115 menyebabkan populasi ikan di sekitar pantai menurun tajam. Puncak konflik
terjadi ketika masyarakat menjarah tambak-tambak yang berada di sekitar Teluk Popoh. Konflik penggunaan potasobat-obatan juga terjadi di Teluk Popoh,
melibatkan nelayan lokal dengan nelayan Blitar. Nelayan lokal menuduh nelayan Blitar menggunakan potas dalam operasi penangkapan ikan karang sehingga
membahayakan kelestarian sumberdaya ikan di perairan Teluk Popoh.
4.3.3.4 Pengelolaan konflik
Berbeda dengan wilayah Teluk Prigi dan Sendang Biru, pengelolaan konflik di Teluk Popoh seperti daerah tangkap, perbedaan alat tangkap, bagi hasil,
konflik antara nelayan lokal dengan andon, retribusi hasil ikan dan penggunaan potas dalam penangkapan ikan karang, selalu melibatkan pihak ke tiga, baik di
tingkat Kecamatan Muspika maupun Kabupaten Muspida, karena tanpa bantuan pihak ketiga maka konflik yang ada tidak dapat dituntaskan dengan baik.
Kepolisian Resort Polres Tulungagung dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tulungagung sangat berperan dalam proses resolusi konflik. Konflik
yang skalanya kecil biasanya diselesaikan dengan melibatkan perangkat desa dan kesepakatan yang dicapai kemudian dituangkan dalam bentuk peraturan desa.
Pengelolaan konflik perebutan fishing ground diselesaikan dengan melibatkan Muspida dan Muspika sebagai mediator. Hal ini disebabkan karena
masyarakat lokal belum memiliki kemampuan untuk menyelesaikan konfliknya sendiri. Kesepakatan yang dicapai dalam penyelesaian konflik adalah nelayan
andon diwajibkan memperkerjakan nelayan lokal dalam armada penangkapannya, dengan ketentuan dalam satu kapal jumlah nelayan andon dibatasi maksimum
hanya lima orang sedangkan sisanya nelayan lokal. Pada awalnya kesepakatan ini berjalan dengan baik, tetapi pada akhirnya terjadi pelanggaran dengan tidak
direkrutnya nelayan lokal dalam armada penangkapan nelayan andon, dengan alasan nelayan lokal tidak memiliki etos kerja yang kuat dan cenderung bermalas-
malasan. Pengelolaan konflik bagi hasil dilakukan dengan menegosiasikan kembali
sistem bagi hasil antara juragan darat dan ABK. Hal ini dilakukan karena jika tidak dibuat kesepakatan baru maka operasi armada purse seine akan tidak
116 menguntungkan sebagai akibat dari sistem bagi hasil yang kurang adil.
Berdasarkan keterangan dari responden konflik bagi hasil bisa diselesaikan melalui proses negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang berperan sebagai
mediator. Secara umum keterkaitan antar stakeholder dalam proses resolusi konflik di Teluk Sendang Biru dapat dilihat pada Gambar 25.
:
fasilitasimediasi : konflik
Gambar 25. Keterkaitan antar stakeholder dalam proses resolusi konflik di Teluk Popoh
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diperoleh kesimpulan bahwa resolusi konflik perikanan tangkap yang ada di Teluk Popoh pada dasarnya
baru mampu merubah wujud konflik yang awalnya mencuat menjadi bentuk konflik laten yang sewaktu-waktu dapat muncul kembali.
Terkait dengan proses resolusi konflik, Pemda Tulungagung juga telah melakukan upaya-upaya diversifikasi usaha untuk mengatasi kesenjangan sosial
yang ada dikalangan masyarakat di Teluk Popoh. Sebagai contoh telah dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan kegiatan pengolahan ikan dan
pembuatan cinderamata. Namun sampai sejauh ini belum menunjukkan hasil yang memadai, misalnya khusus untuk cinderamata masih dipasok dari Situbondo dan
tidak ada yang dihasilkan oleh masyarakat lokal. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat nelayan di
Teluk Popoh mudah terprovokasi dan dimanfaatkan oleh pihak lain yang mempunyai keinginan tertentu. Sebagai contoh, pernah terjadi konflik antar
nelayan yang dimotori oleh tokoh-tokoh setempat. Setelah ditelusuri ternyata
FACILITATORMEDIATOR : APARAT DESA
APARAT KAB. PPI POPOH
Pihak berkonflik I
Pihak berkonflik II
117 konflik tersebut terjadi karena para tokoh memperebutkan posisi tertentu di KUD
dan desa.
4.3.4 Pembahasan