49 karena fase germinasi sporanya lebih lambat, mengakibatkan sel-selnya lebih
cepat untuk dihambat oleh zat antijamur. Sehingga nilai diameter daerah hambatnya terus meningkat dengan peningkatan konsentrasi zat antijamur dari
lengkuas merah dalam sampo. Pada jamur T. mentagropytes, dengan dinding sel yang lebih tipis
mengakibatkan senyawa antijamur lebih cepat untuk berpenetrasi ke dalam sel. Kecepatan penetrasi zat antijamur ke dalam sel tidak membuat jamur ini
lebih mudah terhambat. Hal ini disebabkan oleh cepatnya germinasi spora pada T. mentagropytes yang dapat mengalahkan kecepatan hambat zat
antijamur terhadap sel-sel barunya. Hal ini menyebabkan proses penghambatan zat antijamur terjadi lebih cepat pada M. canis dibandingkan
pada T. mentagropytes. Perbandingan nilai diameter hambat dari dua jenis jamur ini dapat dilihat pada Gambar 17. Tampilan zona hambat pada medium
tumbuh jamur dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil analisa ragam faktor konsetrasi ekstrak lengkuas merah terhadap daya antijamur sampo disajikan
pada Lampiran 11.
10 20
30 40
50 60
0.5 1
2 3
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas Merah D
iameter hambat mm
T. mentagropytes M. canis
Gambar 17. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Ekstrak Lengkuas Merah dengan Diameter Hambat terhadap Jamur
Selain itu, menurut Fardiaz 1985, kemampuan zat antijamur menghambat pertumbuhan jamur dipengaruhi pula oleh beberapa faktor antara
lain : konsentrasi zat antijamur, jenis, jumlah, umur, dan keadaan jamur, suhu, waktu kontak, sifat-sifat kimia dan fisik media pertumbuhan, seperti pH, kadar
50 air, nutrisi, serta jumlah komponen didalamnya. Nilai diameter hambat sampo
ekstrak lengkuas merah terhadap jamur Tricophyton mentagropytes dan Microsporum canis
dapat dilihat pada Lampiran 10a. Tabel 9. Hasil Uji Antijamur Sampo Ekstrak Lengkuas Merah
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas Merah
persen Diameter Daerah Hambat terhadap Jamur mm
Tricophyton mentagropytes Microsporum canis 0,5 33,5 33
1 34 32,3
2 32,7 34,7
3 29,4 36
Daya antijamur ekstrak lengkuas merah disebabkan adanya gugus fenol OH dalam komponen penyusun kelompok flavonol galangin,
kuercetin, mircetin, dan kaemferid. Menurut Nychas 1995, komponen fenol dapat mendenaturasi enzim yang bertanggung jawab terhadap germinasi spora
atau berpengaruh terhadap senyawa amino yang terlibat dalam proses germinasi. Senyawa fenolik yang memiliki berat molekul yang besar dapat
menginaktifkan enzim essensial yang terdapat dalam sel mikroba meskipun pada konsentrasi rendah. Pelczar dan Reid 1979 menambahkan bahwa
senyawa fenolik mampu menurunkan tegangan permukaan sel mikroba. Menurut Branen dan Davidson 1993, senyawa antijamur lengkuas mampu
menurunkan tegangan permukaan karena memiliki grup lipofil dan hidrofil dalam molekulnya. Keseimbangan antara grup lipofil dan hidrofil sangat
menentukan keoptimalan aktivitas antijamur dari sampo dengan ekstrak lengkuas merah. Voight 1994 menyatakan bahwa di dalam bahan aktif
ekstrak lengkuas merah, yang termasuk dalam grup hidrofil adalah gugus hidroksil OH, sedangkan cincin karbon merupakan grup lipofil.
Selain komponen fenol, daya antijamur dalam ekstrak lengkuas merah juga disebabkan oleh komponen lain, seperti eugenol, 1’-Asetoksi
khavikol asetat, dan galangol. Komponen-komponen dalam lengkuas merah, baik yang terdapat dalam minyak atsiri maupun resin, saling bersinergi
memberikan daya hambat terhadap pertumbuhan jamur.
51 Komponen utama penyusun membran sitoplasma jamur merupakan
senyawa protein dan lemak Pelczar dan Chan, 1986. Karakteristik bahan penyusun membran sitoplasma ini menyebabkan rentannya membran terhadap
bahan yang memiliki sifat dapat menurunkan tegangan permukaan Jawetz et al
., 1960. Kerusakan membran sitoplasma menyebabkan ion anorganik penting, nukleotida, koenzim, dan asam amino bergerak keluar sel. Selain itu,
kerusakan membran juga dapat mencegah masuknya bahan-bahan penting yang diperlukan sel Brock dan Madigan, 1991.
Pada zat antijamur untuk kulit kepala, seperti ketokonazol turunan imidazol, penggunaannya dapat menyebabkan ketidakteraturan pada
membran sitoplasma jamur. Senyawa antijamur dapat membentuk interaksi hidrofob dengan asam lemak tidak jenuh suatu komponen dalam membran
jamur dan mengakibatkan terjadinya perubahan pada permeabilitas membran dan fungsi pengangkutan senyawa essensial. Hal ini menyebabkan timbulnya
ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan dan mengakibatkan kematian sel jamur. Senyawa turunan imidazol juga dapat
menghambat biosintesis sterol, trigliserida, dan fosfolipid pada jamur. Senyawa ketokonazol sendiri dapat mempengaruhi biosintesis ergosterol
dalam sel jamur Siswandono dan Soekardjo, 1995.
E. UJI KESUKAAN KONSUMEN