BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan ntuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi
yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan
masyarakat, mendapat keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan meningkatkan harga dirinya. Secara sosial, individu yang bekerja mendapat
status sosial yang lebih terhormat daripada yang tidak bekerja dan individu yang bekerja secara psikologis harga diri dan kompetensi dirinya akan meningkat.
Ada dua jenis sektor usaha yang dapat dipilih individu dalam bekerja yaitu sektor formal dan informal, misalnya dengan menjadi wirausaha. Kasubdit Analis
Pasar Kerja Kemenakertrans Sri Indarti menyatakan bahwa peluang kerja sektor informal di Indonesia mencapai 70 persen lebih tinggi daripada sektor formalnya.
Pemerintah mengharapkan pada tahun 2016, para pelaku industri kreatif nantinya dapat menyumbang pendapatan negara sebesar 10 persen setiap tahunnya dalam
http:bataviase.co.idnode3228492. Namun peluang pekerjaan di sektor informal yang terbuka kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pencari kerja
atau tenaga kerja produktif yang menganggur. Hal ini berimbas pada meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur. Kemenakertrans mencatat,
hingga tahun 2010 di Indonesia terdapat sedikitnya 8,7 juta orang tenaga kerja berpendidikan yang menganggur dalam www.kr.co.id dan pada bulan Agustus
1
2009, Badan Pusat Statistik BPS mencatat besarnya jumlah pekerja yang bekerja di sektor informal mencapai 72,72 juta orang. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan jika dibandingkan pada bulan Agustus 2008 yaitu 71,35 juta orang. Berdasarkan data statistik yang dimiliki BPS menunjukkan
bahwa 68 persen pekerja Indonesia saat ini bekerja di sektor informal dengan pendapatan rendah, pekerjaan berisiko dan tidak ada kontrak kerja yang aman dan
menguntungkan bagi para pekerja, termasuk perlindungan sosial tenaga kerja, perwakilan atau organisasi pekerja dalam http:berita.liputan6.comeksbis.
Individu yang mau menciptakan pekerjaan sesuai bidang pendidikan dan keahliannya, memiliki, mengelola, dan melembagakan usahanya sendiri itulah
yang disebut wirausaha. Faktor yang mendorong seseorang mengambil keputusan karier berwirausaha dapat diketahui melalui penilaian kepribadian khususnya
pengalaman dan latar belakangnya. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat keterampilan,
dan kompetensi
yang dimiliki
seorang wirausahawan,
pengembangan nilai-nilai kewirausahaan, dan mendorong untuk mencetuskan ide- ide kewirausahaan Sjabadhyni, 2001: 270.
Orang yang memiliki jiwa kewirausahaan memiliki ciri antara lain mempunyai visi yang jelas, kreatif dan inovatif, jeli melihat peluang, mampu
berorientasi pada kepuasan konsumen, keuntungan finansial, berani menanggung resiko, berjiwa kompetisi secara sehat dan adil, cepat, tanggap dan gerak cepat
dan terakhir seorang wirausaha harus memiliki jiwa sosial Astamoen, 2005: 53. Ketika individu memutuskan bekerja sebagai wirausaha, individu tersebut harus
mengetahui seluk beluk usaha yang akan dijalani serta mengetahui kelebihan dan
kekurangan usaha yang akan ditekuninya. Secara garis besar, keuntungan yang diterima seorang wirausaha dibagi menjadi tiga kelompok yaitu laba atau
keuntungan finansial, kebebasan, dan kepuasan dalam menjalani hidup. Seorang wirausaha pastinya mengharapkan hasil yang sepadan dengan waktu dan uang
yang diinvestasikan, tetapi juga memberikan hasil yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil.
Keuntungan bagi wirausahawan yang pertama berupa laba atau keuntungan finansial. Hal ini merupakan salah satu daya tarik seseorang untuk berwirausaha.
