Sediaan Vaksin Sel Utuh Whole Cell
60
Gambar 20 Pengamatan kematian ikan pascavaksinasi dengan sediaan vaksin yang diinaktifasi dengan 3 bufer formalin.
Tabel 5 Kelangsungan hidup ikan Nila pascavaksinasi
No Komposisi sediaan vaksin
Kelangsungan hidup
1 Monovalen A. hydrophila
91,7
b
2 Monovalen S. agalactiae
90
bc
3 Bivalen Sel utuh
91,7
b
4 Bivalen ECP
88,3
cd
5 Bivalen Sel utuh + ECP
93,3
a
6 Bivalen crude Supernatan
85
d
7 Bivalen Broth
80
e
8 Kontrol
95
a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji P0,05.
Hasil re-isolasi terhadap beberapa ikan pascavaksinasi tidak diperoleh adanya tumbuh bakteri yang sama dengan kandidat vaksin dan sediaan vaksin
hasil inaktifasi ketika dilakukan preparasi gores pada media agar tidak ada yang
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
k em
atian k
u m
u latih
h ar
ian
perlakuan vaksin hari Monovalen A. hydrophila 1
Monovalen A. hydrophila 2 Monovalen A. hydrophila 3
Monovalen S. agalactiae 1 Monovalen S. agalactiae 2
Monovalen S.agalactiae 3 Bivalen Sel utuh 1
Bivalen Sel utuh 2 Bivalen Sel utuh 3
Bivalen ECP 1 Bivalen ECP 2
Bivalen ECP3 Bivalen Sel utuh+ECP 1
Bivalen Sel utuh+ECP 2 Bivalen Sel utuh+ECP 3
Bivalen Supernatan 1 Bivalen Supernatan 2
Bivalen Supernatan 3 Bivalen Broth 1
Bivalen Broth 2 Bivalen Broth 3
Kontrol TSB Kontrol BHI
Kontrol Salin 0,845 Kontrol
61
tumbuh. Pengujian karakter kesamaan bakteri kandidat vaksin dilakukan dengan melihat sensitifitas terhadap beberapa jenis antibiotik yang sesuai dengan
penelitian sebelumnya oleh Sugiani dan Lusiastuti 2011. Formalin untuk ikan bersifat toksik akut, sehingga konsentrasinya dalam
tubuh ikan diharapkan rendah. Pemakaian formalin dalam perikanan masih menjadi perdebatan untuk keamanan pangan, adapun penggunaan formalin dalam
sediaan vaksin masih dapat diterima dengan catatan bahwa konsentrasinya tidak tinggi sehingga tidak toksik ketika diaplikasikan baik melalui suntik, perendaman,
maupun melalui pakan. Kadar formalin pada sediaan vaksin sel utuh 0,147 mgL, ECP 1,01 mgL,
dan sel utuh+ECP 0,702 mgL menunjukkan bahwa sediaan vaksin relatif aman untuk digunakan melalui injeksi intraperitonel, karena tingkat kelangsungan
hidupnya sekitar 85-100 Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji kadar formalin sediaan vaksin yang diinaktifasi dengan bufer
formalin 3
No Sampel
Kadar Formalin mgL
1 Sel utuh
0,147 2
ECP 1,010
3 Sel utuh+ECP
0,702 Jung et al. 2001 melakukan penelitian mengenai residu formalin 37
pada urat daging ikan olive flounder Paralichthys olivaceus dan black rockfish Sebastes schlegeli setelah ditreatmen dengan cara perendaman. Residu formalin
dalam urat daging dapat luruh hingga konsentrasi yang setara dengan normal kontrol setelah 72 jam, yaitu kandungan residu yang terdeteksi pada perlakuan
100 mgL setelah 1, 24, 48, dan 72 jam berturut-turut adalah 0,8; 0,7; 0,8; 0,9 µgg, perlakuan 300 mgL dengan residu 1,2; 0,8; 0,9; 0,7 µgg, perlakuan 500
mgL dengan residu 1,6; 0,8; 1,0; 0,8 µgg, sedangkan kontrol 0,9 µgg. Begitu juga dengan residu pada air pemeliharaan dengan perlakuan 25, 50, 100, 150, dan
200 mgL yang akan luruh berturut-turut dalam jangka waktu 2, 6, 8, 9, dan 10 hari ketika diaerasi, tanpa diganti air dan luruh dalam jangka waktu 7, 9, 11, 13,
dan 19 hari tanpa aerasi dan tanpa ganti air. Secara alami kandungan formalin