Formulasi Sampo TINJAUAN PUSTAKA

17 Tabel 3. Standar Mutu Sampo SNI 06-2692-1992 Karakteristik Syarat Cara Pengujian Bentuk : Cair Emulsi Pasta Batangan Serbuk Tidak ada yang mengendap Rata dan tidak pecah Tidak ada gumpalan kertas Rata dan seragam Rata dan seragam Organoleptik Organoleptik Organoleptik Organoleptik Organoleptik Zat aktif permukaan dihitung sebagai natrium lauril sulfat SLS dan atau non ionik, bb min. 4.5 Potentiometric titration assembly Nilai pH dengan larutan 10 bv 5.0-9.0 pH meter Kadar air dan zat lainnya yang menguap, bb maks. 95.5 Oven 105 C Viskositas 400-4000 cP Schmit dan William Rheometer Brookfield Alkali Bebas 0 Toaha, 1997 -

H. Formulasi Sampo

Bahan penyusun sampo terdiri dari dua komponen utama, yaitu bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama merupakan bahan dasar sampo yang biasanya berfungsi untuk membentuk busa dan sebagai pembersih surfaktandetergen. Daya bersih sampo dipengaruhi oleh jenis surfaktan, suhu, cara pencucian rambut, cara pembilasan, dan jenis air yang digunakan Imron, 1985. Surfaktan yang memiliki sifat selain sebagai pembersih ini terdapat dalam beberapa macam, antara lain : 18 a. Surfaktan nonionik, jenis surfaktan ini jarang digunakan secara sendiri karena daya busanya lemah dan harganya relatif mahal. Jenis yang sering digunakan adalah C-12 metoksi polietilen glikol laurat yang berfungsi sebagai pelarut untuk zat pewangi parfum. b. Surfaktan kationik, surfaktan ini sangat baik untuk digunakan dalam formulasi sampo, karena bersifat sebagai pelembab conditioner rambut sehingga rambut menjadi lebih lembut dan mudah diatur, busanya baik dan banyak, dan berfungsi sebagai pembersih kulit kepala. Kerugiannya adalah jika terkena mata bersifat pedih dan beracun. Jenis yang sering digunakan adalah olealkanium klorida, distearildimonium klorida, dan isostearil etildimonium etosulfat. c. Surfaktan anionik, surfaktan jenis ini sangat baik digunakan dalam formulasi sampo. Surfaktan anionik sering digunakan sebagai bahan pembersih. Jenis yang sering digunakan adalah natrium lauryl eter, natrium lauryl sulfat, dan senyawa amonium. d. Surfaktan amfoterik, jenis surfaktan ini tidak banyak diproduksi dan harganya cukup mahal. Surfaktan ini sering digunakan sebagai bahan aditif fungsional yang dapat mengontrol viskositas dan nilai pH sampo. Selain itu, berfungsi juga sebagai zat tambahan yang bekerja sebagai surfaktan sekunder. Jenis yang sering digunakan adalah cocoamidopropil hidrokdisultain Depkes RI, 1985 ; Imron, 1985. Bahan-bahan yang sering terdapat dalam satu formula sampo terdiri dari zat pembersih surfaktan, bahan aditif fungsional untuk mengontrol viskositas dan nilai pH, zat pengawet, bahan aditif estetik pewarna dan parfum, serta bahan aditif medis, seperti zat antijamur atau antiketombe, dan zat untuk merangsang pertumbuhan rambut serta untuk meningkatkan kelembaban rambut Ismunandar, 2006. Berdasarkan formulasi dari penelitian Ismayanti 2002, bahan- bahan yang terdapat dalam satu formulasi sampo terdiri dari cocoamidopropil betain, bronidox L., natrium klorida, sodium lauryl eter sulfat, cocoamide DEA, parfum, asam sitrat, dan air deionisasi. Di bawah ini diuraikan fungsi bahan dalam formulasi sampo. 