Kedua yaitu kebebasan dalam menjalankan usahanya. Seorang wirausahawan memiliki kebebasan untuk mengatur kehidupan dan waktu kerjanya secara
fleksibel, kebebasan untuk menjalankan usahanya, bahkan kebebasan untuk menentukan besarnya keuntungan yang mereka ingin dapatkan dari usahanya.
Ketiga adalah kepuasan dalam menjalani hidup. Ketika seorang wirausahawan memiliki kebebasan dalam menentukan arah keberhasilannya, mereka akan lebih
merasa puas karena hasil kerja dan pemikiran mereka sendiri yang menjadikan mereka berhasil.
Terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi seorang wirausahawan yang ingin sukses dalam kariernya, antara lain modal, usia dan bakat. Tantangan yang
dihadapi para wirausahawan berbeda-beda, maka hasilnya juga bervariasi tergantung kemampuan orang tersebut dalam memecahkan masalahnya. Banyak
orang yang memandang sebelah mata pada wirausahawan karena bagi mereka, ketika memutuskan berwirausaha mereka memerlukan modal yang besar, tempat
usaha yang luas, usia yang lebih muda atau lebih tua, kemauan untuk bekerja
keras, tekanan emosional yang tinggi, komitmen bahkan ada yang menganggap berwirausaha itu adalah bakat yang diturunkan faktor genetik, sehingga terkadang
menjadi hambatan terbesar seseorang untuk berwirausaha. Penelitian ini merupakan studi kasus yang didasarkan pada pengalaman
subjek dalam menjalankan usahanya. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang wirausaha yang sukses di bidang yang berbeda. Subjek yang pertama, Ann
adalah seorang wirausaha yang bergerak di bidang kuliner dan suami Ann bekerja di salah satu perusahaan karoseri mobil di Magelang. Beberapa tahun yang lalu,
Ann memiliki pekerjaan tetap menjadi seorang dosen Manajemen Fakultas Ekonomi di salah satu Universitas Negeri ternama di Yogyakarta kurang lebih 10
tahun. Kesibukan Ann menyebabkan hubungan rumah tangganya menjadi kurang harmonis dan sejak itu Ann memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai
dosen dan mendedikasikan waktunya menjadi ibu rumah tangga dan mengelola sebuah rumah makan serta minimarket di sebelah rumahnya. Setelah satu tahun,
usaha kuliner ayam gorengnya mulai memiliki beberapa anak cabang, hubungan dengan keluarga juga mulai harmonis kembali, waktu yang dihabiskan untuk
keluarga lebih banyak daripada saat Ann menjadi dosen dan pada akhirnya Ann menemukan kunci sukses dalam kehidupan karir usaha maupun keluarga yang
selama ini dicari selain keuntungan finansial yaitu kebebasan serta kepuasan dalam menjalankan hidup bahagia bersama keluarga dan pekerjaannya.
Subjek yang kedua adalah Bbg, wirausaha yang sukses di bidang jual beli kendaraan. Pada tahun 1990 Bbg bekerja di sebuah Bank Pemerintah Daerah
Yogyakarta BPD DIY hingga tahun 1996 dibagian kreditur. Karena kebijakan
kantor yang bertentangan dengan hatinya maka Bbg keluar dari pekerjaannya dan pindah ke Bank Perkreditan Rakyat BPR di Wilayah Sleman karena ditempat ini
Bbg memperoleh jabatan dan pendapatan yang lebih tinggi dari tempat kerjanya dahulu. Bbg bekerja di BPR selama 6 tahun dan pindah ke bidang pekerjaan lain.
Setelah keluar dari Bank, Bbg mulai tertarik pada usaha jual beli kendaraan bermotor yang memiliki peluang bagus, pada tahun 2004 usahanya mulai
berkembang dan mulai merambah ke perdagangan mobil bekas hingga saat ini. Hal yang menarik dari Bbg adalah keyakinan pada kemampuannya untuk berani
mencoba usaha baru yang berbeda dari latar belakang keluarga maupun pendidikan, keberanian dalam mengambil risiko, serta ketajaman intuisinya untuk
keluar dari pekerjaannya di Bank yang mengantarkan Bbg menjadi seorang wirausahawan sukses di bidang jual beli mobil bekas di Sleman.
