Analisis Data Proses Penelitian

2006: 330 menamakan teknik triangulasi tersebut sebagai triangulasi sumber data. Tujuan digunakannya teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah agar peneliti dapat membandingkan atau mengecek kembali temuan yang didapat dari hasil wawancara narasumber dengan sumber lain yang dirasa berhubungan dengan penelitian tersebut. Sehingga didapat hasil yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya.

3.6 Analisis Data

Setelah data diperoleh, tahap selanjutnya adalah analisis data. Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2006: 248 mendefinisikan analisis data penelitian kualitatif sebagai: Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisa data menurut Patton dalam Moleong, 2006: 280 adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisa data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan setelah pengumpulan data. Data yang didapat dari latar penelitian merupakan data mentah yang harus diolah supaya didapatkan suatu data yang siap disajikan menjadi hasil dari suatu penelitian. Oleh karena itu dilakukan pemilihan, pereduksian, pengolaborasian, yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Proses penelitian data dilakukan dengan cara memisahkan data-data yang digunakan dan data yang tidak sesuai, kemudian direduksi atau dikelompokkan sesuai dengan karakter atau poin-poin yang diteliti untuk mempermudah pengambilan kesimpulan yang kemudian dikolaborasikan dengan cara membuat teori dari temuan baru hasil penelitian. Hasil reduksi dan pemilihan data yang dilakukan kemudian disederhanakan dan dituangkan menjadi kesimpulan- kesimpulan singkat yang bermakna.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu di wilayah Kabupaten Bantul untuk subjek pertama Ann dan Kabupaten Sleman untuk subjek kedua Bbg dan subjek ketiga Jk. Subjek pertama memiliki rumah tingal yang sekaligus dimanfaatkan sebagai tempat usaha. Rumah dan tempat usaha subjek terletak dipinggir jalan raya lintas Kabupaten Sleman ke Kabupaten Bantul. Posisi ruang usaha subjek yang strategis dan ramai dilalui kendaraan membuat usaha subjek banyak didatangi orang, terlebih karena produk yang ditawarkan subjek memiliki ciri khas tersendiri menu yang berbeda dengan restoran pada umumnya serta harga yang ditawarkan juga terjangkau bagi semua kalangan. Subjek memanfaatkan rumah tinggalnya sekaligus sebagai ruang usaha untuk rumah makannya. Subjek membagi rumahnya menjadi dua bagian, sebelah utara yang bertingkat memanjang dipergunakan sebagai rumah induk tempat tinggal subjek dan keluarga, sedangkan bentuk rumah limasan disebelah selatan rumah induk yang berdesain arsitektur Jawa dan memiliki ornament gaya Bali digunakan subjek sebagai ruang usaha untuk rumah makannya. Pada bagian ujung selatan dari rumah limasan dimanfaatkan subjek sebagai dapur, kamar pegawai yang menginap dan fasilitas mushola dan kamar mandi untuk umum. Sedangkan minimarket terletak diseberang jalan dari rumah subjek. 57 Rumah dan ruang usaha subjek kedua Bbg terletak dalam satu pekarangan tetapi memiliki bangunan yang terpisah. Ruang usaha subjek terletak di pinggir jalan Kabupaten penghubung antar kecamatan yang selalu ramai karena juga dimanfaatkan sebagai jalan alternatif antara jalan utama provinsi ke jalur lingkar utara Ringroad. Sedangkan tempat tinggal subjek terletak di samping agak kebelakang dari ruang usaha subjek atau menhadap kearah barat jalan kabupaten penghubung antar kecamatan. Showroom mobil subjek cukup luas dan mampu menampung sekitar 12 unit mobil, bagian belakang showroom terhubung dengan bagian belakang rumah subjek. Subjek memanfaatkan halaman belakang showroomnya sebagai bengkel pribadi milik subjek dan tempat tidur karyawan. Di setiap sudut rumah dan showroom subjek tampak bersih jauh dari kesan berantakan layaknya bengkel pada umumnya. Rumah subjek ketiga Jk terletak di dalam kawasan desa wisata di Kecamatan dan Kabupaten Sleman. Penetapan desa subjek sebagai salah satu tujuan wisata atau desa wisata merupakan salah satu bentuk keberhasilan subjek dalam membangun image dan perekonomian lingkungan desanya. Rumah subjek terletak dalam satu pekarangan yang luas, dari depan rumah subjek tampak seperti joglo sederhana tempo dulu. Setelah masuk kedalam rumah subjek, tampak dalam rumah subjek sangat berbeda dengan kesan yang ditimbulkan dari luar rumah subjek yang sederhana. Bagian dalam rumah subjek terlihat minimalis dengan hampir keseluruhan tembok rumah dan keramik berwarna putih. Furnitur yang digunakan di dalam rumah merupakan barang antik yang dimodifikasi ulang sehingga memberi kesan elegan. Ruang usaha subjek terpisah dari rumah induk tetapi masih satu pekarangan dengan rumah induk. Jika rumah subjek menghadap ke barat jalan desa, maka ruang usaha subjek terletak di sebelah selatan rumah induk menghadap keutara bersebelahan dengan garasi kedaraan subjek.

