan produk dapat ditentukan. Terdapat beberapa suhu dan waktu penyimpanan yang dapat
digunakan pada uji stabilitas produk emulsi yang mengacu pada metode Masing-masing sumur diisi penuh
dengan sampo ekstrak lengkuas merah
Inkubasi pada suhu 37
o
C selama 5 hari Ukur diameter daerah hambat
29 akselerasi menurut Connors et al. 1992 seperti yang disajikan pada
Tabel 5. Uji stabilitas sampo dengan ekstrak lengkuas merah dilakukan
pada suhu 50 C selama satu bulan. Pengamatan dilakukan setiap 5 hari
sekali yang meliputi pengamatan terhadap nilai pH dan kekentalan sampo. Tabel 5. Data Panduan untuk Uji Umur Simpan Produk Emulsi
Suhu C
Waktu Pengamatan Umur Simpan Produk 25
Satu tahun Satu tahun
37 Enam bulan
Sembilan bulan 45
Tiga bulan Sembilan bulan
50 Satu bulan
Sembilan bulan 4
Satu tahun Sembilan bulan
-20 Satu bulan
Sembilan bulan Sumber : Connors et al. 1992
C. RANCANGAN PERCOBAAN