42 2
= −
+ K
prx qK
cr pr
…………………………………………………………12d dan secara matematis persamaan tersebut akan menghasilkan:
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− =
pqK c
K x
MEY
1 2
………………………………………………………. 12e dengan mensubstitusi persamaan 12e ke dalam persamaan 2, maka dapat
dihasilkan tingkat produksi lestari secara ekonomi sebagai berikut: ⎥⎦
⎤ ⎢⎣
⎡ −
⎥⎦ ⎤
⎢⎣ ⎡
+ =
pqK c
pqK c
rK h
MEY
1 1
4 …………………............… 13a
sedangkan jika persamaan 12e disubstitusikan ke persamaan 4, maka dapat diperoleh tingkat upaya pada kondisi MEY adalah sebagai berikut
⎥⎦ ⎤
⎢⎣ ⎡
− =
pqK c
q r
E
MEY
1 2
…………...........………………………………….13b Namun demikian, hal lain yang perlu diperhatikan pengkajian potensi lestari
sumberdaya ikan adalah keberadaan beberapa zone penangkapan yang kondisi sumberdaya ikannya cukup memprihatinkan dan sudah melampaui potensi
lestarinya over fishing, termasuk perairan Laut Jawa. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pada perairan tersebut, terdapat kelompok ikan ikan demersal di Laut Jawa
yang masih mungkin untuk dikembangkan eksploitasinya. Oleh karena itu, pada perairan yang kondisi pemanfaatan sumberdaya ikannya telah mendekati dan atau
melampaui potensi lestarinya, maka perlu kiranya mendapatkan perlakuan khusus agar sumberdaya ikan yang ada tidak “collapsed”.
2.3 Pendekatan Bio-Ekonomi dalam Analisis Sumberdaya Perikanan Tangkap
Nelayan dengan menggunakan perahu atau kapal dan sejumlah masukan hanya dapat secara langsung mengendalikan produksi upayanya effort,
sedangkan hasil tangkapannya harvest tidak dapat dikendalikan secara langsung. Hal ini disebabkan karena jumlah hasil tangkapan disamping tergantung pada
tingkat upaya penangkapan juga akan ditentukan oleh besarnya sediaan stock
43 ikan. Untuk dapat merebut bagian yang lebih besar dari sediaan ikan yang
tersedia, nelayan berusaha meningkatkan waktu penangkapannya dan lebih mengefisienkan teknologi penangkapannya. Peningkatan teknologi, dengan tujuan
untuk efisiensi usaha penangkapan, antara lain dilakukan nelayan dengan cara: mengganti alat tangkapnya dengan yang lebih efisien, memperbesar ukuran kapal,
menggunakan alat bantu untuk mendeteksi tingkat kelimpahan sediaan ikan ataupun alat bantu untuk mengumpulkan gerombolan ikan, dan lain-lainnya.
Secara umum, dari sisi teknis produksi, peningkatan teknologi penangkapan ikan diharapkan akan meningkatkan efisiensi teknis penangkapan, sedangkan dari sisi
ekonomi, peningkatan teknologi dapat menurunkan biaya penangkapan. Mengingat peningkatan teknologi penangkapan ikan akan berkaitan dengan
masalah kelimpahan sumberdaya perikanan, produksi dan karateristik ekonominya, maka untuk penelitian ini digunakan pendekatan bio-ekonomi.
Dengan tanpa menghilangkan hal-hal pokok, dipilih model bio-ekonomi statistik dari Schnute 1977 untuk digunakan dalam penelitian. Sebagaimana
dimaklumi, hasil tangkapan nelayan harvest akan tergantung pada tingkat upaya penangkapan effort dan besarnya populasi atau sediaan ikan fish stock, namun
demikian meningkatnya upaya penangkapan tidak selalu meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Karena semakin banyak nelayan yang meningkatkan upaya
penangkapannya, berdampak pada semakin sedikit populasi ikan yang tersedia. Hal ini ditunjukkan dengan ilustrasi pada Gambar 8. Pada tingkat upaya
penangkapan yang tinggi YE4, ikan yang ditangkap secara lestari diperkirakan sama rendahnya dengan tingkat upaya penangkapan yang rendah pada populasi
ikan yang banyak YE0.
44
Gambar 8. Hubungan upaya penangkapan ikan dengan populasi ikan
2.4 Pendekatan Pengelolaan Perikanan Berbasis Resolusi Konflik