4.1.1 Peluang Kerja di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Sektor potensial yang dikembangkan dan menunjang di DIY adalah sektor pariwisata, sektor perdagangan dan industri terutama industri kecil menengah serta kerajinan. Jumlah pengangguran di DIY merupakan problematika yang serius karena karakter para pengangguran di DIY sebagian merupakan tenaga berpendidikan tenaga profesional dengan tingkat pendidikan tinggi http: id.m.wikipedia.orgwikiDaerah_Istimewa_Yogyakarta. Hasil survei angkatan kerja nasional menunjukkan bahwa tingkat pertisipasi angkatan kerja di Provinsi DIY pada tahun 2012 sekitar 70,85, meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 68.77. Di sektor informal DIY menyerap sebanyak 56,56 dan dari jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2012 ,didominasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sekitar 51,78. Penyerapan jumlah tenaga kerja bidang pertanian terbesar berada di wilayah Kabupaten Gunung Kidul sebesar 52,56 dari jumlah tenaga kerja. Sedangkan dibidang perdagangan, hotel dan restoran didominasi oleh wilayah Bantul sebesar 25,89 dan Sleman 25,32. Peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja produktif berdampak positif pada menurunnya tingkat pengangguran terbuka di DIY sebesar 3,97. Di wilayah Kabupaten Sleman terjadi penurunan jumlah pengangguran usia produktif sebesar 5,42 yang berarti ketersediaannya lapangan pekerjaan di wilayah Kabupaten Sleman yang cukup memadai bagi para pencari kerja http:yogyakarta.bps.go.id. Penduduk usia kerja di Kabupaten Sleman selama periode tahun 2004 hingga 2009 meningkat rata-rata 0,34 per tahunnya yaitu 808.015 orang pada tahun 2004 menjadi 818.846 orang pada tahun 2009. Tingkat pengangguran terbuka, yaitu rasio antara mereka yang mencari kerja dan angkatan kerja, pada tahun 2009 tercatat 15,69. Selama periode 2004-2009, banyaknya angkatan kerja meningkat dari 486.995 jiwa menjadi 548.145 jiwa, bertambah sebanyak 61.150 jiwa atau meningkat rata-rata 3,00 per tahun. Dengan demikian tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 60,27 pada tahun 2004 menjadi 66,94 pada tahun 2009 www.slemankab.go.id202ketenagakerjaan.slm.

