Sistem Pengkondisian Udara Sistem Akustik

Beauty Skin Centre dengan Penekanan Desain Post Modern Aliran Feminisme 122 juga disesuaikan dengan kebutuhan pengguna sebagai pelaku utama yang menggunakan ruangan. Pencahayaan buatan ini diukur melalui seberapa pentingnya kegiatan yang dilakukan. Pencahayaan buatan yang permanen digunakan adalah penggunaan lampu. Pencahayan buatan juga mempengaruhi fungsi dari suatu ruang terutama pada beauty skin centre yang membutuhkan pencahayaan khusus untuk menciptakan suasana yang berbeda pada setiap ruang, karena pada konsep feminisme penggunaan suatu ruang didasari konsep untuk memberikan kesan mewah dan elegan serta menomor satukan kenyamanan.

4.7.2. Sistem Pengkondisian Udara

Tujuan pengkondisian udara adalah untuk mendapatkan kenyamanan bagi penghuni yang berada didalam ruangan. Kondisi udara yang dirasakan nyaman oleh tubuh manusia adalah berkisar antara suhu dan kelembapan 20 C hingga 26 C, 45 hingga 55 dalam kecepatan udara 0,25 ms. Pada beauty skin centre ini menggunakan sistem pengkondisian udara langsung direct cooling dan tidak langsung Indirect cooling. Sistem tata udara langsung ini udara diturunkan suhunya oleh refrigeran dan disalurkan ke dalam ruangan tanpa saluran udara ducting. Jenis yang umum digunakan adalah AC Window dengan kapasitas antara 0.5-2 pk, AC Split Unit dengan kapasitas 0,5-3 pk, dan AC Package Unit dengan kapsitas sampai 10 pk. Sedangkan sistem tata udara tidak langsung refrigeran yang digunakan bukan frein tetapi air es dengan suhu 5 derajat celcius. Pada sistem udara ditiupkan di antara kumparan yang berisi air es di dalam unit penghantar udara AHU- Air Handling Unit , terdapat pula blower dan saringan udara.

4.7.3. Sistem Akustik

Sebagai ruang untuk melakukan berbagai perawatan tubuh, beauty skin centre ini memiliki sistem privasi yang cukup tinggi. Semakin Beauty Skin Centre dengan Penekanan Desain Post Modern Aliran Feminisme 123 tinggi tingkat privasi pada suatu ruangan maka semakin tinggi pula tingkat ketenangan yang diprioritaskan. Dilihat dari letak beauty skin centre ini yang berada di lintasan jalan raya yang cukup padat dan ramai sehingga banyak kendaraan bermotor yang melintas, ini merupakan pertimbangan utama dalam pengelolaan sistem akustik agar kenyamanan dan keintiman pengunjung dan pengguna beauty skin centre ini tetap terjaga. Beberapa contoh dari ruangan yang membutuhkan ketenangan yang cukup tinggi adalah ruang perawatan wajah seperti ruang konsultasi, ruang peeling, ruang facial, ruang spa, dan salon. Untuk mengurangi kebisingan, dalam perencanaan dan perancangan penggunaan bahan-bahan dan material yang mampu membantu mengurangi kebisingan sangat dibutuhkan. Sistem pencegahan yang digunakan salah satunya adalah memasang bahan atau material yang dapat menyerap bunyi yang diterapkan pada dinding, lantai, atau bahkan di plafon. Contoh dari material yang dapat menyerap bunyi adalah penggunaan parquet pada lantai, selain kegunaannya yang dapat menyerap kebisingan, parquet juga mempunyai tampilan yang cukup menarik sehingga ketika suatu ruangan yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi seperti contohnya ruang senam menggunakan lantai berbahan parquet maka kesannya akan lebih terlihat elegan ,klasik dan lebih menarik. Selain menggunakan bahan atau material yang dapat menahan kebisingan , yang perlu diperhatikan lagi adalah peletakan dari ruangan itu sendiri agar cukup terhindar dari area yang berpotensi kebisingannya lebih tinggi. Cara lain dalam meredam kebisingan adalah penggunaan sound proofing juga merupakan terobosan baru dalam menekan bunyi bising dari luar. Sound proof peredam suara adalah suatu system yang dipergunakan dalam suatu tata ruang yang tidak hanya berfungsi untuk menahan suara ke luar ruangan insulation sehingga suara tidak bocor keluar, melainkan juga berfungsi untuk menambah kualitas Accoustical kenyamanan pendengaran terhadap Beauty Skin Centre dengan Penekanan Desain Post Modern Aliran Feminisme 124 gema, dengung, dan bising yang dihasilkan oleh suara di dalam ruangan. Gambar 4.14. sistem akustik bangunan Sumber: peredamsuara, 2014

4.7.4. Sistem Komunikasi