Subjek yang ketiga yaitu Jk, yang dahulu bekerja sebagai manager personalia di pabrik pengolahan kayu lapis di Kalimantan. Beberapa kali istri Jk
mengalami keguguran, kemudian Jk dan istri memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta dan bekerja di pabrik pengolahan plastik di Sleman. Tahun 1998 desa
tempat tinggal Jk dijadikan sebagai salah satu desa wisata Kabupaten Sleman. Jk kemudian memutuskan keluar dari pekerjaannya di pabrik plastik dan mulai
menekuni dua usaha barunya yaitu usaha penginapan bagi wisatawan yang datang kedesa wisatanya homestay dan usaha dibidang pertanian yaitu mengganti cara
berkebun dari cara berkebun konvensional menjadi tanaman organik dengan sistem hidroponik.
Tahun 2000 Jk mendapat mitra usaha yang menyalurkan hasil panen organiknya di salah satu supermarket besar di Yogyakarta dan pada akhir tahun
2008 Jk diajak bermitra dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sleman untuk memberikan sosialisasi dan motivasi kepada para petani lainnya untuk
menjalankan sistem hidroponik dan organik agar hasil pertanian dapat meningkat. Jk beranggapan bahwa keberhasilannya bukan ditentukan oleh banyaknya uang,
latar belakang pendidikan, latar belakang keluarga yang dimiliki ataupun usianya, keberhasilannya ini Jk dapat karena besarnya tekad untuk bekerja keras,
orientasinya pada masa depan, dan motivasi dari keluarga yang mengantarkan Jk pada kepuasan dalam menjalani hidup bahagia bersama keluarganya.
Ketiga subjek pernah mengalami kegagalan dalam proses menjalankan usahanya hingga berhasil. Pada subjek 1 Ann pernah gagal dalam merintis usaha
cabang ayam gorengnya karena subjek kurang dapat memanage warungnya dengan baik, sehingga subjek memutuskan untuk membuat franchise untuk
mempermudah pengelolaan usahanya. Subjek juga pernah kurang berhasil dalam penyelenggaraan event lomba di awal event organizer yang dirintisnya, yang
mengakibatkan subjek tidak memperoleh keuntungan fee dari event tersebut. Subjek ke 2 Bbg pernah mencoba menekuni bidang usaha lain yaitu bidang
properti perumahan minimalis dengan harga murah tetapi karena gempa Bantul tahun 2006, usaha yang dirintisnya gagal, dan subjek juga pernah mengalami
hambatan dalam hal modal usaha karena modal usaha yang dimilikinya pernah dibawa lari orang kepercayaan subjek. Begitu juga dengan subjek 3 Jk, dalam
merintis usahanya subjek pernah mendapat banyak penolakan dari masyarakat
untuk membantu di ketiga jenis usahanya. Dalam bidang pertanian organik dan hidroponik, pada awal masa percobaan menanam jenis tanaman baru, subjek
beberapa kali mendapati gagal panen, setelah subjek memperbaiki cara pengolahannya, pada akhirnya subjek bisa sukses dalam usahanya. Pada usaha
pengolahan makanan hasil pertanian, subjek pernah mengalami gagal produksi karena keterbatasan alat yang dimiliki subjek saat memulai usaha.
