Kerangka Pemikiran Keefektifan pengelolaan konflik pada perikanan tangkap di perairan selatan Jawa Timur

48

2.5 Kerangka Pemikiran

Konflik muncul ketika keinginan interest dari dua atau lebih kelompok berbenturan atau berbeda dan sekurang-kurangnya sekelompok dari pihak yang terlibat berupaya memaksakan keinginan kelompoknya pada kelompok lain. Konflik dapat dipandang sebagai sebuah fenomena sosial yang muncul sebagai dampak dari perubahan yang tiba-tiba atau gradual yang memunculkan perbedaan kepentingan atau keinginan diantara kelompok masyarakat. Bennett dan Neiland 2000 menyatakan bahwa konflik sifatnya multidimensional dan umumnya melibatkan berbagai pihak dalam suatu hubungan yang kompleks. Lebih lanjut disebutkan bahwa terdapat tiga dimensi yang memicu terjadinya konflik, yaitu aktor, ketersediaan sumberdaya dan dimensi lingkungan. Dengan mempelajari berbagai penyebab konflik, maka dapat diketahui tipologi konfliknya. Salah satu aspek dalam tipologi konflik dapat dideskripsikan apakah konflik yang terjadi tergolong dalam konflik tertutup latent, mencuat emerging atau terbuka manifest. Pengelolaan konflik adalah upaya menyelesaikan konflik yang muncul di kalangan masyarakat. Bennett dan Neiland 2000 menyatakan metoda resolusi konflik umumnya bersifat spesifik. Dalam artian walaupun dikenal berbagai metoda untuk menyelesaikan konflik, tetapi tidak seluruh metoda cocok untuk menyelesaikan konflik tertentu. Resolusi konflik dapat ditempuh dengan menggunakan dua pendekatan yaitu melalui pengadilan litigasi atau pendekatan alternatif yang lebih dikenal sebagai alternative dispute resolution ADR. Resolusi konflik yang efektif diharapkan akan berdampak positif. Hal ini disebabkan karena tidak semua konflik selalu berdampak negatif. Konflik yang berdampak positif dibutuhkan dalam tahap perkembangan kearah yang lebih baik. Dalam hal ini konflik justru mampu mempererat masyarakat dan pada akhirnya akan menciptakan alokasi sumberdaya yang lebih adil. Dengan demikian melalui resolusi konflik yang tepat akan tercipta kondisi positif pengelolaan perikanan tangkap yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, mendorong partisipasi masyarakat, terciptanya keadilan equity antar kelompok masyarakat, serta mengembangkan stabilitas sosial. 49 Agar proses resolusi konflik berlangsung dengan baik, Rijsberman 2000 menyatakan ada dua prekondisi yang harus disiapkan. Prekondisi yang pertama adalah lingkungan hukum atau kebijakan yang menunjang. Prekondisi yang kedua adalah adanya keseimbangan kekuatan diantara stakeholder yang terlibat dalam konflik. Dengan memperhatikan tipologi konflik serta alternatif resolusi konflik yang tepat maka disusunlah strategi pengelolaan konflik. Penyusunan strategi tersebut memperhatikan hukum dan kebijakan yang ada serta keseimbangan kekuatan dari stakeholder. Dalam strategi pengelolaan konflik tersebut tertuang pula bentuk kelembagaan yang tepat untuk mengatasi konflik perikanan tangkap. Uraian diatas secara ringkas dapat dituangkan dalam kerangka pemikiran seperti pada Gambar 9. 50 Gambar 9. Kerangka pemikiran studi keefektivan resolusi konflik. 50 TEKNIK PENGELOLAAN KONFLIK Priscoli 2002 FAKTOR PENYEBAB KONFLIK Bennett dan Neiland 2000 AKTOR a. Latar belakang etnik b. Kemampuan c. Tata nilai yang dianut Bradford and Stringfellow 2001 PENDEKATAN RESOLUSI KONFLIK 1. Aktor 2. Stakeholder 3. Sumberdaya Bennett dan Neiland 2000 TIPOLOGI KONFLIK a. Jurisdiksi b. Manajemen pengelolaan c. Alokasi internal

d. Alokasi eksternal Charles 1992