Tinea Capitis TINJAUAN PUSTAKA

11 Tabel 2. Aktivitas Beberapa Komponen Bioaktif Pada Rempah-Rempah Jenis Rempah- rempah 1 Jenis Komponen Bioaktif 1 Aktivitas Bioaktif 2 Lengkuas Kuersetin, kaemferol, 1,8- sineol, α-pinen, limonen, terpineol, tujon, dan mirsen. Antimikroba, antioksidan, antikarsinogenik, antifertilitas, antioksidan, dan antifeedant. Jahe Gingerol Antikoagulan, menurunkan kadar kolesterol Adas, Anis Bintang Anethole Ekspektoran, antiinflamsi Sereh Sitronelal, Sitronellol Insektisida Cengkeh Eugenol Antiinflamasi, antikarminativa, stimulan, antimikroba Kapulaga Terpineol Antialergik, antiseptik, bakterisida Kayu putih, eucalyptus Sineol Antiseptik, bakterisida, herbisida Akar wangi Vetiverol Diaferotik Kayu manis Sinamaldehid Antikarminativa, spasmolotik, antimikroba Sumber : 1 Ketaren 1985 2 Malaysian Herbal Database 2003

D. Tinea Capitis

Tinea capitis merupakan jenis infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofitosis dan menyerang daerah kulit kepala Siswandono dan Soekardjo, 1995. Menurut Volk dan Wheeler 1984, jamur penyebab dermatofitosis merupakan organisme-organisme yang membutuhkan keratin dalam pertumbuhannya. Keratin banyak terdapat di daerah kulit, rambut, dan kuku. Beberapa jenis jamur penyebab dermatofitosis adalah Trichophyton sp, Microsporum sp, dan Epidermophyton sp. Untuk jamur yang menyerang kulit 12 kepala, biasanya hanya jamur dari jenis Microsporum sp., terutama dari spesies Microsporum canis, serta Trichophyton sp., salah satunya dari spesies Trichophyton mentagropytes, yang juga dapat menginfeksi kuku Tinea pedis Greenwood et al., 1995. Jamur yang menginfeksi kulit kepala dapat menyebabkan terjadinya kadas kulit kepala atau yang lebih dikenal sebagai infeksi ringworm Volk dan Wheeler, 1984. Kadas kulit kepala ini muncul sebagai perluasan gelang-gelang di kulit kepala, dengan jamur yang tumbuh di dalam dan pada rambut. Reaksi-reaksi peradangan yang muncul dapat menyebabkan luka dalam yang jika sembuh akan meninggalkan bekas atau hilangnya rambut secara permanen kebotakan permanen. Menurut Temple 1999, gejala ringworm berupa gatalkudis atau sisik yang terbentuk pada kulit kepala. Jamur penyebab ringworm pada umumnya menyerang folikel rambut. Cara penularan infeksi ini dapat melalui berbagai media, seperti sisir yang digunakan secara acakbergantian, bantal, topi, sikat, atau melalui binatang peliharaan, seperti anjing atau kucing. Gejala infeksi ini mirip seperti ketombe, yaitu berupa sisik yang muncul di kulit kepala. Infeksi ini banyak menyerang anak-anak usia 5-10 tahun. Menurut Anon 2006, sekitar 15-25 anak-anak yang berusia 15-10 tahun terutama pada anak laki-laki di negara maju seperti Amerika dan Kanada, banyak terjangkit infeksi ringworm. Namun, tidak menutup kemungkinan penyakit ini menyerang orang dewasa. Selain ringworm, menurut Siswandono dan Soekardjo 1995, jamur penyebab Tinea capitis juga dapat menyebabkan timbulnya gejala ketombe atau dandruff. Menurut Anon 2006, ketombe atau ptiriasis sika dandruff merupakan suatu pertumbuhan berlebihan kulit kepala tanpa peradangan. Menurut Depkes RI 1985, ketombe merupakan bentuk kering dari kapitis saborea yang lazim dikenal sebagai saborea sika kering, yaitu sisik kering berlapis-lapis yang rapuh, mudah terlepas, dan melekat menutupi epidermis kulit kepala. 13 E. Karakteristik M. canis dan T. mentagropytes Jamur penyebab infeksi kulit kepala dari spesies M. canis dan T. mentagropytes memiliki karakter khusus, yaitu : 1. Microsporum canis Microsporum canis termasuk fungi imperfecti deuteromycetes, yaitu jamur yang pertumbuhan secara seksualnya belum diketahui Pelczar dan Chan, 1986. Menurut Jawetz 1980, stadium seksual dari M. canis telah ditemukan dan diberi nama Arthroderma otae. Pada medium agar Sabouraud, jamur ini memiliki fase pertumbuhan koloni yang cepat dengan koloni yang berwarna putih pada permukaan agar dan berwarna kuning pada sisi sebaliknya. Koloni jamur ini akan tampak jelas pada masa inkubasi selama 5–7 hari. Jamur ini membentuk banyak makrokonidia multiseluler dengan ukuran 10-150 µm yang terdiri dari 8-15 sel berdinding tebal yang biasanya mempunyai ujung-ujung melengkung atau kail berduri. Jamur ini berbentuk kumparan dan terbentuk pada konidiospora khusus, serta memiliki misellium seperti kapas atau wol. M. canis adalah jamur penyebab penyakit tinea capitis, yaitu dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut. Kelainan ini diatanda dengan kulit kepala yang bersisik, kemerah-merahan, kebotakan, dan kadang- kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat atau disebut kerion yaitu reaksi peradangan yang berat, berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah Dubos, 1948. Morfologi koloni jamur M. canis ditampilkan pada Gambar 4. 