Berdasarkan ketiga subjek diketahui bahwa kesuksesan yang mereka dapatkan tidak hanya tergantung pada banyaknya modal, bakat yang mereka
miliki serta usia ketika memulai berwirausaha. Kesuksesan yang mereka miliki adalah output dari sebuah proses usaha mereka berdasarkan tekad, kemauan dan
usaha keras mereka dalam menghadapi berbagai macam hambatan, serta didukung oleh komitmen kuat yang mendorong wirausaha untuk terus mencari peluang
sampai mencapai hasil yang diharapkan. Bird dalam penelitiannya menyatakan bahwa banyak wirausahawan gagal
karena tidak dapat dalam menentukan harga penjualan, tidak terampil dalam menempatkan karyawan, dan buruknya hubungan dengan supplier. Sedangkan
Ronstandet mengemukakan bahwa kurangnya pengalaman berkorelasi dengan karirnya yang singkat sebagai wirausahawan. Hal ini dikarenakan kurangnya
sinergi antara pengalaman masa lalu dan usaha-usaha baru yang dilakukannya Sjabadhyni, 2001: 271.
Zulkifli 2009: 33 dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemilihan bidang usaha yang tepat akan dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
wirausaha. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam
penelitian sebelumnya, meneliti faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan wirausaha yang dihubungkan dengan pemilihan bidang dan jenis usaha.
Namun pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui faktor apa saja yang menentukan keberhasilan wirausaha yang dijalankan seseorang, sedangkan
sebelum sukses di bidangnya sekarang, mereka telah memiliki pekerjaan tetap, pendapatan tinggi, dan fasilitas yang lengkap, tapi mereka lebih memilih untuk
keluar dari zona kenyamanan yang mereka miliki untuk mencoba berwirausaha, dan akhirnya mengantarkan mereka menuju keseksesan berwirausaha.
Kebanyakan individu berorientasi untuk mencari kerja, dan sangat sedikit orang yang memiliki orientasi untuk menciptakan lapangan kerja. Ketika
paradigma para pencari kerja berubah, mereka mau bekerja keras menjadi wirausaha sukses, pada akhirnya usaha mereka dapat menyerap tenaga kerja di
lingkungannya dan mengurangi pengangguran di Indonesia pada umumnya. Penelitian ini menjadi menarik dan urgen karena terdapat berbagai faktor yang
menentukan keberhasilan seseorang dalam karier wirausahanya. Sedangkan sebelum memilih bekerja sebagai seorang wirausahawan, individu tersebut telah
bekerja di sebuah instansi, memiliki posisi dan pendapatan tinggi serta berada dalam zona kenyamanan yang diharapkan para pekerja. Namun mereka lebih
memilih untuk beralih profesi, keluar dari zona kenyamanan mereka dengan menjadi seorang wirausaha. Langkah mereka untuk beralih profesi menjadi
wirausaha ini jarang terjadi, bahkan tidak banyak individu yang berani mengambil keputusan besar seperti ini, karena pada umumnya individu yang memiliki
pekerjaan dan pendapatan yang cukup puas dengan hasil yang mereka dapatkan dan enggan meninggalkan zona kenyamanan mereka.
Fokus dalam penelitian ini adalah mengungkap beberapa faktor yang menentukan keberhasilan seorang wirausahawan dalam menjalankan usahanya,
sehingga subjek beralih profesi dari pekerjaan di sektor formal ke informal sebagai wirausaha yang akhirnya mengantarkan mereka sukses seperti sekarang.
Diharapkan selanjutnya dapat manjadi masukan bagi berbagai pihak, terutama bagi pekerja formal yang ingin mencoba berwirausaha, karena ketika seseorang
memutuskan untuk berwirausaha dan sukses, mereka tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup keluarganya, tetapi juga mengubah paradigma
kesuksesan bagi individu disekitarnya, bahwa kesuksesan bukan nasib seseorang tetapi karena hasil kerja keras, kemauan dan komitmen orang tersebut untuk bisa
sukses. Hanya sedikit individu yang mampu mengubah paradigma mereka tentang mencari kerja dan mencoba menjadi wirausaha yang sukses. Dari permasalahan di
atas, maka penelitian ini mengambil judul “Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Berwirausaha”
1.2 Rumusan Masalah