19 a. Cocoamidopropil betain Dehyton K Cocoamidopropil betain merupakan cairan dengan penampakan bening kekuningan dan memiliki bau yang khas. Bahan ini merupakan jenis surfaktan amfoterik dengan pH 6,0-7,5 yang umumnya digunakan untuk aplikais umum dalam sediaan surfaktan sebagai pembersih. Kombinasi antara surfaktan amfoterik dan surfaktan anionik dalam larutan akan memberikan efek sinergis yang sangat baik untuk perlindungan terhadap kulit dan dapat memperbaiki sifat produk. b. Sodium Lauryl Eter Sulfat Sodium Lauryl Eter Sulfat SLES yang memiliki rumus kimia C 12 H 25 OCH 2 CH 2 n OSONa, merupakan surfaktan yang memiliki tampilan fisik berupa pasta kental dan larutan bening. Dalam bentuk pasta kental, SLES memiliki sifat 70 detergen, sednagkan dalam bentuk larutan bening memilki daya detergensi sebesar 28 . Selain sebagai pemebersih, SLES juga digunakan sebagai surfaktan yang dapat melembutkan rambut. c. Bronidox L. atau Propilen glikol 5-bromo-5-nitro-1,3 dioxane Bronidox L. adalah bahan yang berbentuk cairan bening yang umumnya tidak berwarna. Bahan ini memiliki pH minimum 5,0 dan sering digunakan sebagai pengawet pada sediaan surfaktan karena aman digunakan untuk kulit. Konsentrasi maksimum penggunaan Bronidox L. pada formula sampo sekitar 0,4 . Pada konsentrasi tersebut sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat mempengaruhi mutu produk akhir. Bronidox L. bersifat stabil pada suhu maksimum 40 C dan zat ini tidak berubah pada saat diaplikasikan pada sediaan surfaktan pada pH antara 5,0-8,0. d. Natrium Klorida NaCl Natrium klorida merupakan elektrolit yang digunakan untuk meningkatkan kekentalan sampo. Penggunaannya harus dikombinasikan dengan sodium lauril eter sulfat SLES. Penambahan NaCl yang tidak tepat dapat mempengaruhi tingkat kekentalan sampo yang dihasilkan. Konsentrasi NaCl yang berlebihan dapat menurunkan tingkat kekentalan. 20 e. Dietanolamida DEA Dietanolamida merupakan bahan yang berbentuk cairan padat berwarna bening dan memiliki bau yang khas. Penambahan bahan ini dapat meningkatkan kekentalan sampo. Dalam sediaan surfaktan, bahan ini berfungsi sebagai zat pengental. f. Parfum Parfum atau bahan pewangi fragrance merupakan bahan yang sering ditambahkan agar sampo memiliki bau yang menarik. Parfum yang digunakan dapat berupa minyak wangi yang dibuat secara alami, campuran antara minyak wangi yang dibuat secara alami atau sintetis, atau minyak wangi yang dibuat secara sintetis. g. Air deionisasi Air deionisasi merupakan air yang telah mengalami proses penghilangan ion-ion logam melalui lapisan-lapisan ressin aktif dan proses penyaringan melalui submicron filter utnuk menghilangkan suspensi- suspensi berupa kotoran atau bahan pencemar. 21

BAB III METODOLOGI

Dokumen yang terkait

Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Dengan Monosodium Glutamat (MSG)

12 118 94

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata K. Schum) dan LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga L.) PADA MENCIT JANTAN

10 58 20

Uji efektivitas ekstrak lengkuas merah (Alpina purpurata K.Schum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli dengan metode disc diffusion.

4 24 70

Pemanfaatan lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) sebagai bahan antijamur dalam sampo

0 10 116

Daya Antijamur Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) dalam Sediaan Salep

8 55 96

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaman Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum)

0 12 78

Aktivitas Antimikroba Minyak Esensial Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Pangan

3 16 11

Perbandingan Efektivitas Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K Schum) dan Lengkuas Putih (Alpinia Galanga) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 6

Efektivitas Air Rebusan dan Air Perasan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K.schum) dalam Menghambat Pertumbuhan Trichophyton rubrum Jamur Penyebab Kutu Air (Tinea pedis)

0 0 7

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 91