Kegiatan perikanan tangkap Teluk Sendang Biru .1 Keadaan umum lokasi

89

4.3.2.2 Kegiatan perikanan tangkap

Kegiatan perikanan tangkap di wilayah Teluk Sendang Biru termasuk aktivitas ekonomi yang menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat pesisir di wilayah tersebut. Daerah tangkapan ikan fishing ground perikanan tangkap nelayan adalah sepanjang perairan Pantai Selatan Jawa Timur meliputi perairan Malang Selatan sampai dengan perairan Pacitan. Kegiatan perikanan tangkap di wilayah ini didukung oleh adanya Pangkalan Pendaratan Ikan PPI, yaitu PPI Pondokdadap, yang pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur melalui Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan UPTD Pondokdadap. Mayoritas penduduk di sekitar Teluk sendang Biru bermatapencaharian sebagai nelayan. Jenis usaha yang dilakukan oleh penduduk setempat adalah usaha penangkapan ikan dan pengolahan ikan. Pekerjaan melaut ini dilakukan oleh para penduduk laki-laki. Sedangkan penduduk wanita membantu dalam usaha pengolahan dan pemasaran. Pengolahan ikan ini meliputi pengeringan, pemindangan dan pengasinan. Selain agar mutu ikan dapat terjaga dan bertahan lebih lama, pengolahan ikan ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai jual dari ikan tersebut. Sampai saat ini, pelaku sektor perikanan tangkap di wilayah Teluk Sendang Biru masih didominasi oleh nelayan kecil tradisional dan tidak ada yang diusahakan secara modern oleh investor besar. Sebagian besar nelayan kecil adalah merupakan penduduk lokal etnik Jawa dan Madura. Perkembangan perikanan tangkap di Teluk Sendang Biru dapat dikelompokkan ke dalam empat periode, yaitu 1960 – 1980; 1980 – 1989; 1989 – 2000 dan 2000 sampai sekarang. Pada periode 1960 – 1980 pada awalnya nelayan Sendang Biru menggunakan alat tangkap pancing kunting untuk menangkap ikan demersal; sampai pada tahun 1969 nelayan Andhon dari Indramayu dan Cirebon memperkenalkan alat tangkap payang kepada nelayan lokal. Pada1970 juga dimulai penggunaan mesin tempel dalam operasi penangkapan ikan dengan pancing. Selanjutnya pada tahun 1975, dalam aspek kelembagaan Kabupaten Malang menunjukkan suatu kemajuan dengan dibentuknya Dinas Perikanan. Dengan adanya lembaga ini, maka program 90 motorisasi dalam usaha penangkapan ikan terus diintensifkan dengan diperkenalkannya program motorisasi melalui Bimbingan Massal BIMAS berupa paket bantuan 12 unit kapal motor dengan alat tangkap purse seine 5 unit dan gill net 7 unit untuk nelayan Teluk Sendang Biru. Pada waktu yang hampir bersamaan, di Teluk Sendang Biru terdapat nelayan andon dari Cirebon dengan kapal payang yang menggunakan mesin tempel. Pada periode 1980 – 1990 perkembangan alat tangkap ditandai dengan adanya penambahan alat tangkap purse seine two boat system sebanyak 18 unit yang digunakan oleh nelayan lokal. Selanjutnya pada periode 1990 – 2000 perkembangan alat tangkap ditandai dengan tidak digunakannya purse seiner dalam operasi penangkapan ikan dan diperkenalkannya sarana tangkap baru, yaitu 12 perahu sekoci hand line dengan rumpon sebagai alat bantu operasi penangkapan ikan oleh nelayan andon dari Bugis. Penggunaan sekoci dengan rumpon dalam operasi penangkapan ikan ternyata belum dapat diterima oleh nelayan lokal. Hal ini dapat diketahui dengan terjadinya konflik nelayan lokal vs sekoci andon. Disamping itu juga terjadi konflik pada tahun 1996 yaitu konflik penggunaan potas oleh nelayan Tambakrejo. Perkembangan perikanan tangkap di Teluk Sendang Biru periode 1960 – 2004 dapat dilihat pada Gambar 17. 79 Gambar 17. Perkembangan perikanan tangkap dan konflik yang terjadi di Teluk Sendang Biru 91 92 Jumlah alat tangkap yang dioperasikan di Teluk Sendang Biru mengalami penurunan. yang cukup signifikan pada periode 1993 – 1994, yaitu dari 1.197 unit menjadi 718 unit. Kemudian mulai 1994 – 2004 jumlah alat tangkap cenderung mengalami peningkatan kecil. Komposisi alat tangkap terdiri dari payang, jaring insang hanyut gill net, pancing, jaring dan alat tangkap lainnya. Alat tangkap yang dominan di Teluk Sendang Biru adalah pancing 414 unit dan jaring insang 133 unit. Nelayan pancing sudah menggunakan rumpon dalam dan Geo Positioning System GPS sebagai alat bantu penangkapan. Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Malang periode 1990 – 2004 Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Malang dari tahun ke tahun sangat berfluktuasi. Pada periode 1991 – 1996 produksi perikanan tangkap mengalami penurunan, yaitu dari 6,015,331.00 Kg 1991 menjadi 2,635,920.00 Kg 1996. Produksi perikanan tangkap kembali menunjukkan peningkatan sebesar 4,672,960.00 Kg 1997 dan menurun sebesar 2,060,900.00 Kg 1999. Periode 2000 – 2004 produksi perikanan tangkap cenderung meningkat dengan lambat menjadi 3,016,959.89 Kg 2004. Pada Gambar 19 disajikan 200 400 600 800 1000 1200 1400 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 20 1 2 3 4 Tahun Juml ah U n it Alat tangkap 93 perkembangannya jumlah produksi perikanan tangkap Kabupaten Malang periode 1990 – 2004. Gambar 19 Perkembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Malang periode 1990 – 2004 Dari sekitar 34 jenis ikan yang ditangkap dan didaratkan di Kabupaten Malang, terdapat tiga jenis ikan utama yang menunjukkan jumlah produksi yang konsisten mulai 1990 sampai 2003, yaitu jenis cakalang, tongkol dan tuna.

4.3.2.3 Jenis konflik