2. Trichophyton mentagropytes Jamur ini termasuk pada kelompok fungi imperfecti deuteromycetes Pelczar dan Chan, 1986. Jamur ini termasuk pada famili Moniliaceae yang telah memiliki stadium seksual yang diberi nama Arthroderma vanbreu seghemii . Dalam pertumbuhan secara invitro, koloni jamur ini berbentuk serbuk sampai bentuk granular. Biasanya menunjukkan banyak kelompok mikrokonidia subsferis yang menyerupai tangkai buah anggur pada cabang-cabang terminalnya. Koloni jamur ini 14 berbulu putih seperti kapas dan hanya sedikit mengandung makrokonidia berukuran 6-20 µm dengan 2-8 septa. Selain menyebabkan infeksi pada kulit kepala, spesies ini merupakan penyebab penyakit ringworm pada kaki tinea pedis dan pada kuku tinea unguium. Infeksi pada kuku menyebabkan kuku menjadi kuning, rapuh, tebal dan hancur Al-Doory, 1980. Morfologi koloni jamur T. mentagropytes ditampilkan pada Gambar 5. a b Gambar 4. Morfologi koloni a dan morfologi mikroskopis b M. canis a b Gambar 5. Morfologi koloni a dan morfologi mikroskopis b T.mentagropytes F. Senyawa Antijamur Senyawa antijamur untuk jamur penyebab infeksi kulit kepala yang banyak digunakan saat ini adalah senyawa antijamur sintetis, seperti sampo 15 anti ketombe yang mengandung zat anti ketombe, seperti zat Zinc-phyrithion ZPT, sampo sulfur, sampo selenium Anon, 2006. Selain itu, pengobatan juga dapat menggunakan sampo antijamur, seperti ketokonazol, atau sampo yang mengandung 2 clotrimezol Anon, 2006. Pengobatan infeksi kulit kepala juga dapat menggunakan Nizoral Sampo, yang digunakan 2-3 kali setiap minggu Temple, 1999. Menurut Brock dan Madigan 1991, zat antijamur merupakan bahan yang dapat membasmi jamur pada umumnya, khususnya yang bersifat patogen bagi manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, senyawa antifungi dibagi atas fungisida dan fungistatik. Fungisida yaitu senyawa antijamur yang mempunyai kemampuan untuk membunuh jamur sehingga dinding sel jamur menjadi hancur karena lisis, akibatnya jamur tidak dapat bereproduksi kembali, meskipun kontak dengan obat telah dihentikan. Fungistatik yaitu senyawa antijamur yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan jamur sehingga jumlah sel jamur yang hidup relatif tetap. Pertumbuhan jamur akan berlangsung kembali bila kontak dengan obat dihentikan. Menurut Pelczar dan Reid 1979, berdasarkan mekanisme penghambatannya, obat antijamur dapat dibedakan menjadi 4 empat, yaitu : a. Zat antijamur yang bekerja dengan merusak dinding sel jamur, sehingga menyebabkan dinding sel lisis. Zat antijamur berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini mengakibatkan kebocoran membran sel, sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel jamur. b. Zat antijamur yang bekerja dengan mengganggu permebilitas membran sitoplasma, sehingga terjadi kebocoran zat nutrisi dari dalam sel. Permeabilitas dinding sel dirusak dengan mengganggu proses sintesis asam nuklat atau dengan menimbun senyawa peroksida dalam sel jamur sehingga terjadi kerusakan dinding sel yang mengakibatkan permeabilitas terhadap berbagai zat intrasel meningkat c. Zat antijamur yang bekerja dengan menghambat proses mitosis jamur dengan mengikat protein mikrotubuler dalam sel. 16 d. Zat antijamur yang bekerja dengan merusak sistem metabolisme di dalam sel dengan cara menghambat kerja enzim intraseluler.

G. Sampo

Dokumen yang terkait

Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Dengan Monosodium Glutamat (MSG)

12 118 94

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata K. Schum) dan LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga L.) PADA MENCIT JANTAN

10 58 20

Uji efektivitas ekstrak lengkuas merah (Alpina purpurata K.Schum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli dengan metode disc diffusion.

4 24 70

Pemanfaatan lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) sebagai bahan antijamur dalam sampo

0 10 116

Daya Antijamur Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) dalam Sediaan Salep

8 55 96

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaman Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum)

0 12 78

Aktivitas Antimikroba Minyak Esensial Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Pangan

3 16 11

Perbandingan Efektivitas Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K Schum) dan Lengkuas Putih (Alpinia Galanga) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 6

Efektivitas Air Rebusan dan Air Perasan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K.schum) dalam Menghambat Pertumbuhan Trichophyton rubrum Jamur Penyebab Kutu Air (Tinea pedis)

0 0 7

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 91