Sediaan Vaksin ECP hydrophila S. agalactiae

61 tumbuh. Pengujian karakter kesamaan bakteri kandidat vaksin dilakukan dengan melihat sensitifitas terhadap beberapa jenis antibiotik yang sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sugiani dan Lusiastuti 2011. Formalin untuk ikan bersifat toksik akut, sehingga konsentrasinya dalam tubuh ikan diharapkan rendah. Pemakaian formalin dalam perikanan masih menjadi perdebatan untuk keamanan pangan, adapun penggunaan formalin dalam sediaan vaksin masih dapat diterima dengan catatan bahwa konsentrasinya tidak tinggi sehingga tidak toksik ketika diaplikasikan baik melalui suntik, perendaman, maupun melalui pakan. Kadar formalin pada sediaan vaksin sel utuh 0,147 mgL, ECP 1,01 mgL, dan sel utuh+ECP 0,702 mgL menunjukkan bahwa sediaan vaksin relatif aman untuk digunakan melalui injeksi intraperitonel, karena tingkat kelangsungan hidupnya sekitar 85-100 Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji kadar formalin sediaan vaksin yang diinaktifasi dengan bufer formalin 3 No Sampel Kadar Formalin mgL 1 Sel utuh 0,147 2 ECP 1,010 3 Sel utuh+ECP 0,702 Jung et al. 2001 melakukan penelitian mengenai residu formalin 37 pada urat daging ikan olive flounder Paralichthys olivaceus dan black rockfish Sebastes schlegeli setelah ditreatmen dengan cara perendaman. Residu formalin dalam urat daging dapat luruh hingga konsentrasi yang setara dengan normal kontrol setelah 72 jam, yaitu kandungan residu yang terdeteksi pada perlakuan 100 mgL setelah 1, 24, 48, dan 72 jam berturut-turut adalah 0,8; 0,7; 0,8; 0,9 µgg, perlakuan 300 mgL dengan residu 1,2; 0,8; 0,9; 0,7 µgg, perlakuan 500 mgL dengan residu 1,6; 0,8; 1,0; 0,8 µgg, sedangkan kontrol 0,9 µgg. Begitu juga dengan residu pada air pemeliharaan dengan perlakuan 25, 50, 100, 150, dan 200 mgL yang akan luruh berturut-turut dalam jangka waktu 2, 6, 8, 9, dan 10 hari ketika diaerasi, tanpa diganti air dan luruh dalam jangka waktu 7, 9, 11, 13, dan 19 hari tanpa aerasi dan tanpa ganti air. Secara alami kandungan formalin 62 dalam jaringan urat daging ikan olive flounder dan black rockfish terdeteksi 0,5- 2,1 µgg. Formaldehid yang dipakai untuk membuat bahan bufer formalin merupakan bahan kimia yang umum digunakan dalam proses inaktifasi sediaan vaksin. Fungsi formaldehid adalah untuk menstabilkan komponen protein atau untuk inaktifasi molekul toksin dari bakteri. Formaldehid bereaksi dengan grup asam amino lisin yang merupakan produk tidak stabil membentuk ikatan metilen methylene bridge sehingga menjadi grup asam amino yang stabil, reaksi ini dapat terbentuk antar asam amino dengan molekul yang sama sehingga membentuk ikatan silang antar internal protein atau antara dua molekul membentuk ikatan dimer senyawa kimia yang terdiri dari dua molekul monomer yang identik dan terikat bersama-sama Sato et al. 1984. 3 Protein Vaksin Tabel 7 memperlihatkan berat protein sediaan vaksin A. hydrophila hasil inaktifasi dengan bufer formalin 3 dari jenis sediaan sel utuh adalah 0,53 mgmL, sediaan ECP 1,93 mgmL, sediaan crude supernatan 1,99 mgmL, serta sediaan broth 2,12 mgmL. Tabel 7 Berat protein sediaan vaksin yang diinaktifasi dengan bufer formalin 3 Nama Berat protein mgmL

A. hydrophila

S. agalactiae

Sel utuh 0,53 1,37 ECP 1,93 1,89 Crude supernatan 1,99 1,88 Broth 2,12 2,11 Berat protein sediaan vaksin S. agalactiae hasil inaktifasi dengan bufer formalin 3 dari jenis sediaan sel utuh adalah 1,37 mgmL, sediaan ECP 1,89 mgmL, sediaan crude supernatan 1,88 mgmL, serta sediaan broth 2,11 mgmL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sediaan vaksin broth memiliki berat protein yang lebih besar dibandingkan dengan sediaan vaksin crude supernatan, ECP, maupun sel utuh. Penghitungan berat protein dapat dilihat pada Lampiran 5.