4.2 Proses Penelitian

Observasi awal terhadap subjek dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian. Observasi awal dilakukan untuk mengetahui lebih jelas gambaran kondisi subjek sebagai responden sehingga akan mempermudah dalam proses penelitian. Hal ini juga dilakukan sebagai langkah awal terciptanya hubungan baik dan penyesuaian diri antara subjek dengan peneliti selama berlangsungnya penelitian. Observasi awal terhadap subjek dilakukan pada bulan Januari - Maret 2011. Observasi dan identifikasi awal dilakukan dengan perkenalan antara peneliti dengan subjek pertama dan keluarganya. Ketika berlangsung proses observasi dan wawancara, subjek pertama memberikan referensi untuk mendatangi salah satu relasinya yang kemudian oleh peneliti dijadikan sebagai subjek ketiga. Subjek kedua merupakan relasi saudara peneliti yang bertemu secara tidak sengaja dirumah saudara peneliti. Peneliti berusaha untuk membangun hubungan baik dengan ketiga subjek penelitian dan keluarganya selama proses penelitian. Hal ini diperlukan untuk membangun kepercayaan yang kuat subjek terhadap peneliti. Metode pengumpulan data yang dipakai untuk mendukung penelitian adalah wawancara, observasi, catatan lapangan, dokumentasi dan tes Psikologi. Penggunaan metode tersebut diharapkan dapat merinci fenomena yang akan diteliti. Alat yang digunakan untuk merekam wawancara terhadap narasumber adalah perekam handphone Nokia E63. Dalam proses wawancara, semua narasumber mengetahui seluruh percakapan yang terjadi antara peneliti dan narasumber telah direkam, sehingga wawancara tidak dilakukan secara sembunyi- sembunyi oleh peneliti. Hal ini tidak mengurangi hasil dari esensi wawancara peneliti terhadap narasumber. Pelaksanaan metode wawancara secara mendalam dan observasi dimulai pada hari Sabtu 12 Februari 2011. Proses wawancara terhadap masing-masing narasumber dilakukan beberapa kali pertemuan agar dapat diperoleh lebih banyak informasi dan selain itu, penelitian juga melakukan kroscek data kepada subjek penelitian terkait dengan pernyataan dengan narasumber sekunder. Adapun tes Psikologi yang digunakan untuk menganalisis subjek adalah EPPS Edward’s Personal Preference Schedule yang akan mengungkap kepribadian subjek berdasarkan 15 needs dalam keberhasilannya berwirausaha. Tes EPPS tersebut diberikan peneliti pada subjek secara bergiliran, adapun pelaksanaannya pada tanggal 15-18 Maret 2012. Keseluruhan proses wawancara terhadap narasumber berjalan cukup lancar karena proses tersebut berlangsung mengalir seperti halnya pembicaraan biasa dan terkadang diselingi dengan lelucon sehingga dapat menciptakan suasana wawancara yang akrab, hidup dan tidak kaku. Adanya sikap keterbukaan narasumber dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sangat membantu peneliti dalam mengolah data yang dibutuhkan. Proses observasi tidak hanya dilakukan pada saat wawancara berlangsung, tetapi juga diluar proses wawancara. Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat peneliti pertama kali bertemu dengan ketiga subjek.Secara keseluruhan penelitian ini dapat dikatakan berjalan dengan cukup lancar, tetapi peneliti tetap menemui beberapa hambatan. Ada beberapa hal yang menjadi penghambat dalam jalannya proses wawancara penelitian yang dilakukan peneliti antara lain pertama terbatasnya waktu yang disediakan subjek untuk peneliti melakukan wawancara mengingat subjek adalah wirausahawan yang tidak selalu memiliki jam bebas di siang hari. Kedua pada awal proses wawancara, narasumber terkadang masih menutup - nutupi fakta atau keterangan tentang subjek yang dirasa merupakan sensitif oleh subjek seperti masalah keuangan dan permasalahan intern keluarga subjek. Berdasarkan pertimbangan dan observasi awal maka dipilih ANN, BBG dan JK sebagai subjek penelitian, dikarenakan ketiga subjek memiliki beberapa karakteristik permasalahan awal yang sama. Pertama ketiga subjek memiliki pekerjaan tetap, mendapat gaji yang tinggi setiap bulannya, memiliki fasilitas dan posisi yang diharapkan oleh kebanyakan orang. Alasan kedua karena adanya kesamaan dalam pengambilan keputusan oleh ketiga subjek untuk meninggalkan segala bentuk kenyamanan kerja dan memilih untuk berwirausaha. Ketiga karena ketiga subjek bergerak di ketiga bidang yang berbeda serta latar belakang pendidikan dan lingkungan ketiga subjek juga berbeda. Keempat walaupun memiliki latar belakang yang berbeda, mereka mau belajar dan berusaha dari awal yang tidak tahu apa-apa menjadi seorang wirausaha yang sukses.

4.3 Temuan Penelitian