31
BAB III ELABORASI TEMA
III.1. PENGERTIAN TEMA
Tema yang digunakan pada proyek ini adalah arsitektur metafora yang mana diuraikan sebagai berikut:
a. Pengertian Arsitektur · Arsitektur
1 Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb; 2 metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.
13
· Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan
membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke
level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
14
b. Pengertian Metafora · Metafora
Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yg sebenarnya, melainkan sbg lukisan yg berdasarkan persamaan atau perbandingan.
15
· Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis.
16
c. Pengertian Arsitektur Metafora
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Metafora merupakan sebuah gaya bahasa arsitektur yang membawa, memindahkan dan
menerjemahkan kiasan suatu obyek ke dalam desain keseluruhan lingkungan binaan atau desain bangunan.
13
http:kbbi.web.idarsitektur
14
http:id.wikipedia.orgwikiArsitektur
15
http:kbbi.web.idmetafora
16
http:id.wikipedia.orgwikiMetafora
Universitas Sumatera Utara
32 Dalam Arsitektur, metafora adalah kiasan atau ungkapan bentuk yang
diwujudkan pada bangunan sehingga akan menimbulkan bebagai persepsi dari yang melihatnya. Masyarakat dapat mempunyai pandangan tertentu terhadap
bentuk bangunan yang dilihat dan diamatinya, entah terhadap bentuk keseluruhan atau hanya sebagian dari bentuk bangunan tersebut.
Anthony C. Antoniades dalam bukunya, “Poetic of Architecture : Theory of Design”, mengidentifikasi metafora arsitektur ke dalam 3 kategori, yakni metafora
abstrak intangible metaphor, metafora konkrit tangible metaphor, dan metafora campuran combined metaphor.
17
Adanya klasifikasi ini mempermudah kita untuk lebih memahami metafora dalam arsitektur.
·
Metafora abstrak intangible metaphor
Yang termasuk dalam kategori ini adalah rancangan arsitektur yang mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan misalnya
suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya.
·
Metafora konkrit tangible metaphor
Yang termasuk dalam kategori ini adalah rancangan arsitektur yang mengacu kepada benda-benda nyata dan dapat dirasakan secara visual ke dalam
bentuk bangunan.
·
Metafora campuran combined metaphor
Yang termasuk dalam kategori ini adalah rancangan arsitektur yang menggabungkan metafora abstrak intangible dan metafora konkrit tangible
ke dalam konsep dan desain bentuk bangunannya.
III.2. INTERPRETASI TEMA
Interpretasi dari suatu karya bertema Metafora dapat berbeda-beda pada setiap individu atau kelompok. Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya,
sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Itulah keunikan metafora dalam arsitektur. Setiap orang ‘bebas’
mengapresiasi dan menginterpretasikan sebuah karya arsitektur. Tidak ada yang bisa
17
Poetic of Architecture : Theory of Design, Anthony C. Antoniades
Universitas Sumatera Utara
33 dikatakan ‘salah’. Arsitek pun dituntut untuk bisa memperhatikan bagaimana masyarakat
‘membaca’ karyanya. Metafora dalam arsitektur memberikan sebuah perspektif baru bagi arsitek dan masyarakat awan untuk menikmati karya arsitektur. Melalui perwujudan
kualitas visual, kita dapat menikmati metafora dalam arsitektur. Arsitektur Metafora mengidentifikasi suatu bangunan arsitektural dengan pengandaian sesuatu yang abstrak
sehingga setiap pengamat akan mempunyai persepsi masing-masing sesuai dengan persepsi yang timbul pada saat pertama kali melihat bangunan tersebut. Bagaimana cara
pengamat dalam menginterpretasi metafora yang terdapat dalam bangunan tidak bisa disamaratakan. Sah-sah saja bila pengamat memiliki interpretasi yang berbeda terhadap
satu bangunan karena para perancang yang menggunakan metafora biasanya merahasiakan maksudnya dan membiarkan orang lain menebak dan menilai
bangunannya.
III.3. KETERKAITAN TEMA DENGAN JUDUL
Bangunan perpustakaan yang menyimpan berbagai jenis bahan pustaka seringkali menjadi ikon atau landmark pada suatu daerah atau sebuah universitas karena
hubungannya yang erat akan sistem pendidikan. Maka untuk mewujudkan kesan sebagai suatu landmark digunakanlah tema
Arsitektur Metafora.
III.4. STUDI BANDING TEMA SEJENIS
Berikut adalah contoh studi banding proyek sejenis di negara lain dan di Indonesia:
III.4.1. Museum of Fruit, Yamanshi, Jepang
Bangunan yang berlokasi di Jepang tepatnya di kota Yamanashi ini didirikan pada tahun 1996 dan berfungsi sebagai museum serta green house dengan material
baja dan kaca.
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 3.1. konsep Peletakan Massa Menyerupai Biji-bijian
Sumber: www.szjs.com.cn
Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh
bangunan bawah tanah. Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu: Fruit Plaza, green house, dan workshop. Ketiga massa ini ditata menyebar seolah-
olah berupa bibit yang disebar di sebuah lahan.
Gambar 3.2. Massa Tropical Greenhouse
Sumber: www.museomagazine.com
Gambar 3.3. Massa Fruit Workshop
Sumber: commons.wikimedia.org
Gambar 3.4. Massa Fruit Plaza
Sumber: www.panoramio.com
Gambar 3.5. Suasana Interior
Sumber: www.panoramio.com
Universitas Sumatera Utara
35 Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu
Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan
Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk
arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit
yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum buah-buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer
sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan.
III.4.2. Opera House, Sydney, Australia
Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya.
Sydney Opera House adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jørn Utzon, seorang arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat
karya arsitektur ini, akan menghasilkan berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa konsep metafora Sydney
Opera House berasal dari cangkang siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat, karya arsitektur ini adalah kiasan layar kapal yang sedang terkembang. Dan ada pula
yang berpendapat, bagaikan bunga yang sedang mekar.
Gambar 3.6. Fasade Opera House
Sumber: www.archdaily.com65218
Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air, berdampingan dengan pelabuhan di kawasan Benellong Point diatas teluk Sydney
yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn Utzon diubah menjadi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa pada
tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 3.7. Detail Opera House
Sumber: www.archdaily.com65218
Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem struktur cangkang shell system selaras dan seolah – olah seperti echo dari pelengkung
jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana dalam hal ini dinding tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang
ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan lingkungan, yaitu siput binatang laut, didukung oleh lokasinya di tepian air yang
sangat luas terbuka membuat Sydney Opera House terlihat monumental.
III.4.3. EX Plaza, Jakarta, Indonesia
EX Plaza merupakan salah satu contoh bangunan yang menerapkan konsep metafora kombinasi. Gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan
posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran
Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban
yang menggesek aspal.
Gambar 3.8. Fasade EX Plaza
Sumber: www.girinarasoma.com
Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak intangible. Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual. Akan tetapi,
Universitas Sumatera Utara
37 ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat kita lihat secara visual tangible.
Perpaduan antara gaya kinetik obyek abstrak dan ban-ban mobil konkrit inilah yang menghasilkan metafora kombinasi.
Gambar 3.9. Penerapan Tema pada Bangunan
Sumber: www.panoramio.com
Universitas Sumatera Utara
38
BAB IV ANALISIS